Pertemuan keluarga itu nampak dingin akibat kelakuan Burcu.
Karem pun menarik istrinya ke kamar.
Ia membilangi sang Istri agar bersikap baik di hadapan keluarga Murray.
Burcu pun hanya mengangguk dan mengiyakan perintah suaminya tersebut.
Sementara mereka makan malam bersama di ruang makan Rumah Karem.
"Nak Furkan kini CEO dari Halloturk kan?" Fetimah menanyai pekerjaan Furkan.
"Benar Nyonya."
"Kudengar kau mantan bosnya Dilla juga ya?" tanyanya lagi.
"Benar!"
"Syukurlah aku sudah tahu..." Fetimah tersenyum sembari memotong daging di piringnya.
"Dilla sekarang tinggal dimana?" tanya Furkan sekedar basa- basi.
Dilla pun terkejut. "Tinggal di apartemen Conrad."
"Nak Furkan, Anda tak usah khawatir soal keuangan jika menikahi Dilla. Dilla sangat pintar menabung dan mengelola keuangan. Ia saja kini bisa menyewa apartemen wewah di daerah Besiktas ini. Aku yakin semua akn beres keuangan keluarga bila dipegang oleh Dilla!" puji Fetimah untyk Putrinya.
Furkan hanya tersenyum.
Dalam hati Dilla. Ini tidak benar Anne, yang ada bangkrut... aku sekarang ini miskin, tidka punya uang, aku menumpang pada Dilraba sekarang.
Furkan pun melanjutkan makannya.
Tak lama Burcu dan Karem kembali ke ruang makan.
"Tuan Gareth Murray, Anda sudah bersedia menjodohkan Putri Anda kan dengan Putra kami?"
Burcu pun menggeleng. "Saya selaku Ibu kandung Furkan juga ingin menilai Dilla sebelum benar- benar menjadikan Dilla sebagai menantu saya."
Fetimah pun mengangguk. "Tidak masalah! Di dunia ini, tak ada yang tak bisa dikerjakan Dilla!" Ia berkata dengan angkuh. "Semua pekerjaan perempuan, Dilla bisa melakukannya."
Dilla pun berusaha menahan emosi dalam hatinya. Btinnya. Anne, benar- benar ya ingin menjodohkanku dengan Furkan.
"Kita berikan privasi berdua antara Dilla dan Furkan!" ujar Fetimah.
"Kau mau Dilla berdua saja dengna Furkan?" Burcu terkejut.
"Kami bukan orang tua konservatif, kami cukup open minded. Aku yakin Putri kami cukup beriman." Fetimah dengan yakinnya berkata.
Dilla pun hanyad diam mendengar Ibunya daritadi meninggikannya.
Burcu pun rasanya kesal dengan segala ucapan Fetimah yang selalu meninggi.
"Oh begitu ya? Kok aku merasa Dilla ini adalah wanita yangbisanya selfie dan melakukan foto OOTD saja ya dengan make up dan hijabnya? Aku merasa jika Dilla memakai hijab karena fashion saja." Burcu pun menyerang Fetimah.
Kali ini Dilla buka suara. "Nyonya Atagul, Saya tak menganggap hijab saya ini sebagai pajangan dan perhiasan semata. Terserah bila Anda mau bilang begitu, namun saya harus nmeluruskan tuduhan Anda kepas Saya," tegasnya.
Furkan pun membela Dilla. "Anne, kau jangan menuduh Dilla yang bukan- bukan. Hijabnya itu adalah keputusan Dilla. Kita tidak boleh seenaknya menjudge Dia begitu."
Burcu pun diam saja dinasihati Putrinya.
Fetimah tersenyum puas mendengar pembelaan Furkan untuk Dilla.
**
Makan malam mereka telah selesai. Kini Furkan menikmati malam di bawah sinar rembulan di dekat kolam renang yang ada di rumah Furkan.
Mereka hanya memandang bulan di atas. Waktu menunjukan pukul 11 malam.
"Dilla, aku tak menyangka jika calon itu, yang dipilihkan Nenekku adalah Kau!" ujar Furkan.
"Aku tahu Kau pasti terkejut Tuan." Dilla pun merendahkan suaranya.
"Dengar ya Dilla, Kau sekarnag ini kan tinggal di apartemennya Dilraba Tapi mengapa kau menbgaku itu adalah apartemen yang kau sewa dengan uangmu sendiri?"
"Aku tak punya pilihan selain berbohong dengan Mereka. Ini demi menyelamatkan diriku tidka disuruh kembali ke Inggris."
"Jai bila ketahuan kau..."
"Bila mereka tahu aku masih pengangguran dan tak punya uang di Istanbul, mereka akan memaksaku meninggalkan Istanbul dna tinggal lagi di Newcastle." Dilla memotong kata- kata Furkan.
