12:45 AM.
Sudah lewat tengah malam, Diego masih setia terjaga. Tubuh hangat Irene setia berada dalam pelukannya. Aroma vanilla bercampur bunga di tubuhnya tercium begitu dalam di indera penciuman Diego. Irene meringkuk di dadanya. Bekas air mata masih nampak jelas menghiasi pipinya yang pucat. Nafas yang sempat memburu, kini mulai teratur.
Beberapa menit setelah Irene melihat Diego mencekik Mi Lover, dia mendapati Irene yang menangis sebelum wanita itu jatuh pingsan. Bahkan sampai sekarang pun, wanita itu masih menangis dalam tidurnya. Geez! Diego membenci air mata yang terus keluar dari manik indah itu. Irene berteriak padanya saat itu. Diego langsung berhenti, setelahnya dia panik ketika Irene tiba-tiba pingsan.
"Irene... Irene... sampai kapan kau terus membuatku jatuh cinta? Hatimu sangat baik, bahkan pada orang yang telah menyakitimu. Kenapa kau terus seperti ini? Kau membuatku tidak bisa mengalihkan mataku darimu sedetikpun, Irene." gumam Diego sembari membelai pipi Irene dengan jemarinya. Mata biru yang selalu menakutkan ketika ditatap itu kian melembut kala menatap wajah sang kekasih. Menatapnya penuh cinta. Penuh damba.
Diego mengusap punggung Irene dengan lembut. Usapan yang membuat Irene bergumam tidak jelas, lalu meringkuk semakin dalam di dada Diego. Hal itu membuat Diego terbayang akan kata-kata Dokter--sahabatnya yang bernama Erick.
"Nona Irene sangat kelelahan. Batinnya terguncang, aku bisa merasakannya dari detak jantungnya. Kondisinya tidak parah, hanya saja kau harus terus menjaganya. Jangan membuatnya berpikir terlalu berat, itu bahaya bagi bayinya. Bayi-bayimu sehat. Ini keajaiban Tuhan." ucap Erick pada Diego yang tidak melepaskan matanya dari Irene.
Diego tersenyum sejenak, wajahnya kembali datar. "Lalu?"
"Biasanya jika ibu hamil sudah kehabisan napas karena tenggelam, bayi yang di dalam kandungan akan mati. Tapi ini tidak, aku saja tercengang mengetahui bayimu baik-baik saja."
Diego tersenyum lagi, tapi kali ini senyumannya bertahan lama. "Tuhan menyayangi mereka, karena itu mereka selamat. Aku sangat mencintai mereka, melebihi diriku sendiri."
"Ah, kau benar. Kalau begitu aku mau pulang. Kau ini benar-benar pria menyebalkan! Malam-malam begini kau memanggilku saat aku sedang tidur! Huft, sabar!" erang Erick dengan wajah tampan yang terlihat mengantuk. Diego hanya terkekeh melihatnya.
"Sorry... aku panik sekali, Erick." ucap Diego sebelum dia bergerak untuk mengambil dompet tebalnya di dalam saku celana. "Jika menyangkut Irene aku rela melakukan apa saja. Kau pasti sudah tahu tentang itu."
"Yeah, kau ini bucin tingkat akut. Kau tahu?" ejek Erick dengan senyum di bibirnya. Diego hanya meliriknya sekilas, tampak tidak peduli dan sibuk mengambil sesuatu dari dompetnya itu. Erick menatapnya bingung.
"Ini bonus untukmu. Dua kali lipat dari bayaranmu." ucap Diego sembari memberikan sepuluh lembar uang seratus dollar.
"Tidak usah. Aku ikhlas. Melihat calon istrimu yang sangat cantik saja sudah cukup."
"Erick...." gumam Diego tidak suka.
Bukannya takut, Erick malah tertawa. Dia memang suka menggoda sahabatnya itu.
"Aku pergi dulu. Sampai jumpa!" pamit Erick.
Diego tidak bisa menghentikan senyumnya karena Irene dan juga bayinya kini dalam baik-baik saja. Tidak ada bahaya. Tidak ada yang perlu ia cemaskan.
