Suara tepok tangan terdengar dari tangan Mama dan itu membuat diriku mulai mempersiapkan kata kata jika Mama menyerang ku dengan cacian pedasnya. Karena aku merasa saat ini bukan lagi antara keluarga tetapi sudah menjurus ke masalah inti yaitu masalah harta dan hasil kerjasama diantara mereka berdua selama ini.
Aku dan Ayuna hanyalah pion yang mereka simpan hingga sampai waktunya tiba maka kami lah yang harus berperang lebih dulu untuk menghadapi kenyataan ini. Pantas saja Ayuna hanya bisa menangis karena mata ini sudah tidak bisa untuk menangis. aku menahan air mata ku ini karena jika tidak aku juga sama seperti dirinya hanya bisa menurut dan menangis, untung aja aku sudah menutup mata ini dengan kebencian dan juga aku harus melihat kenyataan yang ada di depan ku bukan melihat dari mata hati ku yang terbawa oleh perasaan.