"Kau siapa?" tanya Burak yang dalam keadaan mabuk.
"Kau tak perlu siapa Aku, yang jelas lepaskan saja wanita ini!" ujar Pria tersebut.
"Kau yang mengganggu acara Kami Tuan! Ini adalah acara teman kami, dan wanita ini adalah temanku!" ujar Burak.
"Kau jangan buat keributan di tempat ini."
Thalita pun memandangi Pria yang ada dihadapannya tersebut. Batinnya. Loh bukannya Dia adalah Pria yang masuk ke Rumah Tuan Furkan?
"Kau mau lepaskan atau kau..."
"Tuan... Tuan... Pria ini temanku, Aku bisa mengatasinya sendiri!" Thalita menolak bantuan Pria tersebut.
"Aku haya ingin membantumu."
"Sudah, tak masalah Tuan."
Lalu sang pria mabuk tersebut melihat ke arah depannya dan sadar siapa yan baru masuk.
"Tu... Tuan Fur... Furkan..."
Thalita pun menoleh ke belakang. Ia melihat jika Furkan baru saja masuk ke dalam night club menggandeng seorang Wanita.
"Tuan Furkan." Thalita juga ikut terkejut dengan kehadiran Furkan.
Burak pun bergegas pergi meninggalkan Thalita, sadar ada bosnya di bar tersebut.
"Kau masih ingat denganku, Nona?" tegur Pria yang tadi ingin menolong Thalita.
Thalita pun menengok ke arah Pria itu. "Tamam." Ujarnya mengiyakan apa kata Pria tersebut.
"Namaku Yusuf."
"Namaku Thalita."
Yusuf hanya menganggguk saja mengajak berkenalan Thalita. Thalita juga balas mengangguk.
"Kau kulihat beberapa hari yang lalu ada di depan Rumah Furkan Abi, kukira kau pacarnya Furkan Abi."
"Tuan Yusuf, Anda salah paham. Aku bukan kekasihnya Tuan Furkan."
Yusuf pun mengangguk. "Iya Aku tahu, pacarnya Furkan Abi sekarang bersamanya."
"Aku mau pulang saja deh..." Thalita sangat tidak mood terlebih melihat Furkan membawa seorang wanita.
"Itu jauh lebih baik kau pulang sekarang daripada lebih larut lagi, ini sudah jam setengah satu."
"Aku sudah lebih dari satu jam berada disini jadi lebih baik aku pulang saja."
"Iya, benar juga pasti kau mau sahur juga kan untuk puasa besok?"
"Iya.. tapi aku sudah tak perlu bangun sahur lagi nanti karena sudah makan tadi."
Yusuf mengangguk. "hati- hati kalau begitu."
Thalita merasa aneh dengan Pria tersebut. "Tuan... kalau boleh tahu, Anda itu... siapanya Tuan Furkan memang?"
"A... Aku... sepupunya."
"O... Baiklah."
"Hati- hati pulangnya!"
Thalita mengangguk.
Thalita pun ingin segera pulang ke rumahnya.
Namun tiba- tiba Pelin mencari Thalita dan memanggil Thalita berkali- kali. "Tha... Thalita..." Pelin memanggil Thalita dari atas panggung ternyata.
Thalita pun mendengarnya. Ia pun menoeleh ke arah panggung. "Pelin kenapa sih?"
"Temanmu itu?"
"Iya..."
"Dia sepertinya mabuk parah."
"Sepertinya begitu, Ia yang mengundangku kesini karena ini pesta ulang tahunnya."
"Ya sudah kau hampiri saja temanmu itu sebelum Ia membuat kerusuhan." Yusuf pun menganjurkan Thalita. Ia mengangguk.
Thalita pun ke depan berjalan ke panggung tempat Pelin berbicara. "Pelin..."
"Itu Thalita, namanya Thalita, Dia teman karibku di kantorku terutama." Pelin pun mulai berbicara mengenalkan Thalita kepada orang- orang.
"Pelin, kau mabuk ya? Ayo kau turun saja sebaiknya..." ujar Thalita dari bawah panggung.
"Siapa yang mabuk Thalita? Aku sadar kok! Aku bahkan sangat sabar, eh sadar maksudku..." Pelin pun tertawa cengengesan.
"Eh ada teman baruku yang datang bersama bosku..." ujar Pelin menunjuk ke arah Dilraba. Ppein pun mendada ke arah Dilraba. Dilraba membalas dengan senyum.
Thalita pun naik ke atas panggung guna menarik Pelin untuk turun ke bawah. "Kau benar- benar ya Pelin..." Thalita pun menyeret Pelin ke bawah.
Akhirnya mereka pun turun dari atas panggung.
"Ah, Thalita ga seru nih..." protes Pelin.
"Kau ini jangan buat masalah ya Pelin..."
Dilraba dan Furkan pun mendekati Pelin dan Thalita.