"Aku tidak akan melepaskanmu, Irene." gumam Diego di antara kegelapan. "Kau milikku, Irene. Hanya milikku."
Seolah mendengar ancaman dan janji Diego, kening Irene tiba-tiba mulai terlipat dan gumaman tidak jelas dari mulutnya yang mungil.
Diego tersenyum hangat, lalu dikecupnya dahi Irene dengan intim.
"Di-diego?" Irene bergumam lirih dalam tidur.
Diego menatap Irene dengan lekat. Kecantikannya terpancar di bawah cahaya bulan yang mengintip malu dari balik jendela kamar. Perlahan namun pasti membuat sesuatu di bawah pangkal paha Diego menegang. Lenguhan dan gumaman lirih dari bibir Irene yang tengah memanggil namanya membuat Diego tidak bisa menahan lagi.
Diego mengubah posisi tidur Irene menjadi telentang, kemudian menindih Irene dengan berada di atas tubuhnya.
Oh shit! Diego hampir lupa mengaktifkan kamera rekamannya.
Diego mengambil remote dan mengadahkannya ke atas tepat ke arah kamera yang dia sembunyikan di langit kamar. Lalu bunyi tik terdengar, sebagai tanda bahwa kamera telah aktif. Diego menyeriangi, sepertinya hukuman ini paling tepat untuk wanita yang bernama Mi Lover itu.
Sementara disana, Christina dan Lucas yang tengah mengawasi Mi Lover di ruangan bawah tanah segera menyalakan sebuah laptop yang sudah mereka letakkan tepat di hadapan Mi Lover. Lalu Mi Lover, wanita itu dalam keadaan terikat di bangkunya. Dia menatap Christian dengan bingung kala laptop itu menyala.
"Untuk apa benda itu?" tanya Mi Lover ketus.
Christina hanya tersenyum. Kali ini cara yang digunakan tuannya untuk menghukum Mi Lover berbeda dari sebelumnya. Yang benar saja, Diego ingin membuat Mi Lover sakit hati karena melihat dia tengah menyetubuhi Irene. Aish.... Itu benar-benar gila. Tapi tepat sasaran. Mungkin di hukum dengan sayatan-sayatan pisau Mi Lover belum juga jera, namun hukuman siaran langsung ini sepertinya akan membuat Mi Lover ingin langsung membunuh dirinya sendiri daripada melihat adegan panas itu.
"Yang pasti akan sangat seru jika Nona melihat rekaman didalamnya." ucap Christian dengan masih menunjukkan kesopanannya.
Mi Lover hanya mendengus. Dia malah terfokus pada Lucas yang tengah mengasah pisau lipatnya.
"Sialan! Aku jadi ingin bercinta dengan kekasihku!" Lucas mengumpat kesal karena terbayang-bayang akan rencana gila tuannya itu.
"Hey, Lovelyn. Nikmati film biru ini ya." ujar Lucas dengan kerlingan mata pada Mi Lover.
Mi Lover melotot. Hah? Apa maksudnya?!
Lalu, sebelum rekaman itu di mulai, Christian dan Lucas buru-buru keluar--enggan untuk bergabung. Tidak mungkinkan kan jika mereka ikut menonton pergumulan kedua insan itu?
Rekaman pun dimulai. Mata Mi Lover langsung melebar.
Sementara itu, di dalam kamar, Diego tengah membuka baju atasannya hingga dia telanjang dada. Memperlihatkan kekokohan di dadanya yang bidang dengan otot eightpack-nya. Di tambah dengan otot bisep yang tampak gagah menambah keperkasaan seorang Diego Alvaro.
"Aku ingin merasakan tubuhmu, Irene." bisik Diego seraya menciumi leher Irene yang harum. Kulitnya terasa begitu halus di bibirnya.
"Ahh...." Irene mendesah di tengah tidurnya.
Diego membuka ikatan tali pada baju tidur Irene, lalu melepaskan sepenuhnya dari tubuh Irene hingga menyisakan bra warna hitam yang masih melindungi payudaranya yang padat, termasuk celana dalam dengan warna serupa ikut terekspos dan memperlihatkan kulitnya yang putih. Sangat kontras dengannya pakaian dalamnya.
