Chereads / Expensive Baby / Chapter 24 - Bab 23. Kapan Kau Bangun

Chapter 24 - Bab 23. Kapan Kau Bangun

"Calon anakku," bisik Elise di telinga Elena. Dua kata itu menyentak hati Elena. Mencubitnya pelan. Ada hati kecilnya yang tak rela mendengar kata itu terucap dari Elise. Elena menggeleng pelan untuk mengusir rasa aneh itu.

"Ini pertama kali aku melihat kalian berdua bersama. Aku bahkan sulit membedakan kalian berdua." perkataan Diana membuat dua wanita cantik itu menoleh dan tersenyum.

"Tentu saja, kau bisa membedakannya Dok, Elise jauh lebih cantik dariku." Elena dan Elise memang kembar dan sangat mirip namun semua orang masih bisa membedakan mereka. Karena kulit Elena sedikit lebih gelap dibanding Elise.

Diana hanya tersenyum dan duduk di kursi kebesarannya. Siap menjelaskan apapun yang dibutuhkan oleh ibu hamil itu. Elena, Elise dan juga Brian mendengarkan dengan seksama apa saja makanan yang harus dihindari dan makanan apa saja yang mesti dikonsumsi.

....

Brian menurunkan Elena di depan gedung apartemen. Setelah mobil itu pergi, Elena berjalan ke halte terdekat. Dia ingin menjenguk Diego.

Elena berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Dia melihat Mira yang baru saja keluar dari ruang rawat Diego. Saat Mira menoleh ke arahnya, Elena tersenyum.

"Aku baru saja mengganti infus Diego." Mira mengangkat infus kosong di tangan kirinya.

"Terima kasih Mira. Terima kasih sudah membantuku menjaga Diego, selama aku tak menjaganya."

"Kau tak perlu berterimakasih. Aku senang membantumu."

"Aku tak tau harus membalasmu dengan apa." Mira mengusap pundak Elena.

"Kau tak perlu membalasku, Elena. Aku membantumu karena sejak dulu kita bersahabat. Lagipula dulu saat dipanti kau juga banyak membantuku."

"Tapi bantuan itu tak sebesar bantuanmu padaku saat ini."

"Kau tak perlu memikirkan hal lain. Saat ini kau harus tetap kuat dan tegar demi Diego. Kau juga harus menjaga kesehatanmu."

"Mira." Elena tak bisa berkata-kata lagi. Dia terharu dengan bantuan Mira kepadanya. Dia memeluk Mira erat. Sampai saat ini Elena tak menceritakan apapun tentang kesepakatannya dengan Elise dan Brian. Mira juga tak tau jika Elena sudah bertemu kembali dengan kembarannyal, Elise.

"Lebih baik kau masuk dan temui Diego. Aku harus kembali bekerja." Elena melepaskan pelukannya.

"Sekali lagi terima kasih."

Mira tersenyum dan berlalu pergi. Elena langsung masuk ke dalam ruang perawatan Diego. Dia berdiri di samping ranjang. Menatap wajah Diego yang begitu tenang dan damai. Elena mengecup bibir Diego lama. Seakan meresapi ciumannya. Tangannya membelai pipi Diego yang mulai ditumbuhi rambut halus bakal jenggot.

"Kapan kau akan sadar, kak?" Lama Elena terdiam berharap Diego bisa mendengar pertanyaan dan menjawabnya. Namun tak ada satupun yang berarti. Diego tetap diam tak memberikan tanda sedikitpun.

Elena duduk di kursi yang ada di samping ranjang. Dia menggenggam tangan kanan Diego.

"Kak, aku baru saja pulang dari pemeriksaan. Dan aku ... positif hamil." Tangan Elena mengusap punggung tangan Diego.

"Elise dan Brian sangat bahagia saat mendengar kabar itu. Seandainya anak ini anakmu, aku juga akan sangat bahagia." Elena terdiam memandang wajah Diego lekat.

"Kak, kapan kau bangun?" setetes airmata Elena jatuh membasahi pipinya. Dan semakin lama semakin deras diiringi Isak tangis yang memenuhi ruang rawat Diego yang sepi

....

Di sebuah butik dengan brand ternama, Rena dan Tiara sedang memilih pakaian. Seperti biasa, mereka berdua sangat cocok jika menyangkut hal yang namanya berbelanja.

"Tante, kenapa kita harus menunggu lima bulan lagi? Sampai kapanpun Elise tidak akan bisa hamil. Tante membaca sendiri hasil rekap medis Elise. Wanita itu mandul, Tante. Dia tak bisa hamil. Jadi, untuk apa kita menunggu lima bulan lagi jika hasilnya sudah diketahui."

