Chereads / I Love You, Goodbye / Chapter 21 - -21- Siapa Dia?

Chapter 21 - -21- Siapa Dia?

Furkan pun akhirnya menyetujui ajakan Dilraba untuk pergi ke apartemennya.

Furkan dan Dilraba pun pergi menuju apartemen Dilraba. Dilraba dan Furkan pun akhirnya tiba di apartemen Dilraba.

Ini benar- benar sangat membuatku Furkan penasaran.

Dilraba membuatnya sangat tergila- gila padanya. Dilraba mencium tengkuk Furkan di depan pintu apartemen Dilraba.

Furkan pun balas mencium tengkuk leher Dilraba sembari mencium aroma sandlewood, wangi parfum kesukaan Dilraba. Wanita dengan tampilan sefeminin Dilraba ternyata menyukai aroma sandlewood yang aromanya terbilang maskulin ini. Benar- benar tak dinyana jika ia menyukai aroma macam itu.

Mereka pun bercumbu di depan pintu apartemen Dilraba, Mereka berdua bersandar tepat di depan pintu apartemen Dilraba. Selain itu Dilraba mencoba memasukan password apartemennya dengan cara meraba tombol- tombol nomor password tanpa melihatnya. Namun Dilraba berulang kali gagal memasukan password dengan benar.

Ia pun mendorong Furkan perlahan. "Tu... Tuan maaf..." Dilraba dengan susah payah bisa berbicara.

Furkan pun akhinya melepaskan Dilraba.

"Iya, kau kenapa?"tanya Furkan dengan posisi masih memeluk Dilraba.

"Maaf Tuan, saya tak bisa memasukan passwordnya. Saya mau membukanya, mungkin tak terlalu tampak makanya saya salah terus."

"Ba... Baiklah."

Dilraba pun akhirnya memasukan password apartemennya lagi.

Kali ini, Ia kembali gagal memasukan password apartemennya.

Batin Dilraba. Ada apa ini? Kok gagal lagi dan gagal lagi?

Dilraba pun panik. Ia mencoba dengan password yang lain. Sayangnya gagal lagi dan usahanya sia- sia saja.

Furkan pun menyipitkan matanya melihat Dilraba tak berhasil menemukan password apartemennya sendiri.

"Dilraba, kau kenapa? Kau lupa password apartemenmu sendiri?" tanya Furkan sembari menyilagkan tangannya di depan dada.

Dilraba pun menggeleng. "Ha... Hayir.." ujarnya tetap tenang.

"Lalu?"

"Sepertinya ada masalah dengan pintu apartemen saya." Dilraba pun berdiri dengan tegap.

"Loh kalau begitu ita panggil petugas apartemen saja, komplain kepada mereka. Biar aku bantu!" Furkan berinisiatif dan mengeluarkan gadgetnya.

"Ti... tidak usah Tuan." Dilraba pun menolaknya.

"Loh, kenapa?"

"Ini hanya masalah teknis saya rasa."

"Tapi Dilraba ini penting sekali..."

Dilraba pun membatin. Aduh, ini pasti Bu Sarifa yang memblokir password apartemenku. Ia pasti mulai curiga dengan aku yang tak kunjung melunasi biaya sewa apartemen ini untuk setahun. Ia sudah menelponku sejak kemarin lusa dan menagihku terus pembayaran apartemen ini selama setahun hingga lunas.

Dilraba baru membayar uang muka untuk penempatan apartemen mewahnya selama setahun ini.

Ia pun tak ingin Furkan mengetahui permasalahannya ini. Ia pun akhirnya memiliki ide.

"Tuan Furkan, sebaiknya Anda pulang saja."

"Loh? Lalau Kau bagaimana?"

"Aku bisa mengurusnya sendiri. Maaf ternyata tak sesuai dengan rencana. Aku akan mengurusnya dahulu malam ini dan aku tak ingin membat anda kerepotan. Ini benar- benar tidak apa- apa. Justru aku tak enak dengan Anda jika Anda harus menunggu lama."

"Tidak, aku ingin tetap membantumu," tolak Furkan.

"Tuan, kumohon pergilah Lain kali saja...."

Furkan pun akhirnya memenuhi keinginan Dilraba.

"Baiklah jika kau memaksa."

Furkan pun pergi dari apartemen Dilraba dan meninggalkannya sendiri.

Dilraba pun mengecek Furkan apakah dia sduah pergi atau belum.

Begitu Furkan sudah pergi, Dilraba pun menelpon Sarifa.

"Halo Nyonya Sarifa."

"Iya, Nona Dilraba."

"Nyonya, kau memblokir password apartemen yang kusewa?"

"Iya benar. Kau belum sanggup melunasi pembayaran sewa apartemen ini."