"Kau sangat cantik, sayang." puji Diego dengan nafsu di mata birunya. Matanya kemudian jatuh turun di payudara Irene yang terlihat menggoda.
Tanpa basa-basi Diego mulai merangsang payudara milik Irene. Dia mengulum dan menciumi putingnya dengan kuat. Sementara payudara Irene yang lain ikut diremas oleh Diego.
"Aaahh... janganhh...." desah Irene di sela-sela tidurnya yang masih terjaga.
Rangsangan Diego kini makin meluas. Lebih intens dari sebelumnya. Sembari membuka kedua paha Irene, tangan Diego mulai bergerak aktif menuju bibir kewanitaannya. Diego mengelus dan bermain semakin liar dengan dua jari tangan menerobos rapatnya inti Irene.
"Aahhh!" Irene bereaksi dalam setiap sentuhan Diego. Tubuhnya menggeliat dengan desahan kecil lolos di mulutnya.
"Aku tahu kau menikmatinya, sayang." Diego mengulum senyum puas. Ia semakin bersemangat memainkan inti Irene. Lagi dan lagi dengan cepat.
"Nghhh..." Irene makin menggeliat dan tanpa sadar membuka kedua kakinya lebih lebar manakala Diego menerobos intinya semakin dalam dengan jari-jarinya yang lincah.
"Ahh... Di...Diegohh..." sejenak badan Irene menegang, lalu kembali melemas. Lima menit kemudian Irene mendapat orgasmenya yang pertama dalam tidurnya.
"Padahal baru jari tanganku, tapi kau sudah orgasme, sayang." Diego tersenyum melihat wajah polos Irene yang dilanda kenikmatan dalam tidurnya.
Napas Irene memburu.
"Ahh!" Irene sontak membuka kedua matanya. Irene menjerit ketika kewanitaannya di jilat dengan sesuatu yang basah.
"Enghh, Diego---ahh," Irene tidak bisa menahan desahannya lagi ketika Diego kembali mengocok kewanitaannya dengan kedua jarinya sambil terus menjilatinya.
Irene makin melenguh nikmat. Kepalanya terasa pening namun membuat mulutnya terbuka nikmat dengan mata terpejam ketika mendesah saat lidah Diego bergerak naik turun menjilat klitorisnya. Gerakan yang pelan namun lama-lama berubah cepat.
Diego makin menekan kepalanya di kewanitaan Irene. Menghirup harum khas kewanitaan Irene, menjilat, mengulum dan memporak-porandakan klitorisnya dengan cepat dan menuntut.
"Aahhh, hahh...." desahan Irene tak beraturan ketika lidah Diego menusuk-nusuk kewanitaannya. Irene mengigit bibir bawahnya, menahan desakan orgasme yang menyerang dan hendak meledak.
"Di-diegohh... ka-kau membuatku gila..." Irene mengerang frustasi sembari mengusap rambut Diego dan menekan kepala Diego pada kewanitaannya. Membuat kepala Diego makin tenggelam. Dalam. Sangat nikmat kala lidah tak bertulang itu membelai intinya. Irene mendesah keras dan kakinya sampai bergetar ketika dia mendapatkan pelepasannya.
Di bawah sana, Irene bisa melihat Diego menyeriangi di depan intinya. Oh God! Dia sudah orgasme sebanyak tiga kali! Ini benar-benar gila!
Diego menjauhkan kepalanya dari bibir kewanitaan Irene yang memerah dan lembab. Dia lalu beralih menatap mata Irene yang juga menatapnya dengan sayu.
"Aku selalu ada untuk membuatmu gila, Irene." bisik Diego serak lalu tanpa memberi istirahat, Diego langsung naik dan mencium bibir Irene.
Tangannya meremas-remas payudara Irene yang terasa kenyal dan menggemaskan. Diego melepaskan kaitan bra yang dipakai Irene. Membuat dua gunung kembar milik Irene yang putih mulus serta puting merah mudanya menunggu Diego untuk menyentuhnya.
