Masa kehamilan menuju minggu 39, sudah harus mempersiapkan proses persalinan untuk Helen di rumah sakit. Untuk berjalan saja sudah sulit apalagi untuk tidur. Bryan kembali cuti kerja demi sangat buah hatinya yang akan lahir sebentar lagi.
Deon dan Nina di sibukan untuk keperluan tempat bayi ponakan mereka yang akan lahir nanti. Sungguh waktu seperti di kejar setan. Helen duduk manis melihat mereka ada di rumah baru benar buat ia senyum sendiri. Begini kalau sudah hamil apa pun di kerjakan oleh mereka.
Selama masa kehamilannya yang pertama hingga bulan ke-8 memang sangat menyenangkan. Untuk mengidam sih tidak terlalu, cuma pernah bulan ke-4 di mana Helen ingin makan durian dilarang oleh Bryan. Sampai-sampai berjam-jam Helen diami si Bryan.
Helen sih salah sebenarnya ia tidak terlalu ingin makan, hanya mencoba saja apakah sifat Bryan itu masih ada atau sudah berubah. Berdebat dengannya itu tidak akan pernah menang. Karena ia adalah Bos super posesif.
"Deon, ini kamu letakan di mana!" teriak Nina saat berada di kamar untuk si kecilnya.
"Di lemari, sayang!" Balas Deon ada di luar sedang mengangkat barang untuk di masukkan.
Helen mencoba untuk bangun dari duduknya karena terlalu bosan diam diri hanya melihat mereka kerja yang penuh kesibukan. Sulit untuk bangkit dari duduk tapi tidak akan buat Helen manja dan bermalas-malasan sebentar lagi akan lahir Baby kecil.
Bryan yang melihat istrinya sedang berjalan perlahan menuju tempat arah dapur. Dengan cepat Bryan mengikuti istrinya. Takut hal-hal tidak diinginkan.
"Mau kemana, sayang?" tanya Bryan sudah berada di sampingnya membantu istrinya berjalan menuju dapur.
"Mau buat susu," jawab Helen
"Lapar lagi?" Helen mengangguk kepala
"Kamu duduk di sini biar aku yang buatkan. Jangan terlalu banyak jalan sana sini. Kondisi kamu sebentar lagi akan melahirkan. Setelah minum susu istirahat saja dulu, ya." ceramah panjang lebar.
"Iya, Papi. Bawel banget sih lama-lama," celetuk Helen menuruti suaminya.
"Bawel juga karena sayang sama kamu dan juga anak kita." Bryan berikan pada Helen susu hamil.
Helen menerimanya hingga habis, Bryan bantu Deon mengangkat tempat tidur buah hatinya di kamar si kecil. Helen sudah menghabiskan susunya.
Tak lama kemudian, Helen bolak-balik ke kamar mandi untuk buang air kecil. Semakin banyak. Helen mulai meneriaki Bryan dari kamar mandi.
"BRYAAANN!" teriak Helen suara basnya.
Bryan yang ada di depan berlari tergopoh-gopoh mendengar teriakkan istrinya.
"BRYAANNN!"
"Iya, sayang?" respons Bryan saat melihat Helen duduk di kloset. Wajahnya sedikit pucat.
"Kamu kenapa?" tanya Bryan mendekatinya.
"Sakit," jawab Helen pelan
"Sakit, apa yang sakit?"
"Perutnya, dodol! Ke rumah sakit sekarang!" pekik Helen buat Bryan bergerak empat lima seperti perintah.
Bryan langsung menggendong tubuh istrinya yang berbadan dua ini bukan tiga, berat badannya sudah tidak penting. Sekarang kandungan dan istri lebih penting.
"Deon! Siapkan mobilnya!" teriak Bryan
Deon segera keluar dari kamar melihat Bryan tengah menggendong Helen segera ia keluar cepat menyiapkan mobil untuk ke rumah sakit.
Nina akan menelepon yang lain, bahwa Helen akan segera lahir. Di dalam mobil Bryan menyeka keringat istrinya. Wajahnya pucat, tidur di bahu suaminya. Deon mengemudi sambil melirih kaca depan. Tidak melihat depan untung tidak menabrak mobil. yang lewat.
