Liburan panjang telah usai, Helen dan Bryan kembali beraktivitas masing-masing. Seperti biasa, Bryan kembali mengusik hidup Helen. Helen yang baru saja akan duduk di meja kerjanya kembali sebuah deringan telegram berbunyi nyaring.
"Yang, makan yuk! di luar!" suara manja dari Bryan
"Tidak! Saya sudah masak banyak tadi. Makan sayur rantangan!" jawab Helen garang.
"Kok begitu, saya pengin berduaan, loh."
"Pak, jika makan di luar waktu untuk seminarkan—"
"Pokoknya harus tidak mau tahu. Ini perintah dari atasan tanpa ada kecuali!"
Langsung dimatikan Helen mendengkus kasar. Nina dan Deon cuma bisa diam tidak berani menatap Helen. Soalnya mukanya lagi tidak bagus.
Helen bangkit dari duduknya kemudian masuk ke ruangan Bryan. Bryan cengiran benar-benar rindu sama muka cemberut istrinya. Meskipun sudah bersuami-istri tetap sikap Helen selalu bikin Bryan makin manja.
"Ayo pergi!" Bryan bangun lalu mencium bibir manis istrinya.
Helen tidak berkutik, karena ciuman itu selalu tidak tepat waktu. Bryan menarik tangan Helen, Helen sih menurut benar tidak berubah suaminya.
*****
Di sebuah rumah makan seafood, Helen sepertinya sedang tidak selera makan deh. Tapi tetap saja Bryan memesan makanan sesuai kesukaan istrinya.
"Sayang, makan dong. Kok di lihati saja nasinya."
"Tidak nafsu, Yang!" jawabnya lesu.
"Loh, kenapa? Kamu sakit?" Bryan menyentuh punggung kepala Helen tidak ada panas.
Lalu kenapa dengan istriku? - batin Bryan.
"Sedikit saja, kalau tidak dua suap saja ya," bujuk Bryan, Helen mulai menyuap pertama. Rasanya memang enak tapi rasanya ingin di muntah kan hanya saja ditahan sama Helen.
Bryan mengusap kepala rambut yang lembut itu. Suapan ketiga, Helen berdiri dari duduknya langsung lari terburu-buru ke kamar kecil. Bryan sendiri heran sama sikap istrinya. Disusulnya ke kamar kecil melihat keadaan istrinya.
Helen mencuci mulutnya yang terbuang makanan yang ia kunyah dan telan itu. Bryan memijat lehernya belakangnya. Jadi cemas keadaan istrinya.
"Kamu kenapa? Ke dokter, ya," bujuk Bryan makin cemas. Helen menggeleng kepala.
"Tidak perlu mungkin cuma masuk angin. Tidur sebentar sudah mendingan. Kan, kemarin kita jalan-jalan mungkin terlalu lelah saja," kata Helen
Tapi Bryan khawatir kalau istrinya benar - benar sakit. "Yakin? Kalau tidak kuat boleh pulang duluan, minta sama Nina temani kamu di apartemen."
"Tidak perlu ini sudah mendingan."
"Ya sudah, kalau masih mual muntah, kita ke dokter, ya." Helen mengangguk kepala.
Mereka kembali ke kantor, Helen tidur sebentar kepalanya sedikit pusing efek tadi mual muntah saat menelan makanan. Bryan makin cemas sama keadaan istrinya. Sampai di kantor, Helen bangun Bryan menatap istrinya.
"Kamu benar yakin tetap akan kerja. Wajahmu pucat, loh, Yang."
Helen senyum ia baik-baik saja. "Tidak apa-apa kok. Nanti setelah pulang kerja istirahat mulai baik lagi kok. Jangan terlalu mencemaskan aku."
"Ya sudah, sini aku bantu."
Helen turun tetap di bantu oleh Bryan. Bryan pegang erat tubuh Helen agar tidak jatuh. Rasa dibenak Bryan makin kacau balau sama keadaannya.
Berada di kantor, Bryan membiarkan Helen tidur di sofa dulu. Tidak memberikan ia bekerja dulu. Helen menuruti saja daripada dengar cerewet Bryan makin pusing kepalanya.