"Aku merindukan yang ini." Diego meremas payudara kanan Irene, kemudian memasukkan puncaknya ke dalam bibir Diego dan menyedotnya serta meremas payudara kirinya.
Irene menggumam nikmat, kepalanya mendadak kosong. Dia melupakan rasa marah dan takutnya sebelum dia pingsan. Irene tidak peduli. Dia ingin Diego seutuhnya.
"Diegohh..." Irene terus mendesah menyebutkan nama Diego. Dan itu membuat Diego senang.
Irene menikmati permainan lidah yang dilakukan Diego di dadanya, dia mengangkat tangannya untuk mengusap dada bidang Diego dan memeluk punggung polos Diego.
Diego kembali mencium bibir seksi Irene sambil meremas payudaranya.
"Buka celanaku, Irene. Cepat!" perintah Diego dengan erangan tertahan lalu kembali menyerang bibir Irene. Pria itu terlihat tidak mau menghentikan remasannya dibukit kembarnya. Itu membuat Irene tersenyum. Lalu, dengan lihai, Irene menarik celana Diego kebawah dan membukanya hingga Diego benar-benar polos.
Irene merasa dirinya ini bukan dirinya. Dia tidak pernah seliar ini. Naluri dan gairahnya terlalu menguasainya. Apalagi dia harus merasakan gempuran Diego di bibir dan di dadanya.
Irene tidak bisa menahan senyumnya ketika merasakan sesuatu yang keras dari bawah perut Diego menekan pahanya. Perlahan namun pasti, tangan Irene menyentuh kejantanan Diego yang sudah menegang dan mengelus-elusnya terus.
Sontak hal itu mengangetkan Diego. Bibir mereka langsung terlepas dan teriakan Diego meluncur. Diego mengerang keras ketika tangan Diego menyentuh adiknya. Ini pertama kali untuknya.
Diego menatap takjub pada Irene. Bibirnya menyeringai. "Calon istriku sudah nakal ya."
"Salahmu! Kau yang mengajariku." elak Irene sembari tersenyum mengejek.
Diego malah tertawa.
Lalu, tanpa Diego duga tiba-tiba Irene mendorong tubuhnya hingga kini posisi Irene berada di atasnya. Wanita itu duduk di atasnya dan menindihnya dengan keadaan polos. Astaga! Irene sangat liar!
"Wow, aku tidak pernah menduga kau akan melukakan ini. Bagus sekali." Diego tersenyum sembari merengkuh pinggang Irene yang duduk di atas tubuhnya.
"Yeah, setidaknya ada perubahan. Ini kan yang kau mau?" tanya Irene dengan kedipan di matanya. Astaga... Diego lagi-lagi menatap Irene dengan takjub.
Irene yang tidak tahan dengan bibir seksi Diego langsung menarik Diego ke dalam ciuman yang lebih intens daripada yang Diego berikan sebelumnya.
Diego menikmatinya. Sangat nikmat. Kini dia malah mendominasi ciuman mereka. Sambil melumat bibir Irene, tangan Diego tidak tinggal diam. Dia mengusap dada Irene dan meremasnya gemas. Dada Irene benar-benar pas digenggamnya. Kemudian tangan Diego turun, mengusap punggung halus Irene, membelai pinggang ramping Irene dan tangannya turun lagi.
Irene benar-benar hilang akal ketika tangan Diego mengusap pantatnya dan meremas-remasnya selagi mereka berdua berciuman. Diego sangat ahli membuatnya terbuai.
Puas dengan ciuman di bibir, bibir Diego kemudian mengecup leher Irene. "Kau begitu manis, Irene." puji Diego ketika menghirup aroma tubuh Irene yang alami--tanpa campuran parfum apapun. Diego suka bau tubuhnya. "Kau membuat aku benar-benar ingin melahapmu."
Sedangkan Irene hanya mengulum bibirnya. Membiarkan bibir dan lidah basah Diego mencecap lehernya.
