Keluarga Dilla pun mengajak Dilla pergi ke suatu tempat, rumah yang dimaksud itu adalah Rumah dari Zubeyde Atagul.
Fetimah pune memberikan salam kepada Zubeyde. "Salamun Aleykum."
"Aleykum Salam." Zubeyde pun membalas salam Fetimah.
"Elhamdulillah akhirnya kalian datang juga..." Zubeyde pun tersenyum menatap Dilla.
Dilla pun terekejut mengetahui Zubeyde adalah Nenek yang dulu pernah Ia bantu saat Ia masih tinggal di China.
"Nine... Kau masih ingat denganku?" Dilla pun tersenum leabr.
Zubeyde pun mengangguk. "Bagaimana Aku bisa lupa dengan kebaikanmu anak cantik?" Ia menyentuh dan membelai wajah Dilla.
"Loh, Dilla sudah bertemu dengan Nyonya Zubeyde?" tanya Fetimah.
Dilla pun mengangguk. "Dulu saat Nine ini tersesat terpisah dari suaminya di China, aku tak sengaja membantu Nine. Ini suatu kebetulan sekali."
"Vallahi Dilla... tak ada sesuatu yang kebetulan, ini sudah rencana Allah. Demi Allah, ini adalah takdir pasti." Zubeyde sangat yakin.
Dilla pun mengangguk. Ia mencium tangan Zubeyde. "MasyaAlla Nine, semoga Allah selalu melindungi kita semua."
Zubeyde pun mengelus kepala Dilla.
Mereka pun duduk di sofa ruang tamu rumah Zubeyde. Ini sduah setahun sejak Zubeyde ditinggal suaminya. Ia sedih sekali karena kepergian sang Suami.
"Nine, aku yakin jika Suami Nine sekarang sudah tenang." Dilla meyakinkan.
"Benar apa yang Kau katakan." Zubeyde mencoba menahan kesedihannya.
Mereka pun merencanakan sesuatu, apalagi kalau bukan mengenai perjodohan Dilla.
"Dilla, kau mau kan bertemu dengan Cucu Anne?" tanya Zubeyde.
Dilla pun mengangguk. Ia tak punya pilihan lain selain mengiyakannya. Ia menatap wajah Ibunya yang sangat berharap akan persetujuan Dilla mengenai perjodohan ini.
Dilla sendiri masih galau dan bingung mengenai perjodohannya dengan cucu dari Zubeyde.
Zubeyde pun membeberkan sesuatu. "Kau pasti sudha tahu kan?"
"Tahu apa Nine?"
"Cucuku namanya Furkan Atagul."
Dilla pun terkejut. "Furkan?"
Zubeyde mengangguk.
Batin Dilla. Tidak... Tidak mungkin... Bagaimana mungkin jodohku adalah Tuan Furkan?
Gareth memperhatika gerak- gerik Putrinya yang kelihatan sedang berpikir.
Ia pun mencoba membawa Dilla keluar.
"Aku akan bicara sebentar dengan Dilla." Gareth pun menaik Dilla keluar.
Dilla pun menuruti Sang Ayah.
"Dilla, bagaimana?" tanya Gareth.
"Dad, I can't!" ujar Dilla sembari menggeleng. "Aku tidak ingin dijodohkan!" tegasnya.
"Dad understands! I will make it to be the end!" Gareth yakin jika Ia bisa mengakhiri perjodohan ini. "I will protect you babe! I can't let it."
Dilla sangat tersentuh dengan pembelaan Sang Ayah.
Mereka pun kembali.
"Maaf sebelumnya, namun Putri saya juga memiliki privasi dan keputusannya sendiri. Saya rasa Kita perlu memberikannya waktu untuk berpikir!" ujar Gareth.
Zubeyde tersenyum. "Benar Tuan Gareth namun saya tak punya calon yang lebih bagus untuk cucu saya selain Dilla ini. Dilla sudah terlalu sempurna, dia cantik, pintar, datang dari keluarga terpandang, juga sangat sholihah."
Dilla pun melihat wajah Zubeyde. Ia tak bisa menolak jika melihat wajah Zubeyde yang nampak memohon kepada Dilla.
Dilla pun memandang wajah Fetimah. Ia masih ingat perkatan Ibunya jika Sang Kakek dulu punya baynyak hutang budi kepada keluarga Zubeyde sehingga Ia terpilih menjadi Walikota Konya dua kali berturut- turut selama 10 tahun. Ia tidak ingin Dilla membantah apalagi menolak perjoddohan ini.
Dilla pun akhirnya memutuskan untuk setuju dulu, toh dia yakin Furkan pasti bukanlah pria yag semudah itu mau dijodohkan. Ia yakin Furkan akan menolaknya sebagai Calon Istrinya.
"Evet. Saya coba jalankan saja perjodohan ini." Dilla pun menyetujuinya.
Zubeyde matanya sudah berbinar- binar.
