Kami berjalan melewati banyak belokan dan lorong dengan Sigmund mengikuti di belakang kami. Langkah kami terhenti di depan pintu ganda yang terbuat dari kayu ek.
Sigmund maju dan membuka pintu. Dia menahan pintu agar tetap terbuka dan berdiri menyamping untuk membiarkan kami lewat. Setelah kami bertiga memasuki ruangan, Sigmund menutup pintu.
Aku melihat ke sekeliling ruangan ini. Di kedua sisi dinding dipajang berbagai lukisan yang menampilkan wajah orang-orang yang berbeda. Tampaknya itu adalah gambar para mantan raja dan ratu, anggota keluarga kerajaan, dan leluhur kerajaan ini.
Raja Bellamy menuntun aku ke salah satu lukisan di sudut ruangan. "Lihat gambar itu!" Beliau menunjuk ke potret seorang wanita muda cantik yang tergantung di dinding.
Ketika aku menatap lukisan di depanku, aku seperti melihat bayangan diriku sendiri. Wanita muda di gambar itu sangat mirip denganku. Rambutnya, matanya, hidungnya, bibirnya, posturnya, semuanya sama persis denganku. Satu-satunya perbedaan di antara kami adalah wanita dalam lukisan ini tampak sedikit lebih tua dari aku.
"Itu adalah bukti bahwa aku adalah kakekmu," kata Raja Bellamy padaku.
Aku mengerutkan kening kebingungan. "Bagaimana lukisanku dapat membuktikan bahwa kau adalah kakekku?"
"Itu bukan lukisan milikmu tapi ibumu," bantah sang raja.
"Ibuku?" Aku terkejut.
"Benar sekali!" serunya.
Aku tertawa terbahak-bahak setelah mendengar jawabannya.
"Apa yang kamu tertawakan?" Raja Bellamy bertanya dengan bingung.
"Maaf, aku tidak bisa menahannya," aku meminta maaf sambil terus tertawa.
Ketika tawaku akhirnya mereda, aku berkata, "Oke. Biarkan aku konfirmasikan lagi. Kau mengatakan ini adalah lukisan ibuku?"
"Ya," jawab raja.
Aku tertawa lagi. "Apakah kau pikir aku akan tertipu semudah itu? Itu tidak mungkin lukisan ibuku. Bahkan seorang anak kecil sekalipun dapat mengatakan bahwa itu adalah gambar diriku dalam versi yang lebih dewasa."
Raja vampir itu tampak kesal dengan komentarku. "Bagaimana aku bisa mempunyai lukisanmu padahal kita belum pernah bertemu sebelumnya?"
"Itu sangat mudah. Pertama, kau menguntit aku, lalu kau mengambil gambarku. Atau kau dapat mengunduh gambarku di akun media sosialku. Itu metode termudah. Setelah itu, kau mengedit wajahku dalam versi yang lebih dewasa," aku menebak.
"Aku tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, Mirabelle. Tetapi jika kamu tidak percaya pada bukti yang aku tunjukkan kepadamu, lalu bagaimana menurutmu agar aku bisa membuktikan bahwa aku adalah kakek biologismu?" Sang raja bertanya kepadaku.
"Tes DNA," jawabku setelah merenungkannya selama beberapa detik, "Itu adalah salah satu cara paling akurat untuk membuktikan bahwa kita memiliki hubungan darah atau tidak. Jika hasilnya 99,99 persen positif, aku akan percaya bahwa kau memang kakekku. Meskipun tes DNA tidak dapat sepenuhnya dipercaya sih karena hasilnya juga bisa dipalsukan. Tapi setidaknya, kita harus mencoba, kan?"
"Baiklah," raja setuju, "Kita akan melakukan tes DNA jika kamu menginginkannya. Tapi aku masih punya bukti lain yang tidak bisa kamu bantah."
Aku melipat tangan di dadaku. "Oke, apa itu?"
"Ini dia!" Raja Bellamy menunjuk ke liontin yang kupakai.
Aku mengerutkan kening. "Liontinku?"
Sang raja mengangguk. "Iya."
Raja Bellamy tiba-tiba memutar badanku. Dia melepaskan liontinku dan tiba-tiba membukanya.
"Bagaimana caramu melakukan itu?" aku bertanya-tanya, "Aku sudah mencoba jutaan kali untuk membukanya, tetapi masih tidak bisa dibuka."
"Liontin ini menggunakan sihir. Ini hanya bisa dibuka hanya dengan darah," raja mmenjelaskan.
"Oh," hanya itu yang bisa aku ucapkan.
"Lihat gambar di dalam liontin ini!" Raja menunjukkan padaku gambar di dalam liontinku. "Itu sama dengan wanita di lukisan yang tergantung di dinding, bukan?"
Aku terkesiap ketika menyadari kedua potret itu sangat mirip. "Ya, mereka terlihat sama persis. Tapi bagaimana mungkin?"
"Aku sudah bilang itu foto ibumu. Liontin ini milik istriku. Dia memberikannya kepada putri kami, Putri Claribelle, ketika dia memutuskan untuk belajar di dunia manusia beberapa dekade yang lalu. Istriku menyuruh seorang penyihir untuk memasukkan sihir ke dalam liontin sehingga dapat menyembunyikan aroma vampir putri kami. Setelah kamu lahir, ibumu dengan sengaja memberikannya kepadamu agar tidak ada yang tahu bahwa kamu adalah seorang setengah vampir," Raja Bellamy menceritakan.
Aku menggelengkan kepala tak percaya. "Tidak, itu tidak mungkin."
Raja Bellamy menyentuh bahuku dengan lembut. "Aku tahu sulit bagimu untuk mencerna informasi ini. Jadi aku akan memberi kamu waktu untuk merenungkannya, Mirabelle."
Setelah mengatakan itu padaku, sang raja menoleh ke Sigmund dan memerintahkannya, "Sigmund, bawa Putri Mirabelle ke kamarnya sekarang!"
"Baik, Yang Mulia," ucap Sigmund sambil sedikit menundukkan kepala kepada rajanya.
Sigmund kemudian mendekati aku dan memegang tanganku. "Ayo kita pergi, Putri!"
Aku melepaskan tangan Sigmund dengan kasar. "Dengar! Bahkan jika aku merenungkannya berulang-ulang, aku tidak akan pernah percaya dengan apa yang kau katakan. Kau tidak mungkin menjadi kakekku. Kau tidak akan pernah—" Sebelum aku bisa menyelesaikan kalimatku, Sigmund menutup mulutku dengan tangannya.
"Kami permisi dulu, Yang Mulia," ujarnya kepada sang raja.
Tangan kanan Sigmund terus menutupi mulutku sementara lengan kirinya melingkari pinggangku. Setelah itu, dia mengangkat tubuhku dan menyeretku yang terus berteriak dan menendang-nendang keluar dari ruangan tersebut.