Gairah yang sangat besar membuat jiwa liar Irene bangkit. Irene ingin membuat sesuatu yang lebih nakal dan berani. Karena itu, beberapa detik kemudian Irene menurunkan tubuhnya. Mengecup dada bidang Diego yang selama ini selalu ia puja karena keindahannya, kini Irene mengelusnya dan mengecupnya sebanyak yang ia mau.
Ciuman Irene makin turun, hingga kini wajahnya berada persis didepan bagian kejantanan Diego. Wajah Irene sontak memerah, dia benar-benar malu.
Melihat perubahan wajah Irene, Diego malah tertawa.
"Hentikan wajah konyolmu itu, Irene." kekeh Diego di atas sana.
Irene mendengus, dia buru-buru menjauhkan kepalanya karena kesal. Tapi hal itu tidak terjadi karena Diego menahan kepalanya.
"Jangan marah, sayang.... Ayo, sentuh milikku. Manjakan dia." pinta Diego dengan mata berkilat, penuh gairah.
Irene tampak ragu. Tadinya dia memang sangat liar, tapi dia langsung sadar karena merasa dia sudah sangat sangat liar. Dia merasa telah melewati batas. Kewarasannya kembali datang dan menggetok kepalanya.
"Tidak mau!" Irene hampir berhasil menjauhkan kepalanya namun Diego lagi-lagi menahannya.
"Kau harus! Itu bayaranku karena telah menyelematkanmu."
"Haish! Dasar perhitungan!" Irene mencebik. Dia menatap Diego kesal. Diego benar-benar menjengkelkan. Bisa-bisanya Diego menjadikan pertolongannya beberapa saat lalu sebagai hutang. "Oke, oke! Aku akan membayarnya!"
Diego terkekeh geli. Jujur saja, dia hanya ingin menggoda Irene. Diego tidak pernah perhitungan pada wanita yang dia cintai.
Lalu, semuanya berubah lebih intens. Irene memandangi milik Diego. Sungguh, Irene tidak berbohong bahwa dia sempat menahan napas sepersekian detik ketika harus menahan ekspresi takjubnya ketika melihat kejantanan Diego yang perkasa dengan jarak sedekat ini. Cukup besar, namun tidak menakutkan.
Irene berusaha tenang, dia tidak boleh gemetar. Tapi tubuhnya malah tidak bisa di ajak kompromi. Oh ayolah.... ini adalah pertama kali baginya. Jelas saja dia gugup.
"Ayo, sayang...." pinta Diego serak. Dia tidak tahan lagi! Kenapa Irene lama sekali?!
Irene melirik Diego, matanya langsung bertemu dengan mata Diego yang berkilat-kilat.
Irene fokus kembali, dia meneguk salivanya ketika menggenggam pelan kejantanan Diego yang sudah mengeras.
"Remaslah, Irene!" pinta Diego lagi, suaranya tertahan.
Irene melirik Diego di atasnya. Matanya yang sayu itu bertemu dengan mata Diego yang berkilat-kilat karena gairah.
Baiklah. Mari kita mulai. Batin Irene tak mau kalah.
"Argh!" Diego mengerang saat miliknya diremas oleh Irene. Rasanya sangat nikmat. Sangat!
Melihat reaksi Diego yang menggeram keenakan membuat sudut bibir Irene terangkat. Sebuah ide muncul di kepalanya. Ini tidak akan mudah, Diego--batin Irene.
Remasan Irene yang semula pelan kini berubah cepat. Wanita itu mengocok milik Diego dengan gemas. Puncaknya, Irene dengan berani mengecup buah zakar Diego dan menjilatinya, lalu mengulumnya.
Diego langsung meledak.
"IRENE!" teriak Diego merasakan nikmat tak tertahankan.
Gila gila gila! Diego tidak pernah merasakan bercinta senikmat ini. Dulu sekali, saat dia melakukan blow job dengan jalangnya di klub, Diego tidak pernah sampai berteriak seperti ini. Dan Irene nyatanya mampu melakukannya. Sial! Irene memang tercipta hanya untuknya. Miliknya. Selamanya!
