Thalita's POV
Pulang juga Gue darri rumah Tuan Furkan. Capek banget menghadapi Neneknya Tuan Furkan. Dia pikir Dia mau punya cucu menantu perfect banget dengan kelakuan cucunya yang seperrti itu? Ih paling sebel deh sama orang hipokrit macam itu.
Ya kalau mau hidup serba perfect sempurna tolong dong diperbaiki dari dalam dulu. Lihat gimana kelakuan cucunya juga Bu Zubaidah... Saya juga ga mau jadi menantu Ibu beneran, saya juga tahu kalo jadi istrinya Pak Furkan itu sama aja kaya jadi pajangan rumah.
Aku benar- benar tak bisa berhenti menggerutu setibanya di rumah, bagaimana tidak mendengar semua kriteria Nyonya Zubeyde yang ingin punya cucu menantu serba sempurna yang tak masuk di akal membuatku semakin geram. Dia harusnya membuat cucunya menjadi Pria yang sempurna juga supaya mendapat cucu menantu yang juga tak kalah sempurna.
Aku pun masuk ke kamar mandi untuk mandi dan menggosok gigi.
Aku mengganti bajuku dengan daster helo kitty lengan pendek favoritku. Rambut panjangku yang masih basah ku keringkan dengan handuk.
Setelah selesai semua kegiatan rutin malamku, aku pun membaringkan tubuhku di kasur untuk tidur.
Tiba – tiba ponselku berdering.
Aku pun membuka ponselku.
[Thalita, tesyekur ederim.]
Ternyata yang mengrim pesan WA tersebut adalah siapa lagi kalau bukan Tuan Furkan. Entah mengapa pesan Tuan Furkan yang singkat ini serasa membuatku melayang padahal Dia hanya mengucapkan terima kasih saja kepadaku bukan pesan yang lain.
[Sama- Sama]
Gue ga akan benar- benar suka sama Pak Furkan, cukup Thalita, jangan sampe perasan lo beneran tumbuh terhadap Pak Furkan, ini sama saja menjalani perasaan yang sia- dia.s
Thalita's POV end
**
Keesokan paginya di kantor Halloturk, Furkan memperkenalkan Pamannya, siapa kalau bukan Mansur Gul kepada Karyawan Halloturk.
Mansur Gul ingin berkeliling ke seluruh bagian Halloturk.
Semua Karyawan terkejut melihat kedatangan calon Presiden Turki tersebut.
Sudah bisa ditebak jika kebanyakan Karyawan Halloturk memiliki haluan condong ke Partai Republik yang mana dipimpin oleh Mansur Gul.
Pelin membisik ke Thalita. "Thalita, itu calon Presidenku.." ujarnya dengan senyum yang sumringah.
Thalita hanya geleng- geleng. "Aku tak mengerti soal politik- politikan Pelin."
"Ye... aku hanya memberitahumu jika Tuan Mansur Gul adalah calon Presiden yang sangat sempurna dibanding Presiden yang sekarang."
"Yang kudengar malahan Presiden Turki yang sekarang ini justru yang membawa kemajuan pesat bagi Turki."
"Iya benar namun... Dia terlalu agamis, apa- apa bawa agama... Politik tak bisa dicampur adukan dengan agama karena bagaimana pun agama adalah hak personal masing- masing orang."
"Yang aku pahami, Tuan Ahmet Albayrak mencoba memperbaiki sistem tatanan Turki dari segi pembangunan infrastruktur juga ingin masyarakat Turki mengedepankan Tuhan daipada hanya berpijak pada logika. Orang- orag sekuler di Turki juga masih bisa hidup dengna aman dan sentosa, bukan?"
Pelin tertegun. "Katanya kau tak tertarik dengan politik di Turki, ini apa? Kau tahu juga masalah..."
"Pelin, aku tak tertarik bukan berarti aku tak tahu apa- apa... Aku hanya ingin membaca sesuatu yang setidaknya dasar- dasar penerapan politik di Turki. Bukan berarti aku tertarik memperdalam Politik Turki."
"Baiklah, aku tahu kau gadis yang cerdas. Aku yakin sekali semasa kau sekolah saat ada kuis dadakan, kau ditanya temanmu tidak bisa dan belum belajar juga, eh ujung- ujungya malah dapat 100 kuis dadakannya." Wajah Pelin nampak mengejek Thalita.