"Mengemudinya yang benar dong!" Marah Bryan buat Deon cengiran.
Sampai di rumah sakit, Bryan mengeluarkan tubuh Helen yang keadaan lemah. Dokter yang biasa menangani Helen ikut datang memeriksanya. Helen di bawah ke ruang rawat untuk pemeriksaan.
Segalanya di pasang sampai pakaian di ganti menjadi baju pasien hamil. Bryan tetap akan menemani istrinya sampai melahirkan. Kondisi Helen sungguh membuat Bryan sedikit cemas. Untuk persalinan nanti akan di lakukan normal. Semoga saja saat persalinan normal kondisi Helen baik-baik saja.
****
Hari demi hari menuju proses persalinan gerakan tidur Helen tidak nyaman, rasanya di bagian tulang punggungnya sangatlah sakit luar biasa. Bryan membatasi bantal di belakang agar istrinya nyaman. Menyingkirkan sisa rambut yang menutupi wajah istrinya.
"Sabar ya sayang, aku ada di sini untuk kamu," ucap Bryan mencium pundak kepala Helen.
Dokter dan suster mulai mempersiapkan alat untuk proses lahirinya. Di dalam rawat inap, ada beberapa yang berkunjung tentu orang tua Helen dan Bryan, Deon, Nina dan teman kerja di tempat Bryan juga datang.
Memberi dukungan untuk Helen agar persalinannya lancar. Bryan di usik oleh karyawan setempat termasuk Officeboy yang kerja sudah lama sekali di tempat Bryan. Suara tawa membuat mereka senang bisa berkumpul seperti ini.
Waktunya persalinan akan di mulai, Helen dan Bryan akan ada di sini menunggu sangat buah hati. Selama berjam-jam. Bryan terus menyeka keringat Helen, instruksi dari dokter tentu Helen menuruti perkataannya.
Bryan menyemangati begitu sakitnya seorang ibu melahirkan anaknya yang selama mengandung di rahim ibunya. Perjuangan seorang wanita memang tidak bisa di tandingi oleh perjuangan lelaki. Wanita memiliki rasa sabar menghadapi anak-anaknya yang sudah lahir. Bryan menangis saat mendengar suara bayi telah keluar dari rahim Helen. Suara yang keras terdengar oleh Helen dan Bryan.
Bryan terus menghapus air matanya karena bahagia. Akhirnya Helen telah melahirkan seorang bayi perempuan dan laki-laki. Anak kembar, Helen tentu ikut menangis bahagia juga. Bryan mencium pundak kepala Helen begitu lama. Bayi yang masih di merah sudah lahir di dunia. Bryan bangga pada istrinya telah memperjuangkan buah hati dengan selamat.
"Terima kasih sayang, kamu sudah berjuang demi putra- putri kita. I Love You."
"I Love You too," Balas Helen.
Kedua bayinya di tempatkan pelindung rawat agar lebih sehat. Sedangkan Helen akan di pindahkan ruangan rawat khusus mungkin lebih besar.
Helen dan Bryan sudah menyiapkan sebuah nama untuk kedua anaknya. Bryan sedang merawat istrinya. Sekarang Helen sedang beristirahat. Keluarga mereka datang untuk membesuk seperti biasa. Bryan masih saja sama tidak pernah berubah tidak boleh di kerjakan ini itu oleh Helen.
Bayi mereka di bawa oleh perawat untuk memberikan pada ibunya Helen dan Bryan sungguh bahagia. Bryan menggendong si kecil perempuan, sedangkan Helen menggendong si kecil lelaki. Wajahnya benar mirip mereka berdua.
"Namanya siapa?" tanya Rini pada Helen.
"Kendrik Edzard Gunawan Dhya," jawab Helen memberikan pada putranya.
"Kalau satu lagi?"
"Kimberly Edzard Gunawan Dhya," jawab Bryan berikan pada putrinya.
"Nama yang bagus. Semoga sehat selalu dan kebanggaan kedua orang tuanya hingga cucu sampai cicit." Doa dari Rini.
"Amiin...."
Kendrik dan Kimberly mereka senyum tidak pernah rewel meskipun digendong oleh orang lain. Bryan sangat bahagia sekali sudah menjadi seorang orang tua untuk anak-anaknya.