Chereads / Posesif Bos / Chapter 31 - Perhatian

Chapter 31 - Perhatian

Masa kehamilan untuk Helen benar menyiksa batin, Bryan tidak berikan izin pada Helen untuk bekerja berat apalagi pekerjaan kantor juga. Posisinya sudah digantikan oleh Nina.

Bryan bawa Helen ke rumah orang tuanya, apabila terjadi sesuatu ada mereka menjaga saat dirinya sedang bekerja. Untung Helen tidak begitu manja masa kehamilan. Bryan saja terlalu posesif banget ini itu tidak boleh apalagi kalau mau ke rumah sakit juga tidak boleh yang periksa itu lelaki harus perempuan.

Helen sih menurut saja apa yang diucap, nasehat, segalanya asal Bryan tidak terlalu mencemaskan keadaannya masih pertama kehamilan pun susah kayak emak-emak sibuk tidak menentu.

"Kalau ada apa - apa telepon aku, ya. Jangan kerjakan yang berat. Istirahat secukupnya, aku berangkat kerja dulu. I Love You." Kecupan pagi dari Bryan selalu memberi sebuah kehangatan bagi Helen.

I Love You too, Sayang. Batin Helen membalasnya.

Helen kembali masuk ke dalam rumah mertuanya, di sana Lita sedang masak untuk menantunya yang lagi hamil muda. Kebahagiaan untuk mereka akhirnya terwujud.

"Ma, masak apa? Sini aku bantu."

Helen ingin membantu Mama mertuanya di dapur. Pekerjaan sehari-harinya tidak akan pernah bosan. Lita sih tidak terlalu melarang Helen lakukan pekerjaan rumah. Karena untuk kehamilan masih muda tentu harus banyak gerak tapi tergantung kondisi tubuhnya apakah kuat atau lemah.

Untuk Helen saat ini tentu tidak terlalu memanjakan kehamilannya, meskipun setiap ke dapur tercium bau yang tidak sedap ingin memuntahkannya. Kemungkinan janin lagi rentan kali ya.

****

Helen lebih banyak tidur di kamar, trimester pertama benar menyiksa banget. Sudah berapa kali bolak-balik ke kamar mandi. Rasanya mau mati saja kalau begini, di elus perutnya yang rata itu. Daripada bosan tidak bisa lakukan apa-apa. Hanya ponsel saja yang ia lihat. Tips kehamilan agar tidak bermanja pada janinnya.

Sore tibanya Bryan pulang membawa makanan kesukaan Helen. Bryan masuk ke kamar lihat istrinya tertidur dengan posisi ponsel di atas dadanya. Bryan mengambil ponsel itu tapi malah terbangun si Helen. Helen mengucek kedua matanya, Bryan gemas dengan sikap istrinya.

"Sudah pulang, ya?" Helen bertanya pada Bryan.

"Iya, baru saja," jawab Bryan.

Helen bangun dibantu sama Bryan, ia duduk ditepi ranjang menyentuh perut istrinya.

"Masih serasa mual?" tebak Bryan. Helen mengangguk kepala.

"Apa mau ke dokter?"

"Tidak perlu, hanya mual saja harus ke dokter segala. Obatnya masih ada."

"Ya kata Mama dari tadi kamu mondar-mandir ke kamar mandi. Jadi lebih bagus ke dokter takutnya kenapa-kenapa, aku yang cemas di kantor sampai enggak konsentrasi memikir keadaanmu."

Bryan benar cemas banget di kantor sampai tidak fokus apa yang di rapatkan tadi. Untung ada Deon tangani kalau tidak mungkin kerja sama dengan perusahaan lain bisa gagal total.

"Aku tidak apa-apa kok. Sudah mendingan tadi sambil lihat tips-tips kehamilan. Ini pertama kehamilan memang akan menyiksa rasa mual dan jaga pola makan agar janinnya sehat. Masih banyak lagi masa kehamilan. Kemungkinan sampai 3 bulan masa kehamilan mulai menunjukkan perubahan," kata Helen menjelaskan pada Bryan.

Bryan sendiri tidak mengerti soal kehamilan, ya ia mengerti cuma buat saja. Tapi, ada bagusnya sih istrinya memahami proses kehamilan. Beruntung punya istri seperti Helen, tidak terlalu memanjakan diri. Tidak sia-sia, Bryan memilih istri seperti Helen yang dewasa dan mandiri. Tidak mengeluh saat pertama kehamilannya. Tiga bulan mungkin akan sedikit menyiksa batin kembali pada kehidupan Helen.

****

Minggu ini Bryan mengajak Helen ke suatu tempat. Mungkin tempat ini bisa memberikan kesejukkan pada janinnya menghindari asap di sekitarnya. Bryan selalu antusias memberikan semangat serta kehangatan untuk istri serta janinnya.

Jalan-jalan santai untuk memperlancarkan kandungan menurut Bryan, sampai ia ikut membaca artikel kehamilan tanya sama staf yang sudah mengalami masa hamil. Sehingga karyawan yang bekerja di perusahaan bangga punya suami seperti dirinya. Perhatian, jaga sikap, mudah cemas, selalu untuk istrinya.

"Yang, aku ingin makan itu deh!" Helen menunjukan tempat stand penjual makanan camilan.

Dari jarak yang lumayan jauh, Bryan menyipitkan kedua matanya melihat jari yang ditunjuk oleh Helen buah kurma. Bryan lirih sekali dia yakin boleh makan buah itu? - batin Bryan dalam hati.

"Yang lain saja, Yang. Kamu masih hamil muda. Takut janinnya kenapa-kenapa, kalau tidak yang itu saja, mau?" Bryan menunjukkan Stand yang lain tidak kalah lebih menggiurkan.

"Boleh deh." Helen menyetujui

Kemudian mereka pun pergi ke tempat penjual camilan ada rujak, ada beberapa buah mungkin lezat. Mereka duduk di salah satu tenda biru, kayak lagu Desi Ratnasari.

"Kok seperti ada di jaman 80an ya, Yang?" ucap Bryan bertanya pada Helen.

"Kenapa?"

"Seperti ini lagunya Tak sengaja lewat .. .depan rumahmu .... Ku melihat ada tenda biru ..... Dihiasi indahnya janur kuning .... Hati bertanya, "Pernikahan siapa?"

Bryan mulai menyanyikan lagu bikin orang yang ada duduk disini melirih Bryan. Helen sendiri sambil menahan tawa, bagaimana tidak ketawa sedangkan ia nyanyi di saat tidak tepat. Namun suaranya bagus kok walau bukan penyanyi asli. Semua bertepuk tangan saat Bryan selesai menyanyikan lagu itu. Sampai dipenjualnya memuji Bryan.

"Wah .... Suaranya bagus sekali, Pak. Seperti suara Afgan."

"Benarkah? Sekedar hobi saja. Cita-cita mau jadi artis tidak kesampaian. Jadi seorang pengusaha kaya raya saja. Sudah cukup terkenal walaupun di sekitar daerah sini saja," kata Bryan bercanda.

Helen sih diam memilih untuk menyantap rujak kacang. Enak sih, pedas berasa banget di lidahnya. Bryan ikut makan juga tapi tidak suka pedas takut perutnya tak tahan