"Saya kan sudah bilang, saya akan memberikan pelunasannya sampai selunas- lunasnya di akhir bulan!"

"Saya tak bilang setuju Nona!"

"Begini, saya akan menaruh surat rumah saya di Kazakhastan kepada Anda besok jika Kau tak percaya. Anda tahu kan saya itu adalah salah satu anak konglomerat di Kazakhastan? Mana mungkin saya ingkar janji! Saya punya uang yang cukup bahkan untuk membeli apartemen Anda ini." Dilraba berbicara dengan nada tinggi.

"Kau serius?"

"Iya serius. Saya tak mungkin bohong!" tegas Dilraba.

"Baiklah!"

"Kalau begitu, tolong bukakan dulu blokiran apartemennya!"

"Baik- baik... saya akan menyuruh tekhnisi untuk membuka password apartemen yang kau sewa."

"Saya tunggu sekarang juga!"

Akhirnya Dilraba membuat kesepakatan kembali dengan Sarifa mengeni pempayaran sisa dari sewa apartemen mewa yang ditempatinya kini.

Dilraba pun bernafas lega.

Ia sudah mempunyai backingan data palsu sertifikat rumah yang ada di Kazakhastan. Sertifikat palsu itu baru saja datang hari ini dari Kazakhastan namun memang Ia masih meninggalkan sertifikat itu di kantornya sehingga belum bisa diberikan kepada Sarifa hari ini juga. Seseorang membantunya mengurus semua identitas palsu termasuk dokumen-dokumen ilegal dari Kazakhastan langsung. Ia yakin jika Ia akan selamat kali ini dengan menyerahkan surat sertifikat palsu tersebut kepada Sarifa.

**

Thalita pun mengikuti pesta yang diadakan Pelin. Ini adalah pesta ulang tahun Pelin. Ia mengadakan pesta ulang tahunnya di sebuah bar.

Thalita pun terpaksa masuk bar. Ia bukannya sama sekali tak pernah masuk bar, Ia pernah sesekali masuk bar di Jakarta namun ini bukan bar lagi tapi benar benar nght club. Ia pernah masuk night club atau diskotik saat Ia di Bali saja saat acara tahun baru itu juga. Ia tak suka tentunya dengan suasana meriah yang ada di nihgt club.

Pelin memilih club menengah saja untuk merayaka ulang tahunnya yang ke-28 ini.

Thalita pun masuk ke club malam tersebut.

Pelin pun merayu Thalita untuk mencoba minum. "Thalita, segelas saja..."

"Tidak... aku tak bisa!" tolak Thalita.

Beberapa teman kantor yang lain terutama yang laki- laki kini berani menggoda Thalita.

Burak, salah satu pria yang dimaksud mendekati Thalita. "Thalita, kau harus menikmati malam ini dengan penuh kegembiraan ya... sekali- sekali tak apalah kau minum! Kau sudah masuk juga kesini!" ajaknya sembari meminum bir yang ada di tangannya.

Thalita menelan ludah. "Terimakasih, tapi aku tahu rasanya tidak enak!" tolaknya ketus.

Burak masih mencoba merayu Thalita.

"Asal kau tahu ya Thalita, wanita berhijab itu menurutku sangat aneh. Mereka akan sangat cantik jika menunjukan rambut mereka. Hijab digunakan jika menghadap Allah saja saat Sholat." Burak tersenyum mengedipkan matanya kepada Thalita.

Thalita membuang muka. "Burak, aku tahu kita sedang tak di kantor namun kau harus tahu dimanapun kau berada, kau harus tetap meghargai orang! Hijab ini urusanku dengan Allah, kau tak perlu ikut campur." Ia mencoba menasihati walau tahu itu hanya akan berakhir sia- sia.

"Kalau mau ceramah lebih baik di sekolah saja!"

"Iya, aku yang bodoh, menceramahi orang mabuk! Aku tahu aku salah sudah masuk kesini!" Thalita pun berniat keluar dari diskotik tersebut.

"Kau mau kemana?" tanya Burak lagi.

"Kau tak perlu tahu!"

"Katakan... aku tak akan lepaskan jika kau tak beritahu!" paksanya.

"Aku mau ijin pulang kepada Pelin!" jawab Thalita. "Kau puas?"

"Tidak... bahkan pesta saja belum dimulai, bagaimana kau mau pulang?" tahan Burak.

"Aku tak peduli, aku mau pulang! Lepaskan tanganku!"

Burak pun menolaknya. "Jangan harap kau bisa kemana- mana!"

Tiba- tiba seorang pria menghampiri mereka berdua. "Lepaskan tangan wanita itu!"

Thalita pun terkejut dan melihat ke arah pria tersebut.

**