Chereads / Posesif Bos / Chapter 27 - Bulan Madu

Chapter 27 - Bulan Madu

Sumatera utara adalah kota paling indah dan sejuk di penuhi oleh alam semesta dengan mencemarkan sinar matahari pada pepohonan penuh kehijauan

Helen dan Bryan telah berada di salah satu tempat bukit Gundaling yang di kunjungi beberapa warga berlibur letaknya ada di berastagi. Mereka berdua naik delman memang lebih romantis. Melihat dalam pemandangan. Walaupun kesejukan tidak terlalu sejuk namun menerkam kulit mereka.

Semua sudah di jelajahi, Bryan mungkin terlihat lapar, Mereka pun mencari tempat makan, mereka menggunakan mobil khusus. Sebelum nanti perjalanan menuju asal sebenarnya. Mereka puaskan dulu tempat daerah Berastagi. Setelah itu, mereka akan menjelajahi kembali tempat lain seperti gunung Sibayak, taman alam lubimini, Dataran tinggi Berastagi, Gunung Sinabung, Air terjun dua warna, dan seterusnya. Masih banyak bisa di jelajahi.

Perjalanan memang akan cukup panjang untuk Bryan dan Helen, untung saja mereka tidak mabuk mobil. Karena perjalanan ini berbelok-belok akan cukup memusingkan kepala. Bryan terus memegang tangan Helen, ya karena tangan istrinya kedinginan mungkin sudah lama tidak beradaptasi di daerahnya. Sebab di Jakarta suhunya panas maka dari itu. Baru juga sampai tempat berastagi sudah mulai menggigil terus menerus ingin membuang air kecil.

Untung ada Bryan-nya selalu untuknya, mereka sampai di salah satu makanan khas batak Karo di tempat itu. Mereka makan yang seadanya saja mungkin makanan khas padang atau khas Minang. Di sini banyak juga. Sebelum melanjutkan perjalanan yang sangat jauh.

Bryan masih menceramahi istrinya tidak membawa jaket tebal. Dengan sok mengatakan dirinya tahan dengan kedinginan sekarang apa yang dirasakan oleh istrinya sendiri menggigil sampai kebelet pipis.

"Masih dingin?" tanya Bryan memeluk istrinya didalam pelukannya.

Helen cuma bisa menggerakkan kepala naik - turun dua kali. Apalagi kedua kakinya jelas-jelas dirinya sudah memakai celana panjang dan sepatu sport dan kaus kaki tentunya untuk menahan rasa dingin setelah tiba di tempat tujuan. Masih saja menggigil karena kedinginan.

"Apa kamu mau minum bandrek? Biar hangat tubuhmu. Kata orang penduduk di sini kalau suhu tubuh kita dingin akan menyejukan tubuh dengan minum bandrek jahe susu hangat. Agar tidak terasa dingin di dalam tubuh. Aku pesankan, ya, sepertinya diriku juga mau." Bryan mulai memanggil pelayan ada di rumah makan itu.

"Bandrek jahe susu hangat dua gelas, ya," ucap Bryan memesannya lagi.

Helen benar tidak mengerti kenapa tubuhnya begitu lemah, dulu ia tidak pernah selemah ini rasa dingin saja tidak merasakan tusukan kulit. Sekarang berbeda baru juga sampai sudah menggigil hebat dan suara gigi di dalam terdengar garing.

****

Sekarang mereka berada di dalam mobil perjalanan ke Hill Park. Ada beberapa permainan di dalam sana, Kincir angin terbesar. Helen ingin naik itu. Biar makin romantis, belum lagi permainan ekstrem tersebut.

Bryan melarang Helen untuk tidak menaiki permainan ekstrem itu, tetap Helen tidak mempedulikannya dia akan naik apa pun itu. Bryan yakin 85℅ istrinya muntah dengan permainan ekstrem itu. Karena apa, itu seperti akan mengocok perut manusia.

Dan terbukti serta kenyataan Helen memuntahkan isi makanan ada di dalam perutnya. Bryan kembali menekan leher belakang. Tentu berikan minuman hangat untuk istrinya.

"Sudah kita kembali ke hotel saja dulu. Kamu sudah pucat begini. Bisa pingsan di tempat ini. Atau istirahat saja dulu." Bryan terus meminta Helen untuk menuruti suaminya.

Helen sih tidak bisa buat apa-apa, turuti saja suaminya daripada harus pingsan di tempat besar ini. Mereka duduk di salah satu kursi yang mungkin untuk istirahat sejenak. Helen menyandarkan kepala dibahu suaminya.

"Makan sedikit, ya," Bryan berikan sebungkus roti untuk Helen.

Helen menggeleng kepala, perutnya tidak ingin menerima makanan apa pun. Dia cuma ingin tidur sebentar rasanya mengantuk. Baru juga pejamkan matanya, seperti sesuatu memberikan untuk Helen didalam mulutnya, Helen mencoba buka kedua matanya. Bryan malah transfer makanan dari mulut ke mulutnya.

Rasanya debaran di jantung Helen berdesir hangat. Bryan tentu tidak ingin istrinya sakit meskipun tidak selera makan apa pun. Helen mengunyah dan menelan roti itu. Satu tangan mengelus rambut kepala Helen.

Waktu telah berlalu, mereka berdua kembali di hotel terdekat yaitu Mickie Holiday. Sementara mereka menginap jika di lanjutkan perjalanan yakin seratus persen Helen pingsan di mobil.

Hotelnya tidak kalah indah kok, sejuk, dingin, dan pokoknya adem untuk ditiduri. Bryan sendiri duduk di balkon menikmati alam malam, sedangkan Helen sudah tertidur ditutupi selimut tebal. Benar sangat dingin banget. Sementara Bryan puasa dulu untuk olahraga, istrinya sedang tidak enak badan.