Lain halnya dengan Fetimah. Ia menatap biasa saja. Ia sudah yakin jika Sang Putri tak akan menolak perjodohan ini.
Zubeyde mendekati Dilla. Ia memegang tangan Dilla dengan erat. "Terimakasih Dilla... Allah akan membalas semua kebaikanmu Nak!" ujar Fetimah dengan yakin.
Dilla pun mengangguk.
**
Thalita mentutup dirinya dengan selimut yang ada di kasurnya. Ia masih tak bisa melupakan Furkan yang membawa Dilraba ke klub malam pada hari itu.
Thalta pun membatin. Ini salah Thalita, kau hanya akan terluka bila kau beneran pakai perasaan kepada Furkan. Tu... Tunggu.... itu berrarti aku... aku sudah bisa melupakan Ray? Jika aku jatuh cinta dengan Furkan, aku sudah melupakan Ray kan? Aku berhasil melupakannya... Oh Tuhan... aku benar- benar sudah melupakan Ray sekarang. Aku senang bisa melupakannya namun kenapa sekarang aku malah harus menyukai orag yang salah.
Thalita pun menghela nafas panjang.
Ia pun mencoba memejamkan matanya.
**
Furkan pun bangun dari tidurnya sembari memijit dahinya, Ia merasa pusing.
Ia pun mengambil air putih di sebelah tempat tidurnya dan menenggaknya.
Sang Ibu, Burcu pun masuk ke kamar Furkan.
"Furkan..."
"Anne, kenapa?"
"Nine mu akan kemari hari ini!"
"Lalu?"
"Furkan masih tak mengerti.
"Dia akan memperkenalkan calon istri pilihannya."
"Aku mengerti..."
"Kau harus bersiap segera ya!"
"Evet, Anne!"
Furkan pun segera beranjak dari tempat tidurnya untuk mandi.
Burcu pun tersenyum lebar. "Anne, kau tidak bisa seenakya menentukan jodoh Putraku."
**
Selepas maghrib, Zubeyde datang ke rumah Putranya, Karem Atagul.
"Anne..."
Zubeyde berdeham. "Salamun Aleykum."
"Alayku Salam." Karem menjawab salam Zubeyde.
Zubeyde pun memperkenalkan keluarga Murray.
"Karem, ini Tuan Gareth Murray beserta Istri dan Anaknya." Zubeyde pun menunjuk kepada Gareth, Fetimah dan Dilla.
"Salamun Aleykum." Gareth menyapa Karem dan menyalaminya.
"Aleykum Salam Warrahmatullahi wabarakatuh. Mari masuk!" Karem mempersilahkan keluarga tersebut masuk.
Zubeyde telah memberitahu mengenai Gareth Murray dan keluarganya.
Gareth memiliki usaha restoran Turki di Newcastle city. Istrinya juga merupakan Dosen di Medical School Newcastle. Ia juga memberitahu mengenai Fetimah adalah anak dari mantan walikota Konya, Onur Celik.
Karem sudah setuju dengan pilihan Sang Ibu untuk jodoh Furkan.
Karem pun meminta Perlayan memanggil Anak dan Istrinya.
Mereka pun telah dudk di ruang tamu.
Furkan pun keluar dari kamarnya, begitu juga Burcu.
Ia langsung terkejut melihat siapa yang ada di ruang tamu rumahnya bersama Nenknya.
Dilla sontak langsung berdiri melihat Furkan.
"Salamun Aleykum." Dilla memberi salam.
"Aleykum Salam." Furkan menjawab salam Dilla.
Zubeyde tampak gembira melihat Furkan yang menjawab salam Dilla.
"Furkan, ini keluarga Murray. Ini Tuan Gareth Murray, Nyonya Fetimah Murray, dan Putri mereka yang cantik, Dilla Murray."
Furkan mengangguk. Ia pun mendekati mereka. Ia menyalami Gareth dan memberikan salam dengan tidak menyentuk Fetimah dan Dilla.
Diikuti oleh Burcu yang menyalami Fetimah dan Dilla
Ia tersenyum lebar kepada keluarga Murray.
Fetimah membalas senyuman Burcu. "Terimakasih Nyonya Atagul. Kami mengapresiasi kebaikan Anda kepada keluarga kami!"
Burcu pun membalas. "Elhamdulillah, keluargaku adalah keluarga yang selalu mengedepankan tangan di atas."
"Maaf, kami bukan mau minta disedekahi!" jawab Fetimah.
"Loh, bukannya kau mau meminta Putrimu dinikahi dengan Putra kami? Itu bukannya sama saja dengan minta sedekah nafkah kepada Putra kami untuk Putri Anda?" Burcu dengan angkuh menantang Fetimah.
Fetimah pun menarik urat. "Anda bilang apa tadi?"
Zubeyde mencoba menahan menantunya. "Menantuku, kau bialng apa sih? Mereka kan tamu..."
Burcu tampak tak peduli.
**