Chereads / I Love You, Goodbye / Chapter 37 - 37. Sultan Abdul Hamid Khan

Chapter 37 - 37. Sultan Abdul Hamid Khan

Yusuf diam- diam telah melepaskan Thalita dari penjara. Ia diam- diam menyewa pengacara untuk Dilla agar Dilla bisa bebas. Dilla harus menginap di hotel prodeo selama 3 minggu. Ini merupakan pelajaran yang sangat berharga di hidupnya. Ia banyak berkenalan dengan penghuni hotel prodeo tersebut dan ternyata mereka sangat segan begitu mengetahui Dilla ada hubungannya dengan kasus terroris. Mereka taka da yang berani menyentuh Dilla selama di tahanan.

Selama di tahanan, semua keluarga Dilla juga sangatlah cemas, bagaimana tidak syok jika putri kesayangan mereka sampai dituduh berhubungan dengan teroris yang tak lain juga masih kerabat mereka.

Dilla dan Furkan ada di depan ruang tamu dari Penjara Pasakapisi yang letaknya di distrik Uskudar.

"Dilla, ayo ikut aku..."

"Tunggu, mau kemana kita?"

"Ada yang menunggumu. Dia sangat merindukanmu Dilla..."

"Siapa?"

"Nanti Kau juga tahu..."

Yusuf pun keluar membawa mobilnya ke depan lobi penjara.

Dilla pun ragu ingin menaiki mobil Yusuf.

"Yusuf... Aku sebaiknya tak ikut denganmu." Mata bulay semurna Dilla menatap Yusuf dari balik jendela transparan mobil camry Yusuf.

"Dilla... kumohon naiklah! Aku harus membawamu pergi dari sini segera!"

"Yusuf, Aku berterima kasih tas semua budi baikmu namun Aku tak bisa menerima."

"Dilla... kumohon jangan jadi gadis berkepala batu terus menerus. Aku tak ingin mendengar Kau terus menerus menolakku. Ini adalah suatu hal yang memang harus Aku lakukan."

Dilla pun akhirnya menuruti perkataan Furkan.

Yusuf segera mengegas mobilnya dan melaju keluar gerbang penjara.

Dilla sangat was was selama di dalam mobil.

Furkan pun hanya fokus menyetir mobilnya.

Dilla pun akhirnya dengan ragu- ragu memulai pembicaraan.

"Yusuf... Aku tak tahu lagi bagaimana berterimakasih atas kebaikanmu menyewakanku pengacara."

"Dilla, ada hal yang lebih penting dari sekedar berterima kasih padaku."

"Apa maksudmu?"

"Kau harus melakukan sesuatu. Aku tak pernah mengatakan jika ini cuma-Cuma."

"Yusuf, apa yang kau inginkan?"

"Dilla... pertunanganmu sudah dibatalkan."

"Aku tahu, Orang tuaku telah memberitahukanku mengenai ini. Aku tidak masalah dengan hal ini."

"Tidak Dilla... Kau salah! Kau harus tetap menikah dengan Furkan Abi."

Dilla menyipitkan matanya. "Yusuf, itu tidak mungkin! Aku tidak mungkin lagi..."

"Kita harus menggagalkan pertunangan Thalita dan Furkan Abi."

"Tunggu... kenapa? Ini tidak mungkin Furkan."

"Masih ada waktu Dilla... mereka belum menikah. Masih ada waktu sebelum mereka menikah!"

"Aku tak bisa melakukannya... Lagipula apa alasanmu ingin mereka gagal menikah? Jangan- jangan Kau ada rasa ke Thalita ya?"

"Hayir!" tolak Yusuf.

"Lalu apa alasanmu?"

"Karena Zubeyde Nine..."

"Zubeyde Nine?" Dilla menyipitkan matanya.

"Benar... Dia ingin tetap Kau yang harus menikah dengan Furkan Abi."

"Bukankah... Zubeyde Nine collapse karena aku?" Dilla semakin tak mengerti.

"Zubeyde Nine sekarang ini sedang pura- pura sakit. Dia sebenarnya sudah tidak koma lagi, namun Dia sengaja masih koma sampai sekarang karena Dia tahu ada banyak orang- orang licik yang ada di sekelilingnya."

Dilla pun terkejut. Air matanya ingin jatuh. "Aku bukanlah orang yang tepat. Aku merasa jika Zubeyde Nine terlalu baik denganku. Aku takut akan mengecewakannya."

"Dilla, Kau jangan bicara seperti itu."

"Yusuf, kenapa Zubeyde Nine ingin sekali menjadikanku cucu menantunya? Aku merasa masih banyak wanita yang jauh lebih baik dariku." Dilla tak kuasa menahan air matanya.

Yusuf mempelankan laju kendaraannya.

"Dilla, pernahkah kau berpikir mengapa Zubeyde Nine sudah sangat mempertimbangkanmu sebagai calon menantunya?"

