Negara Dong Yue adalah negara yang makmur, rakyatnya hidup tenteram dan damai, di mana keadaan setiap wilayahnya juga stabil. Namun tak seperti biasanya, karena hari ini di ibu kota itu, tepatnya di kediaman pejabat Qu terlihat suasananya sangat ramai. Kabarnya, ada seorang tokoh penting yang datang berkunjung ke sana. Sayangnya, suasana riuh tersebut sepertinya tak mempengaruhi sebuah sudut di halaman belakang.
Tembok di halaman tersebut sangatlah tinggi dan mengerikan, tembok tersebut mulanya dibangun tidak terlalu tinggi. Namun, banyak kejadian yang akhirnya membuat tembok tersebut perlahan dibangun hingga setinggi sekarang.
Saat ini, di dekat tembok tersebut berdiri seorang gadis dengan pakaian berwarna hijau. Bulu matanya yang lentik dan panjang menghiasi sepasang mata bulat berbinar miliknya. Dia memiliki hidung yang mancung, bibir mungil, namun ekspresi wajahnya saat itu penuh dengan kesedihan dan amarah. Postur tubuhnya yang kecil membuat gadis itu tampak seolah dirinya dapat terbang terbawa tiupan angin dengan mudah. Gadis itu benar-benar terlihat seperti Lin Daiyu
Dua tahun sudah berlalu. Disebut lama tidak juga, disebut sebentar pun juga tidak sebentar. Namun dua tahun itu sanggup menyiksa seseorang hingga mati. Gadis itu telah berusaha untuk melarikan diri selama dua tahun, dan selama dua tahun itu pula usahanya selalu gagal.
Entah cobaan apa yang diberikan Tuhan pada Qu Tan'er. Gadis abad 21 ini mungkin seperti sedang menjelajah waktu ke masa jauh sebelum dirinya lahir. Namun, sialnya dia harus terdampar di tempat yang asing dan terpencil. Bahkan tak ada seekor burung yang berani mendekat di tempat itu.
Qu Tan'er bukan hanya mengikuti dosen sejarahnya pergi ke museum. Saat itu ada banyak barang bersejarah baru yang dimasukkan ke museum dan tanpa sengaja dia terbaring di sebuah ranjang. Siapa yang menyangka setelah terbaring… kini dia tidak tahu harus melakukan apa. Mungkin saat nanti suasana hatinya memburuk, dia bisa mencoba untuk melompat ke sungai, bunuh diri, gantung diri dan minum racun, siapa tahu dengan begitu dia dapat kembali ke masanya.
Sepertinya, hari ini adalah saat terbaik untuk Qu Tan'er melarikan diri. Kabarnya, hari ini halaman belakang tidak akan dijaga ketat. Kabarnya pula, hari ini ayahnya sedang sangat sibuk sehingga, dia tidak mempunyai waktu untuk memperhatikannya. Semua kesibukan di kediaman Qu hari ini karena Pangeran Kedelapan yang disukai banyak pejabat akan datang. Lebih mengejutkan lagi, kedatangan Pangeran Kedelapan adalah untuk menikahinya.
Qu Tan'er diam-diam memandang tembok tinggi tersebut, tatapan matanya penuh dengan amarah. Kedua tangannya mengepal erat-erat, seolah ia sedang memperjuangkan sesuatu. Kemudian, dia menggigit bibirnya yang tipis, dan membulatkan keputusan yang sudah ada dalam benaknya. "Apa lagi yang aku takutkan? Kalau gagal lagi, paling aku akan dihukum nenek tua Qu. Istirahat dua sampai tiga minggu juga sembuh!" katanya
Tak berapa lama, setelah memastikan sekelilingnya tidak ada orang, Qu Tan'er membungkuk kemudian mengangkat rok, dan mengikatnya dengan cepat. Lalu dia memanjat ke batu kecil di sebelahnya dan menginjak sebuah pohon kecil yang terlihat rapuh.
Hingga akhirnya…
Qu Tan'er berhasil memanjat tembok tersebut, namun saat ingin melompat turun, ketinggian tembok tersebut membuat nyalinya menciut. Karena kesempatan melarikan diri ini muncul tiba-tiba, dia hanya membawa beberapa lembar uang. Saat itu, dia menyalahkan dirinya sendiri kenapa tidak menyiapkan tali atau tangga, (Sebenarnya, karena dia sudah sering kali mencoba untuk kabur, gadis pelayannya mengawasi dengan sangat ketat jadi dia tidak bisa menyiapkan apapun)
Tapi Qu Tan'er tidak akan rela jika kali ini rencananya untuk kabur gagal. Jika melompat, dia akan mati dengan wajah yang hancur. Jika tidak melompat, akibatnya akan lebih parah.
Loh? Di luar gang ada orang? Batin Qu Tan'er langsung terlena saat menatap orang itu.
Walaupun wajahnya tak terlihat jelas, namun sosoknya terlihat sangat berkharisma. Ia mengenakan jubah panjangnya yang berwarna putih keemasan, dan memiliki postur tubuh yang gagah. Sambil menggoyangkan kipasnya dengan pelan, pria tersebut berjalan dengan santai, seperti awan putih yang mengapung di puncak gunung atau aliran air di tengah senyapnya malam…
Namun dengan cepat Qu Tan'er merengut. Sial, pria itu kelihatannya sombong! batinnya.