"Ya, kau benar. Tapi Tante tak bisa memaksa Brian untuk menikah denganmu sekarang. Brian pasti bersikeras mengatakan bahwa mereka masih memiliki waktu. Lagipula kau hanya perlu bersabar beberapa bulan lagi. Saat waktu mereka habis, Tante akan meminta Brian untuk menikahimu segera. Dan dia tak akan bisa menolakmu lagi."

"Ya, Tante benar. Ugh, aku sudah tak sabar ingin menikah dengan Brian dan menjadi menantu Tante." Tiara berbicara dengan nada manja dan lembut. Membuat Rena tersenyum dan melanjutkan kegiatannya yang memilih baju.

Tiba-tiba ponselnya yang berada di dalam tas berdering. Rena mengambil ponselnya. Bibirnya tersenyum membaca nama Brian sebagai pemanggil. Dia baru saja membicarakan anaknya itu.

"Hallo, Brian. Mommy—"

"Mom, Brian akan menjadi ayah sebentar lagi." Brian langsung berbicara dan memotong ucapan ibunya.

"Apa?!" Mata Rena membesar seketika. Apa Rena salah dengar, Brian bilang dia akan menjadi ayah?

"Iya, Mom. Brian akan menjadi ayah dan Mommy akan mempunyai cucu."

Tiara yang berdiri di samping Rena mengerutkan keningnya. Dia tak mendengar dengan jelas apa yang Brian sampaikan dalam panggilan itu. Tapi dia yakin itu sangat serius dan mengejutkan karena Rena baru saja berteriak dengan mata membesar dan wajahnya mengerut bingung.

"Maksudmu, Elise hamil?" Tiara membulatkan mata menatap Rena yang juga melihat ke arahnya. Dia tak percaya Rena mengatakan hal itu.

"Ya Mom, dia hamil."

"Kau serius?"

"Iya, Mom. Kami baru saja pulang dari rumah sakit. Jika Mommy tak percaya, Mommy bisa kemari dan melihat hasil tes kehamilan Elise."

"Ya, Mommy pasti akan ke sana." Setelah mengatakan itu Rena menutup telponnya dan menatap Tiara dengan senyuman lebar di wajahnya.

"Tante, apa kau baru saja mengatakan Elise hamil?"

"Ya, Brian baru saja memberitahuku bahwa mereka baru pulang dari rumah sakit. Dan Elise dinyatakan positif hamil."

"Tidak mungkin. Itu tidak mungkin, Tante. Elise tak mungkin hamil, dia mandul." Tiara menggeleng berulang kali. Dia sungguh tak percaya. Dia sudah berusaha keras untuk mendapatkan hasil tes kesehatan Elise. Dan dalam rekap medis itu, Elise dinyatakan mandul. Jadi, tidak mungkin Elise bisa hamil jika kemungkinan wanita itu hamil hanya 10%.

"Tapi Brian mengatakan jika Elise hamil. Dan mungkin saja Elise memang bisa hamil." Ada binar bahagia dalam sorot mata Rena. Walau dia tak menyukai Elise, tapi mendengar wanita itu mengandung cucu pertamanya. Cucu yang sudah sangat lama diidam-idamkannya.

"Tidak mungkin Tante. Atau Elise menipu, dia mengatakan tentang kehamilan palsunya." Tiara terus menyangkalnya. Karena dia yakin dengan kebenaran dari rekap medis Elise yang dia miliki.

"Benar atau tidak, Tante akan ke mansion Brian untuk memastikannya. Kau bisa ikut bersama Tante ke sana."

Tiara terdiam sejenak. Otak pintarnya berputar dengan cepat dan ide itu muncul begitu saja. Dia sangat yakin kehamilan Elise itu palsu. Hanya rekayasa karena Tiara mendapatkan hasil rekap medis Elise dari sumber terpercaya. Dan sisanya tertulis jelas bahwa Elise tak akan bisa hamil kecuali melalui proses bayi tabung.

"Kau mau ikut ke rumah Brian tidak?" tanya Rena yang sudah membereskan barang belanjaannya dan bertanya pada Tiara dengan tak sabaran.

"Tante pergi saja dulu. Aku akan menyusul pergi ke sana." Tak menunggu lebih lama lagi, Rena segera keluar dari butik itu dan menuju mobilnya untuk segera pergi ke mansion Brian.