"Apa? Menurutmu kenapa aku pantasmenjadi istri Tuan Furkan?"

"Zubeyde Nine mencari keturunan Sultan Abdul Hamid Khan."

Dilla terkejut bukan main mendengar nama Kakek buyut dari Kakek buyutnya lagi disebut.

Ini adalah satu rahasia besar. Sebenarnya keluarga Dilla adalah keturunan dari keluarga kesultanan Utsmani yang telah runtuh hampir 100 tahun yang lalu. Dalam darah Dilla, mengalir langsung darah sang Sultan yang dieluka- elukan di masanya itu. Saat peruntuhan Kesultanan Utsmani, hampir semua keluarga Istana diusir keluar Turki dan tersebar ke seluruh dunia. Kakek Dilla sendiri sebelum kembali ke Turki, lahir dan besar di Prancis. Sampai akhirnya Ia memutuskan tinggal dan menetap kembali ke Turki yaitu di Kota Konya.

Dilla menatap Yusuf. "Kenapa Zubeyde Nine mencari keuturunan Kakek Sultanku? Kumohon, simpan rahasia ini. Kau tahu betapa bahayanya jika mereka sampai tahu identitas keluargaku?! Kakekku bahkan menukar identitas aslinya demi bisa tinggal dengan aman dan tentram di Turki. Aku benci sekali mengetahui kenyataan ini. Kenapa kau bisa tahu mengenai kenyataan ini?"

"Dilla... kau tidak usah takut apalagi panik. Bukan hal yang sulit bagiku dan Zubeyde Nine mencari tahu identitasmu. Asal Kau tahu ya, Aku adalah salah satu orang yang mengagumi Sultan Abdul Hamid Khan."

Dilla membalas ketus. "Bagaimana bisa orang mendukung berdirinya negara sekuler, namun juga menjadi pengagum kesultanan Utsmaniah?"

"Dilla... bisakah Kau mengerti? Ataturk itu adalah Bapak pembangunan, Pahlawan bangsa, membebaskan negara kita dari keterpurukan ekonomi, tentu semua orang Turki sangat mengagumi beliau dan merasa berterimakasih atas perjuangan beliau! Sedangkan Kesultanan Utsmaniah adalah salah satu sejarah terbesar bagi negara kita yang juga menjadi peradaban bersejarah di negara kita, tentu orang Turki juga bangga dengan era kejayaan Kesultanan Utsmaniah. Aku sangat kagum kepada Sultan Suleyman kanuni, Sultan Mehmed Alfatih, dan tentunya dengan Sultan Abdul Hamid Khan. Mereka adalah contoh pemimpin- pemimpin hebat yang dimiliki Turki."

"VAllahi Yusuf... Aku sangat mencintai kesultanan masa kekhalifahan apalagi di masa pemerintahan Kakek Sultanku, beliau adalah salah satu orang yang tak pernah aku temui di dunia namun Aku sangat merindukan beliau. Ibuku selalu menceritakan perjuangan Kakek Sultanku selama menjabat sebagai Sultan di Kesultanan Utsmaniah. Aku tak jarang meneteskan air mata saat Ibuku bercerita. Aku ingin sekali bertemu KakeK Sultanku kelak di akhirat." Dilla kembali meneteskan air matanya.

"Aku tahu... Sultan Abdul Hamid Khan adalah salah atu pemimpin dunia yang dielu-elukan, pemberani, bahkan beliau dengan terang- terangan menentang para pemimpin zionist. Beliau juga adalah salah satu orang yang sudah didatangi mimpi oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wassalam."

"Sallallahu Alaihi Wassalam."

"Aku membaca sejarah beliau dan Aku kagum teramat sangat dengan Beliau. Aku mengerti Dilla, Kau besar dan tumbuh di Inggris bahkan Kau sendiri memiliki darah separuh Inggris, aku tak akan menyalahkanmu jika kau tak menjadi seorang nasionalis Turki. Satu syarat pertama sebagai Warga Negara Turki yang baik adalah menjadi nasionalis yaitu mencintai Bapak Presiden pertama kita. Namun untuk orang- orang mix ras sepertimu menjadi seorang nasionalis tidaklah wajib. Zubeyde Nine juga salah satu bukan orang yang nasionalis. Beliau begitu mengelu- elukan zaman Kesultanan Utsmaniah dan lupa jika kita juga harus menghargai Bapak pembangunan KITA yaitu Mustafa Kemal Ataturk. Orang seperti itu dianggap pengkhianat negara, tidak nasionalis, jika Zubeyde Nine bukan Nenek dari Furkan Abi, mungkin Aku bisa keras dan menyeretnya ke..."

"Apa maksudmu Yusuf?" Dilla mencengkram bahu Yusuf. "Kau ingin Zubeyde Nine di penjara? Kau menganggap Zubeyde Nine adalah pengkhianat negara hanya karena Ia tak mengakui Ataturk kalian?"

**