"Dilla... ini bukan hal yang benar..." Furkan menggeleng. Ia memegangi dagunya yang telah tumbuh jenggot halus berwarna coklat, gen rambutnya adalah coklat.
"Aku tidak ingin kembali tinggal bersama orag tua. Pantang bagiku melakukannya!"
"Kau itu benar- benar hidup di pemikiran liberal dan islami ya..." Furkan menggeleng lagi- lagi.
"Iya benar! Aku sangat open minded dan menganggap jika usia 18 adalah usia dimana tidak boleh lagi bergantung dengan orang tua."
"Lalu kau masih mau dijodohkan? Katanya open minded dan setengah liberal?!" Furkan keheranan.
"Itu lain hal Tuan! Lagipula memang Tuan mau beneran dengan saya?!"
FURKAN PUN TERDIAM.
Tak lama Ia menjawab. "Kau pasti akan mendapatkan yang jauh lebih baik dari saya."
"Aku juga tidak mau dengan Tuan. Kau pernah bercinta dengan sahabat saya... bagaimana mungkin saya dengan seseorang yang pernah menjadi bagian dari hidup sahabat saya."
Furkan pun akhirnya jujur. "Begini ya Dilla..."
"Apa Tuan?"
"Saya dan Dilraba itu sampai sekarang masih berhubungan."
Sontak Dilla pun terkejut. "Jadi Anda adalah pacarnya Dilraba sekarang?"
Furkan mengangguk. Ia lega akhirnya jujur.
"Tuan, saya mohon lepaskan Dilraba." Dilla pun memohon.
"maksudmu apa sih Dilla?"
"Saya tahu Anda Pria seperti apa... Teman Saya pantas mendapatkan yang jauh lebih baik dari Anda. Saya mohon lepaskan Dilraba."
"Kau pasti mau kan dijodohkan denganku sebenarnya makanya kau menyuruhku putus dengan Diraba."
"Tuan, Kau picik sekali! Aku dan Dilaraba adalah sahabat karib, kami saling meindungi. Aku tak akan biarkan Dilraba termakan rayuan gombalmu!" Mata Dilla menatap Furkan dengan berapi- api.
"Kau bilang apa sih Dilla? Aku dan Dilraba saling mencintai dengan tulus. Bagaimana mungkin aku hanya menggombalinya?"
"Kau pikir aku tak tahu tentangmu Tuan! Kumohon, lepaskan Dilraba!"
Furkan menghela nafas panjang. Ia menggeleng.
Dilla pun merasa frustasi karena Ia memiliki firasat buruk jika sampai Dilraba masih berasama Furkan.
**
Thalita mendapat kabar dari Furkan dan Ibunya agar besok ke rumahnya untuk menemui Nenek Furkan.
Tiba- tiba Thalita mendapatkan pesan baru.
Pesan WA daris seseorang yang tak disangka- sangka.
"Ta... apa kabar?"
Thalita pun membuka pesannya.
Pesan tersebut jelas dari Rayhan.
Thalita pun bergegas membalasnya.
Thalita: Baik Ray. Lo?"
Rayhan: Baik Alhamdulillah. Lo puasa 18 ja ya disana?
Thalita: Iya nih 18 jam disini puasanya.
Rayhan: Kuat kan?
Thalita: Sembarangan. Kuat dong!
Rayhan:: Ya kali aja lo ga kuat terus buka setengah hari.
Thalita: ngaco aja Ray!
Thalita senang sekali mendapat pesan WA dari Rayhan.
Rayhan: Gue boleh curhat ga Ta?
Thalita: Iy Ray, boleh kok... boleh banget. Ada apa?"
Rayhan: Lo emang ga lagi sibuk sekarang?
Thalita: Enggak kok. Gue free.
Rayhan: Ini soal Villea.
Thalita: Bini lo kenapa Ray?
Rayhan: Gue maunya Villea mundur dari dunia keartisannya, Ta. Ternyata jaman gue pacaran sama nikah beda banget rasanya. Gue semakin protektif sama Villea sejak nikah, gue ga bisa ngeliat Villea terlalu akrab sama temen- temen cowoknya sesama musisi.
Thalita pu bingung mau membalas apa. Ia sebenarnya tahu jika Rayhan sangat posesif dan sangat menyayangi orang yang dicintainya. Ia tahu jika Villea pasti ingin kebebasan berekspresi sebagai musisi. Rayhan tipikal yang akan sangat menyayangi orang yang menjadi pasanganya, ini sduah lagu lama dankesekian kalinya Rayhan posesif dengan pekejaan Villea. Thalita sudah tidak kaget lagi dengan pembahasan yang sama.
Batin Thalita. Kalo gue yang jadi istri Lo, gue nurut Ray, gue nurut sama apa yang lo bilang. Tapi sayangnya gue udah move on dari lo Ray. Gue mungkin sekarng suka sama Furkan. Apakah gue harus cerita ke lo soal Furkan?
**