Chereads / Cinta Abadi (The Eternal Love) / Chapter 2 - Sampai Ujung Kematian Pun Tak Sudi Membantu, Sungguh Kejam (2)

Chapter 2 - Sampai Ujung Kematian Pun Tak Sudi Membantu, Sungguh Kejam (2)

"Hei pria tampan, tunggu!" kata Qu Tan'er berteriak penuh semangat dengan mata indahnya yang berbinar. Pada saat bersamaan, daya tariknya sebagai seorang gadis cantik pun rusak. Namun, pria tampan tersebut sepertinya tidak mendengar dan bahkan tak memedulikannya. Masih dengan langkah yang santai, dia terus berjalan ke depan.

"Eh, eh, Tuan, lelaki berbakat, pangeran, pendekar dan pria baik hati, tolong dongakkan kepalamu, aku butuh bantuanmu! Tolonglah, ini hanyalah masalah kecil. Sebentar saja, aku mohon." Tiba-tiba angin dingin bertiup kencang dan tubuh Qu Tan'er berayun, sepertinya dia tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Qu Tan'er sudah pernah kabur berkali-kali, ditambah lagi saat ini Kaisar sudah memerintahkannya untuk menikah tetapi dia masih berani melarikan diri. Bila orang rumah mengetahui hal ini, dia pasti celaka! Kini dia harus terperangkap di atas tembok, gemetaran dan tidak berani melompat turun. Sungguh kebetulan, kalau dia bisa bertemu orang yang bisa membantu, namun pria itu malah tak menjawab bahkan mendongakkan kepalanya saja tidak.

Bagaimana ini?! Batin Qu Tan'er sangat tegang dan cemas. Akhirnya, dia yang mulai emosi langsung menunjuk, mengarahkan jarinya ke pria di bawah tembok. Tanpa basa-basi lagi, dia langsung menyembur pria tersebut dengan kata-kata kasar, "Hei pria menyebalkan, aku sedang berbicara denganmu! Kamu tuli atau bisu? Kamu pikir aku sedang bernyanyi? Kamu tidak memedulikanku dan bahkan tidak mendongakkan kepalamu untuk melihatku. Kalau kamu seperti ini terus, aku akan melompat dan menimpamu sampai mati, kamu… Ya kamu."

Fiuh! Setelah mengeluarkan amarahnya, hati Qu Tan'er terasa sangat lega. Benar saja, berpura-pura menjadi perempuan yang dewasa dan lemah lembut selama dua tahun ini sungguh melelahkan.

"Kamu… memanggil aku?" kata Mo Liancheng mendongak pelan dan melihat Qu Tan'er yang sedang menunjuk dirinya dengan galak. Alis matanya terangkat, seakan-akan sedang menertawakan gadis yang berada di atas tembok itu. Mungkin saja pria itu memerhatikannya karena dia baru saja memanjat tembok tinggi itu. Kalau tidak, dia seharusnya berada di dalam rumah, bukannya berada di sudut tembok ini.

Qu Tan'er sangat cantik, sungguh sangat cantik. Tapi sayangnya… berbicara kasar membuat kecantikannya langsung menghilang. "Si… eh, itu, aku sedang memanggil Tuan, apakah Tuan bisa membantuku? Sebenarnya bukan hal penting sih, tapi itu…" kata Qu Tan'er hampir saja memaki untuk kedua kalinya.

Qu Tan'er menata ekspresinya dengan baik, sudut bibirnya juga sudah dilengkungkan. Belum sempat membuka suara, satu kalimat dari pria itu langsung membuat pikirannya buyar seketika. Dia menelan ludah dan hampir mati tersedak.

Pria itu indah sekali! Indah bukan main dan tidak membosankan untuk dipandang… Tatapan mata yang jernih dan dalam, hidung yang mancung serta bentuk bibir yang sempurna, sungguh ciptaan yang indah. Ditambah lagi kharismanya yang sulit diungkapkan dengan kata-kata… Ah, bila tak berhati-hati mungkin air liurnya sudah menetes keluar.

Waktu berlalu sejenak.

Qu Tan'er kembali tersadar, dengan cepat dia kembali ke penampilan yang lembut dan anggun seperti biasa. Dia menggerakkan tangan kecilnya dengan lembut, matanya yang hitam menatap Mo Liancheng lembut seperti air. Sambil tersenyum canggung dan malu-malu, gadis kecil itu kembali berceletuk, "Bagaimana saya memanggil nama Tuan?"

"Mo." kata Mo Liancheng mengangkat alis perlahan, dia mengatakan marga keluarganya dengan bibir tipis miliknya.