Chereads / Cinta Abadi (The Eternal Love) / Chapter 5 - Berpura-pura Saja, Dia Hanya Bisa Pura-pura (1)

Chapter 5 - Berpura-pura Saja, Dia Hanya Bisa Pura-pura (1)

"Tan'er menghadap Pangeran Kedelapan." kata Qu Tan'er lagi tidak panik sedikitpun. Jika Pangeran Kedelapan tidak berada di sebelah kanan, berarti dia pasti duduk di sebelah kiri! batin Qu Tan'er benar-benar tak habis pikir. Kedatangan Pangeran Kedelapan sudah cukup membuat seisi kediaman Qu kelabakan, kini Pangeran Keempat belas juga ikut meramaikan.

Sebenarnya, Qu Tan'er cukup mengangkat kepalanya saja untuk melihat sosok pria di hadapannya. Namun, dia tidak ingin mengangkat kepalanya, dia hanya menunduk sambil melihat sepatu yang dikenakannya. Sepertinya aku harus mengganti sepatu baru, pikirnya dalam hati.

"Dasar bocah ini, sekarang kamu sedang menghadap ke ayahandamu!" kata Qu Jianglin menegur putrinya dengan wajah menahan amarah. Entah mau ditaruh dimana wajahnya. "Pangeran Kedelapan duduk di kursi tengah." katanya menjelaskan.

"Oh, maaf." kata Qu Tan'er mulai merasa malu. Baiklah, dia sebenarnya sengaja melakukannya. Si tua Qu ini benar-benar menyebalkan! batinnya. Kemudian, Qu Tan'er menghadap ke sosok yang duduk di kursi tengah, namun dia masih saja menundukkan kepalanya. Dengan pelan dia menekuk lututnya dan berkata, "Tan'er menghadap Pangeran Kedelapan. Ternyata Pangeran duduk di sana, mohon maaf atas kelancanganku."

Setelah Qu Tan'er selesai berbicara, tiba-tiba…

"Hahahaha!" Terdengar seseorang tertawa terbahak-bahak.

Amarah Qu Jianglin sebenarnya sudah sampai ke ubun-ubun, namun karena ada tamu penting dia terpaksa menahannya, "Maafkan perbuatan putri saya yang membuat Pangeran Keempat belas tertawa." katanya.

"Bagus sekali." Seulas senyum tipis muncul dari wajah Mo Liancheng yang tampan. Dia sudah memperhatikan Qu Tan'er sejak dari tadi, lalu tinggal menunggu gadis dihadapannya mendongakkan kepala. Namun sayang, sepertinya Qu Tan'er tidak berniat mengangkat kepala sama sekali.

Bagus sekali? Apanya yang bagus sekali? Batin Qu Tan'er mengerjapkan matanya kebingungan, dalam dia hati berpikir lagi, Apa maksud Pangeran Kedelapan?

Sambil berusaha menenangkan diri, Qu Jianglin kembali membuka pembicaraan dengan melontarkan basa-basi. Entah bagaimana, topik pembicaraan mereka berubah menjadi Qu Tan'er. Lalu, dia memanggil, "Tan'er, angkat kepalamu agar Pangeran Kedelapan bisa melihat wajahmu."

"Ayahanda, kepala Tan'er sakit." kata Qu Tan'er mengecilkan suaranya dan berpura-pura lemah agar terlihat meyakinkan.

"Kenapa tiba-tiba sakit kepala? Walau sakit kepala pun kamu harus mengangkat kepalamu sekarang." kata Qu Jianglin. Kini, raut wajahnya sudah berubah, dengan nada rendah yang tegas dia meminta Qu Tan'er mengangkat kepalanya. Kenapa malah di saat penting seperti ini, putriku jadi tak taat aturan? Pikrnya.

"Ayahanda, wajah Tan'er sedang berjerawat, tak enak untuk dipandang." kata Qu Tan'er. Apa penolakanku tidak cukup jelas untuk ayah? batinnya.

"Mulai berani membangkang, ya?" kata Tuan Besar Qu, akhirnya dia tak bisa menahan emosinya.

"Ayah…" Suara Qu Tan'er terdengar manja. Siapapun yang mendengar suara lirih tersebut tak akan bisa menolak.

"Kamu….."

"Ayahanda jangan marah. Ingatlah kesehatan anda. Tan'er merasa malu dan tak berani mengangkat kepala. Bagaimana jika wajah Tan'er terlalu jelek dan membuat Pangeran Kedelapan ketakutan?" kata Qu Tan'er. Marah lah! Lebih baik ayah marah sampai muntah darah. Siapa tahu rencana pernikahan ini akan dibatalkan! Tapi… Menyebalkan! pria jahat mana yang berani-beraninya tertawa? Pria sebelah kiri, kanan atau yang duduk di tengah? Apa Pangeran Keempat belas, Mo Jingxuan, yang tertawa? batinnya.

"Apakah dia adalah calon istri saya?" Jemari lentik nan panjang Mo Liancheng mengetuk-ngetuk cangkir teh di atas meja sambil bertanya, lalu dia menatap Qu Tan'er dengan sangat tertarik. Kemudian, menonton perdebatan tersebut dengan seru, membuat Mo Liancheng bertanya-tanya dalam hati drama apa yang sedang dimainkan ayah dan anak ini.

Qu Jianglin yang panik langsung berlutut di hadapan Mo Liancheng, "Ampuni saya yang tidak bisa mendidik anak dengan baik. Bila Anda tak menyukai putri saya, pernikahan ini mungkin bisa dibatalkan. Putri saya memang tidak pantas menjadi istri Yang Mulia." katanya.