Thalita pun tak bisa menampik sindiran halus Pelin tersebut karena kenyataannya memang begitu. Ia ingat saat ada kuis dadakan yang lain pada kebingungan, begitu juga dirinya, saat ditanya temannya Ia juga menjawab tak bisa dan belum belajar namun benar apa kata Pelin dirinya malah dapat nilai hampir sempurna walau tidak belajar.
Di belakang Mansur Gul, Thalita melihat seseorang yang berjalan mengawal Mansur Gul dari belakang seperti orang yang Ia kenal.
Thalita pun terkejut melihat pria tersebut yang ternyata adalah Yusuf, pria yang mengaku sepupunya Furkan.
Tatapan Pelin lincah menatap opria tersebut, Ia menyenggol lengan Thalita.
"Thalita, loh itu bukannya pria yang ketemu di bar pas ulang tahun aku ya?" tanya Pelin.
"I... Iya Pelin."
"Kok Dia ada disini juga? Siapa sih dia Thalita? Ganteng banget lagi!" Pelin tak bisa berhenti tersenyum melihat Pria tampan tersebut. "Ia temannya Tuan Furkan ya?"
Aku masih tertegun sesaat melihat Yusuf.
"Thalita..." Pelin lagi- lagi menegurku.
"Eh iya Pelin..."
"Dia siapa?"
"Yu... Yusuf, sepupunya Tuan Furkan."
"Gagah sekali tampaknya. Tampan juga ga kalah tampan dari Tuan Furkan, pantes masih sepupuan ternyata sama Tuan Furkan."
Thalita hanya terdiam saja melihat rombongan tersebut berputar.
"Thalita, kamu bisa kenal sama sepupunya Tuan Furkan dari mana?"
"Emang kenapa sih Pelin?"
"Aku hanya penasaran saja habisnya kamu kok bisa tiba- tiba punya kenalan yang tak terduga."
"Sudahlah Pelin... Itu hanya kebetulan saja kok aku bisa berkenalan dengan Yusuf."
"Ih... ga usah ketus- ketus gitu sih..."
"Maaf.... aku ga ketus Pelin!"
Thalita pun buru- buru membuang muka saat Yusuf menyorot ke bagian tempatnya duduqk.
Pelin malah sebaliknya, Ia tersenyum saat Yusuf menyorot ke tempat bagiannya duduk.
Rombongan tersebut pun akhirnya pindah ke meja Thalita, Pelin, dan Mustafa duduk.
Mereka pun telah tiba di bagian Thalita.
"Paman Mansur, ini adalah bagian QC IT di Halloturk. Disini ada Tuan Omar sebagai Managenya lalu ada Tuan Mustafa sebagai supervisor dan ada Pelin, Thalita, Aras, dan Cihan staf dari QC IT.
Mereka semua pun berdiri dan membungkuk sedikit menyapa Mansur Gul dan rombongannya.
"Selamat siang Tuan Mansur Gul!" ujar Omar selaku manager.
"Selamat siang Tuan Omar. Anda telah bekerja keras apalagi di bulan Ramadhan ini dimana banyak yang bepuasa sekarang ini namun tetap bekerja maksimal seperti hari biasa!"
"Tesyekur ederim," jawab Omar.
Mata Pelin tak bisa melihat Pria tampan seperti Yusuf.
Thalita hanya memandang dingin terhadap Yusuf.
Yusuf pun tiba- tiba menyahut. "Furkan Abi, kudengar salah satu karyawatimu adalah calon tunanganmu bukan?"
Jantung Thalita tiba- tiba hampir berhenti mendengar celetukan Yusuf.
Mata Thalita membelalak seketika, Ia pun berusaha tidak panik, menjaga emosinya.
Furkan langsung menjawab Yusuf. "Kau benar sekali Yusuf, sepertinya tak ada info yang terlewatkan ya dari telingamu?"
"Benarkah Furkan? Ada salah satu karyawatimu yang merupakan calon istrimu? Kau belum perkenalkan dia kepada Pamanmu ini?" tegur Mansur.
Furkan tersenyum. "Iya Paman, benar ada..."
"Yang mana Furkan? Apa di bagian ini?" tanya Mansur.
Furkan pun memincingkam matanya kepada Yusuf. Batinnya. Furkan apa- apaan ini, dari mana Ia tahu soal Thalita? Apa Thalita sudah memberitahu Yusuf mengenai pertuunangan kita? Astaga... Thalita ini maunya apa sih? Dia benar- benar ingin menyebarkan kabar pertunangan bohongan ini ke hadapan publik?
Sementara Thalita keheranan. Batinnya. Yusuf apa ih maksudnya bicara seperti itu? Dasar Pria aneh!
**