Diego menghela napas berat ketika merasakan kuluman nikmat Irene di kejantanannya. Setelahnya, tangan Irene naik turun membelai kejantanan Diego dengan lembut, tidak terburu-buru dan Diego menyukai segala kelembutan yang Irene berikan.
Irene menyatukan bibirnya, dia membuka mulutnya dan mengulum kejantanan Diego lagi.
Mulut Diego sedikit terbuka ketika Irene menatapnya sembari mengulum kejantanannya, membuat Irene terlihat begitu seksi.
Irene terus menarik turunkan kepalanya, mengulum kejantanan Diego dengan gerakan sensual. Mengecupnya dari ujung atas hingga buah zakarnya lagi, menjilat kejantanan lelaki itu yang sudah mengeras secara keseluruhan.
Hingga Diego menarik lengan Irene untuk menyudahi tindakan blow job-nya dan Diego segera mencium bibir Irene, dia tidak akan membiarkan dirinya menyemprotkan cairan spermanya kedalam mulut Irene.
Itu karena Diego menghargai Irene. Dia tidak sama dengan jalang-jalangnya.
Kini posisi mereka berubah, Diego berada di atas Irene. Di tengah-tengah ciuman mereka, Diego menggesekkan kejantanannya pada inti Irene yang basah.
"Tidak, Diego!" Irene menahan dada Diego dan melepaskan ciumannya ketika dia merasakan kejantanan Diego ingin memasuki dirinya.
Diego menatapnya bingung.
"Kenapa, sayang?"
"Anak kita... bukankah itu dilarang saat sedang hamil?" tanya Irene dengan tatapan polos.
Diego yang mengerti tersenyum. "Tidak apa, sayang. Asalkan aku tidak mengeluarkannya di dalam." jawab Diego lembut.
Irene tampak ragu. "Tapi..."
"Aku janji akan pelan-pelan. Jangan khawatir." ucap Diego penuh kelembutan pada wanita di bawahnya.
Belum sempat Irene menjawab, Diego lebih dulu menghentikannya dengan memasukkan kejantanannya kedalam intinya.
"Ahhh!" Irene menjerit. Pandangan sedikit mengabur ketika sesuatu yang besar memaksa masuk ke area intim-nya. Tanpa sadar tangannya memeluk leher Diego dengan erat.
"Di-diego... ahhh..." teriakan Irene kembali meluncur. Dia merasa perih ketika Diego mendorong kejantanannya semakin dalam di kewanitaannya.
"Sangat sempit, sayang." Diego menggeram di antara pompaannya di lubang kenikmatan milik Irene.
Diego menggerakkan pinggulnya perlahan. Sesuai janjinya, Diego memperlakukan Irene dengan lembut. Diego menyentuh Irene penuh kehati-hatian, seakan Irene adalah sesuatu yang rapuh. Irene memejamkan mata, menikmati perlakuan Digeo. Irene merasa di cintai.
"Kau alasanku bernapas. Aku mencintaimu. Jangan tinggalkan aku, Irene." suara Diego dipenuhi emosi. Irene membuka mata. Diego merangkul tubuhnya, mendekapnya hangat. Tangan Diego membelai pipinya.
"Kau bisa merasakannya. Aku sangat mencintaimu." Diego menangkup rahangnya, memiringkan kepala--menempelkan bibir mereka, penuh kelembutan.
"Apapun yang terjadi, kau tidak boleh meninggalkan aku." Diego menenggelamkan wajahnya di leher Irene, menggigitnya pelan. "Berjanjilah, Irene...."
Irene mengerang--menutup mata. Dia menyadari kata-kata Diego, lelaki ini takut kehilangannya. Demi Tuhan... Irene begitu mencintainya, dia tidak akan pernah meninggalkan Diego. Apapun yang terjadi Irene akan tetap mencintai Diego dengan tulus.
Irene mengangguk. "Ya... Aku berjanji."
Irene memejamkan mata, membiarkan Diego melanjutkan siksaannya. Membiarkan Diego menguasai tubuhnya. Irene mengerang--nyaris tidak bernapas ketika kenikmatan kembali menyerangnya.