****
Di apartemen Helen melanjutkan tidurnya, tidur sampai lupa waktu untuk mandi. Sepertinya dia mager ( malas gerak) Bryan sedang sibuk di dapur mungkin buat bubur untuk Helen.
Bryan masuk ke kamar membawa bubur untuk Helen. Helen bangun tercium aroma sedap di hidungnya. Helen bangun memosisikan tidur jadi duduk. Lalu Bryan menyuapi Helen.
Helen senyum benar-benar suami perhatian banget. Suapan kelima Helen mulai kembali memuntahkan isi bubur yang sudah ditelannya. Bryan langsung berikan minuman hangat untuk Helen. Helen meminum perlahan hampir saja memuntahkan. Bryan berikan anti mual agar istrinya tidak mudah sakit.
"Selamat tidur." Dikecup untuk malamnya. Bryan pun keluar dari kamarnya membersihkan piring dan ia akan melanjutkan pekerjaannya lagi.
Di tengah malam, Bryan yang sedang mengamati laptop di ruang tamu. Mendengar suara muntahan di kamarnya. Segera Bryan menyusul untuk mengecek situasi.
"Yang, Kamu tidak apa-apa?" Bryan di depan pintu kamar mandi mengetuk pintu mengharap Helen menjawab.
Suara air wastafel terdengar pintu di buka di sinilah Bryan melihat wajah istrinya semakin pucat saja.
"Kamu tidak apa-apa. Kita ke dokter, ya!" Bryan mencakup wajah Helen. Benar sangat pucat.
Helen bersihkeras menggeleng kepala. "Hanya masuk angin saja, kok," katanya melanjutkan tidurnya.
Bryan yakin istrinya pasti bukan sekedar masuk angin. Bryan tetap harus membujuk istrinya cek ke dokter. Tetap saja tidak mau.
****
Minggu ke-4 kondisi Helen makin hari makin menurun saja, kadang mual kadang pusing. Bryan terus meminta dirinya cek dokter tetap tidak mau.
Bryan benaran kesal sama Helen, sampai suatu ketika terpaksa Bryan mengundang dokter datang langsung ke apartemen periksa kondisi istrinya. Helen tetap mengotot tidak ingin diperiksa.
Bryan tetap memaksa kalau Helen tidak mau diperiksa dengan secara kasar Bryan akan mengendong istrinya ke rumah sakit. Helen mendengar ancaman seperti itu. Daripada begitu ya sudah ia turuti.
Dokternya cewek karena tentu Bryan tidak ingin dokter lelaki memeriksa istrinya. Sangat rawan untuk Bryan sendiri. Dokternya sedang mengecek, Helen sih diam tidak bergerak.
Setelah selesai diperiksa, dokternya berikan resep dan beberapa vitamin untuk Helen. Bryan makin bingung. Dokternya bilang harus jaga kondisi masa kehamilan istrinya. Saat ini Helen sedang hamil. Usianya masih kecil sedang berkembang dan paling rentan akan hal - hal yang mengganggu perkembangan masa kehamilannya.
"Jadi, masa kehamilannya diharapkan menghindari rokok dan seterusnya karena bisa membahayakan janin yang ada dikandungannya. Untuk tahap perkembangannya dan tahap ibunya sabar dan jangan mudah buat istri Anda tersinggung. Karena banyak sensitifnya," jelas dokternya pada Bryan.
Bryan sendiri terkejut mendengar berita membahagiakan. Akhirnya terkabulkan juga memiliki anak.
"Jadi tidak masalah jika berhubungan intim?" Bryan kok malah tanya soal ini ya.
"Tidak masalah asal posisinya nyaman dan tidak mengganggu janin pada kandungannya saja," jawab dokternya lalu pamit undur diri.
Bryan tentu senang dong, langsung ia masuk ke kamar lihat kondisi istrinya sedang tidur pulas. Dielus perut ratanya.
"Baik-baik ya, nak. Jangan nakal. Dengar kata mama, ya," ucap Bryan pelan.