"Tu... Tuan Furkan... aku kira kau tak akan mau datang ke klub kelas menengah seperti ini?" Pelin pun hanya cengengesan saja.
Dilraba pun menimpali. "Tuan Furkan sebenarnya tak level ya main ke klub rendahan seperti ini namun apa boleh buat... kau kan temanku Pelin jadi aku mau tidka mau harus mau datang kesini dan Tuan Furkan pun mau menemaniku walau dia itu bosmu." Dilraba berbicara dengan angkuh.
Furkan pun tersenyum. Ia lalu mengarahkan tatapannya kepada Thalita.
Thalita pun sadar jika Furkan melihatnya. Ia pun sontak membuang muka.
"Thalita, Senang bisa bertemu disini juga..." ujar Furkan.
Thalita pun mengangguk. "I... Iya, Tuan..."
"Ini karyawanmu juga ya Tuan?" tanya Dilraba.
Furkan pun tersenyum menatap Dilraba dan mengiyakan.
Dilraba semakin memeluk erat Furkan di depan umum menandakan Furkan adalah miliknya seorang.
Ia nampak sangat bangga menjadi kekasih dari Furkan.
Thalita melihat sinis ke hadapan Dilraba.
Pelin pun memberitahu jika Thalita jika Dilraba ini adalah seorang editor majalah Fleur. Ia juga memberitahu Thalita jika Dilraba ini adalah seorang anak dari konglomerat di Kazakhastan.
"Thalita, Kau sepertinya tidak suka ya denganku?" terka Dilraba.
Thalita menoleh. "Kau salah sangka saja denganku Nona Dilraba. Aku saja baru kenal denganmu, bagaimana bisa aku tak suka denganmu?" Thalita pun menoleh ke arah Pelin. Ia berbisik kepada Pelin. "Pelin, aku harus pulang sekarang."
"Apa?" Pelin berteriak.
"Aku mau pulang..." Thalita lagi- lagi membisikan sesuatu.
Pelin berbicara dengan keras. "Mau pulang?"
"Shhhttt..." Thalita pun berdesis.
"Kau sduah mau pulang Thalita? Baru juga belum ada jam satu!" celetuk Dilraba.
"Tidak apa Nona, aku tak akan menunggu sampai jam satu."
Tiba- tiba dari belakang Thalita ada seseorang. Pria yang tadi menolongnya.
"Nona Thalita, kau bukannya mau pulang dari tadi?"
Furkan memandang Yusuf. "yusuf, kau ada disini?" Furkan terkejut.
"Iya, kebetulan aku disini diajak teman- teman sekolahku." Yusuf menjelaskan mengapa Ia ada disini.
"Tuan Furkan, ini siapa?" tanya Dilraba. "Sepupuku."
"Oh..."
"Halo Nona, Anda pacarnya Furkan Abi pasti?" terka Yusuf.
"Evet!" jawab Dilraba tanpa ragu.
"Kau bagaimana bisa mengenal Thalita?" tanya Furkan.
"Kami baru berkenalan setengah jam yang lalu kok disini!" ujar Yusuf. "Karena kecelakaan kecil, kau tanya saja Nona Thalita."
Thalita pun menimpali. "Iya, baru saja berkenalan." Thalita memandangi wajah Yusuf.
"Nona Thalita, aku antar kau pulang." Yusuf menawarkan.
Thalita menolak. "Saya bisa pulang sendiri."
"Thalita, kau jangan angkuh menolak ajakan Tuan Yusuf, lagipula sudah jam segini... sangat tidak etis wanita yang kelihatannya wanita baik- baik masih keluyuran malam- malam begini. Apalagi mengingat kau berhijab Nona, itu lebih kelihatan tidak baik lagi!" ujar Dilraba.
"Nona Dilraba, terimakasih loh atas nasihatnya..." Thalita mencoba berbicara sembari menahan emosinya.
"Bukan begitu Nona, aku sendiri juga punya sahabat yang berhijab, dan dia adalah muslimah yang taat dan tidak mungkin pergi keluyuran tengah malam seperti ini, apalagi sampai masuk ke night club, bahkan tak akan mau diajak pergi oleh sembarang pria yang bukan mahramnya, Ia juga bahkan hanya mau taaruf untuk menikah." Dilraba lagi berbicara dengan nada tinggi.
Thalita enggan menanggapi Dilraba lagi dan ingin menyudahinya dengan cepat. "Ya sudah kalau begitu anggap saja saya adalah contoh muslimah berhijab yang jelek sedang kan teman Nona adalah muslimah berhijab yang baik!"
Thalita pun melengos pergi.
Yusuf pun ikut pergi mengejar Thalita.
Furkan pun tak bisa lepas matanya kemana Thalita pergi, namun Dilraba memegang lengan Furkan dengan erat. Furkan pun tak bisa melakukan apa- apa.
**