Diego menggeram tertahan, merasakan liang kewanitaan Irene menjepit kuat miliknya. Sempit. Diego merasa tertantang. Namun, kali ini dia akan melembut. Melakukanya perlahan agar Irene tidak kesakitan. Irene menerimanya. Diego sangat dominan, kendalinya sangat kuat--mendesak masuk kedalam inti Irene. Perlahan namun menyiksa. Irene malah tersiksa karena Diego menjatuhkan lagi dirinya ketika ia berada puncak. Irene menjerit--mencengkram bahu Diego, menegang ketika desakan besar itu datang lagi.
"Ahh.... Diegohhh..." Irene mengerang frustasi. Diego mendorongnya menuju puncak berkali-kali, tapi karena pelan ia malah merasa dijatuhkan. Karena itu, kuku-kuku Irene menancap di otot keras Diego--Irene melenguh.
"Seperti kata-kataku." erang Diego tertahan sebelum dia melepaskan penyatuan mereka. Menyemburkan cairan kental di luar inti Irene--membasahi sprei.
Irene menghembuskan napas panjang, lega karena Diego mengeluarkannya di luar. Sementara keringat dingin membasahi dahinya.
"Kau sangat nikmat, Irene. Tubuhmu. Aku menyukainya." erang Diego--mencengkram pinggang Irene, mengubah sudutnya--ingin masuk lebih dalam. Diego kembali memompa Irene. "Tidak hanya itu. Aku juga menyukai sifatmu, kebaikanmu, kepolosanmu, ketulusanmu--semuanya. Kau tidak berhenti membuatku jatuh cinta, Irene." desak Diego serak--seakan belum merasakan klimaksnya.
Diego menindih Irene erat--menahannya agar tidak bergerak. Perut Irene tidak Diego biarkan untuk ia tindihi--Baby twinsnya bisa terluka. Irene tersentak keras--merasakan puncaknya lagi. Kali ini Diego menyusulnya, bergetar hebat--dekapannya mengencang. Irene mengerang keras, tidak hanya tubuhnya--tapi jiwa dan sarafnya berhasil Diego capai. Napas Irene terengah, tidak berdaya--kembali jatuh dalam kuasa Diego.
•••
"AAAAAA!!!" Mi Lover berteriak histeris. Dia bergerak-gerak tidak stabil di antara tali yang mengikatnya, sementara air matanya terus bercucuran.
Mi Lover tidak tahan. Dia tidak tahan dan muak melihat adegan persetubuhan Diego dan Irene! Hatinya benar-benar sakit! Ingin sekali rasanya dia menghancurkan laptop didepannya itu dan membakarnya!
Ya Tuhan... Mi Lover tidak pernah merasa sakit yang luar biasa seperti ini. Melihat pria yang di cintainya melakukan sesuatu yang begitu intim dengan wanita lain tepat didepan matanya. Adakah rasa sakit yang lebih besar daripada itu? Tidak ada!
Jika boleh memilih, Mi Lover akan mengakhiri hidupnya sendiri. Demi Tuhan dia tidak ingin melihat rekaman itu. Lebih baik dia mati, meskipun di tangan pria yang ia cintai.
"Diego... bunuh saja aku." pinta Mi Lover lirih.
To be continued.
ANJIRLAH! INA JEDAG JEDUG NGETIKNYA WKWKWK🤣
APALAGI PAS ADEGAN RANJANG! OH MY GOD!😆😆😆
Gais aku ngetik ini seharian lhooo... Dan langsung jadi! Ngebut banget kan?hehe
Gais, ini udh 3150 KATA LOH! Awas aja ada yg bilang kurang panjang. Kurang banyak. Terlalu dikit. SANTET ONLEN NIH!🔪🔪
Okee sebagai apresiasinya Ina butuh LIKE dan KOMENTAR kalian! KRITIK juga boleh! Tapi yg membangun yaa... bukan yg menjatuhkan. Menghargai itu indah😊
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA!
SEMOGA SUKA!😉
Go follow Instagram mereka :
@diego.alvaro01
@bae.irene01
@nainaarc
See you next time!
Salam manis dari Ina♥️