Chereads / Cinta Abadi (The Eternal Love) / Chapter 22 - Mengambil Tindakan Sesuai Situasi (2)

Chapter 22 - Mengambil Tindakan Sesuai Situasi (2)

Wanita tua ini punya mata untuk melihat, kenapa masih capek-capek bertanya? Batin Qu Tan'er sambil menahan dirinya, dan dengan lembut menjawab pertanyaan Nyonya Besar.

Nyonya Besar pun bertanya lagi dengan nada dingin, "Kabarnya, Pangeran Kedelapan tidak ke kamarmu saat malam pertama. Apa itu benar?"

"Nyonya Besar sungguh mengetahui segalanya." Qu Tan'er menjawabnya dengan memasang ekspresi serius. Tapi, jawaban itu jadi aneh dengan wajah serius gadis itu.

Nyonya Besar kembali bertanya dengan sengit, "Kamu sungguh membuat malu keluarga Qu! Lalu, kamu masih punya muka untuk pulang? Apa kamu tidak tahu hukuman yang harus kamu tanggung?"

Sejak awal hingga akhir, suara yang terdengar hanyalah milik Nyonya besar. Wanita tua itu memang yang memiliki kedudukan dan kekuasaan di kediaman Qu. Tuan Besar Qu hanya bisa duduk di sampingnya dan menonton.

Qu Tan'er menjawab, "Tan'er tidak tahu."

"Pengurus, berdirilah jauh-jauh dari saya, jangan menghalangi." Pengurus dengan sigap langsung mundur.

"Jingxin, kamu juga jangan berdiri di belakangku." Saat Nyonya Besar meminta pengurus menghindar, di waktu yang sama Qu Tan'er mendorong Jingxin agar menjauh. Karena dia tahu pasti, yang akan terjadi bukan hal menyenangkan.

Anak perempuan yang sudah menikah seperti air yang sudah disiram… kata Qu Tan'er menyebutnya dalam hati.

"Anak perempuan yang sudah menikah seperti air yang sudah disiram." Nyonya juga mengucapkan kalimat yang sama. Belum selesai berbicara, dia langsung mengguyur gadis dihadapannya dengan sebaskom air dingin.

Air dingin itu membasahi Qu Tan'er yang berdiri di atas anak tangga.

Tik, tik! Tetes demi tetes air jatuh ke bawah.

"Ini adalah hukuman yang harus kamu terima." Tatapan mata Nyonya Besar penuh dengan kebencian. Setelah itu, emosinya malah semakin menjadi-jadi saat melihat keadaan Qu Tan'er setelah diguyur.

Rupanya itu maksudnya…

Qu Tan'er tesenyum tipis, rambut gadis itu tidak basah. Begitu pula dengan baju bagian atasnya. Dia sudah mempersiapkan hal ini sejak awal. Inilah kenapa saat akan berangkat, dia meminta Jingxin membawa mantel. Tetapi dia menyayangkan rok bagian bawahnya menjadi agak basah, keadaan itu tentu lebih baik daripada basah kuyup dari kepala hingga kaki.

"Gadis jalang! Kamu merasa hebat? Berani-beraninya kamu memakai mantel untuk menghindari guyuran air!" kata Nyonya Besar tampak marah sekali, namun air di baskomnya sudah kosong, dia sudah kehabisan air.

"Ini adalah kesalahan Tan'er, tidak seharusnya saya memakai mantel. Kalau Nyonya Besar tidak puas, silakan mengguyur saya sekali lagi." kata Qu Tan'er sambil menundukkan kepala, dan memasang wajah ketakutan. Bibirnya merengut, gadis itu sebenarnya sudah ingin tertawa sejak tadi. Statusnya sekarang adalah orang dari kediaman Pangeran Kedelapan, tapi sangat jelas kalau orang-orang di kediaman Qu tidak menganggapnya begitu. Orang-orang ini sudah melanggar aturan. Dan mereka tidak menyadari hal itu.

Nyonya Besar melihat Qu Tan'er dan berpikir keras, jika dia masih melanjutkan hukumannya untuk Qu Tan'er, orang-orang akan merasa dirinya tidak memiliki hati. Wanita tua itu dengan dingin menatap gadis di depannya, membalikkan badan dan memasang lagak wanita bangsawan. 

"Kamu masih belum masuk juga? Kenapa masih berdiri di sana? Mau jadi patung saja? Aku tidak tahu kenapa kediaman Qu ini begitu sial, bisa-bisanya melahirkan anak perempuan durhaka seperti mu. Sungguh memalukan."

"Baik, Tan'er segera masuk." kata Qu Tan'er menyipitkan matanya dan menunduk.