Adnan merasa ada yang aneh dengan sikap Binar, dia merasa jika istrinya itu selalu menghindarinya. Jika mereka sedang berdua, terlihat jelas tubuhnya gemetar meski berusaha ditutupi.
"Apa kau tahu apa yang sudah terjadi?" Adnan bertanya pada Candra yang sedang duduk memeriksa semua pekerjaan sebelum diserahkan pada Adnan.
"Apa Tuan sudah melupakan semua kejadian semalam?" Candra balik bertanya.
Adnan terdiam lalu mengingat apa yang terjadi semalam. Dia berusaha dengan keras mengingat semuanya. Namun, tidak bisa sebab yang diingatnya adalah kejadian terakhir saat dia sedang berada di ruangan penyiksaan.
Candra tahu dengan diamnya Adnan lalu dia berkata, "Sisi gelap Anda kembali dan menyakiti, Nona."
"Apa?!" pekik Adnan yang tidak menyangka jika dirinya menyakiti Binar.
Tanpa mengatakan apa-apa dia langsung beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruang baca. Adnan ingin bertemu dengan Binar dan bicara dengannya lalu meminta maaf.
Dia langsung membuka pintu kamar lalu masuk, matanya menyapu ruangan kamar untuk mencari Binar. Namun, dia tidak menemukannya, dibukanya pintu kamar mandi tidak terlihat Binar di dalamnya begitu pula dengan ruang ganti pakaian.
"Ke mana dia? Apa dia pergi?" katanya sembari terus mencari keberadaan Binar.
Terlihat seorang pelayan yang sedang melakukan pekerjaan. Dipanggilnya pelayan itu, dengan cepat pelayan itu langsung berjalan mendekat.
"Di mana istriku?!" Dia bertanya pada pelayan itu.
Dengan perasaan takut pelayan itu berpikir jika tuannya akan menghukum istrinya lagi kan. "Saya tidak melihatnya, Tuan."
Adnan melihat hal yang sama dari setiap pelayan yang melihatnya. Mungkin apa yang dilakukannya kemarin sudah membuat semuanya merasa ketakutan.
"Cepat cari dia!" perintah Adnan pada pelayan itu.
Pelayanan itu mengangguk lalu berjalan cepat untuk mencari Binar. Adnan mengambil ponselnya, dia menghubungi Candra yang masih ada di ruang baca dan menyuruhnya untuk menemuinya.
Candra secepat kilat berlari menuju Adnan karena dari suaranya terdengar tidak ada hal yang baik. Dia melihat Adnan yang sedang berbicara dengan beberapa pengawal dan pelayan.
"Apa yang sudah terjadi, Tuan?" Candra bertanya dengan napas yang terengah-engah.
"Binar, menghilang—cari dia!" tukas Adnan.
Menghilang. Candra sungguh terkejut dengan apa yang baru saja dikatakan oleh tuannya. Dia tidak mengira jika nonanya akan menghilang meski dia sudah mengatakan masa lalu tuannya yang sangat menderita.
"Saya akan menyuruh semua pengawal untuk mencarinya," Candra berkata sembari membungkukkan tubuhnya lalu berjalan meninggalkan Adnan.
Kepergian Binar membuat Adnan merasa bersalah sekaligus kesal. Wanita yang dia cintai mengapa selalu pergi meninggalkan dirinya dengan sisi gelapnya.
Padahal dia sudah berusaha sekuat tenaga yang dimiliki untuk menghilangkan semua itu. Namun, sisi gelapnya itu selalu muncul di depan wanita yang dicintainya.
Yang bisa dilakukan oleh Adnan adalah menunggu informasi keberadaan Binar. Dia memutuskan untuk menunggu di ruang baca sembari melakukan apa yang bisa dilakukan, meski hatinya tidak tenang.
Di sisi lain Candra mengumpulkan semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Binar. Dia menghubungi salah seorang yang ahli dalam melacak keberadaan seseorang.
"Aku harap kau tidak benar-benar meninggalkan tuan, Nona Binar Cavalli."
Di pun merasa salut karena seorang wanita bisa pergi tanpa diketahui oleh para pelayan dan pengawal. Itu artinya penjagaan di rumah ini harus diperketat lagi.
***
Binar yang pergi dari rumah untuk menenangkan diri, lebih memilih untuk mendaki gunung Hallasan atau lebih dikenal gunung Halla. Itu akan membuatnya sedikit tenang dan bisa berpikir dengan jernih.
"Sudah lama aku tidak melakukan hal ini," katanya sembari menikmati pemandangan di Hallasan.
Dia tidak menyadari jika saat ini ada orang yang selalu memperhatikan dirinya. Orang itu selalu bisa mengikuti ke mana pun Binar pergi.
Dalam benak pria itu memikirkan bagaimana mencari cara untuk bisa bicara dengan Binar. Dia merasa takut jika wanita yang selalu diawasi olehnya merasa terganggu dan akhirnya pergi menjauh.
Selain pria itu, ada beberapa orang yang mengikuti Binar dari belakang. Mereka sangat berhati-hati dalam bergerak, agar targetnya tidak menyadari keberadaannya.
Binar beristirahat sejenak dia duduk di atas berbatuan. Dia kembali memikirkan tentang Adnan dan sisi gelapnya. Berusaha untuk berpikir dengan jernih, langkah apa yang harus dilakukan.
"Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus pergi atau menemaninya dan menghilangkan sisi gelapnya?" gumamnya.
Instingnya mulai berjalan, dia menyadari jika ada yang mengawasinya. Dia beranjak dari duduknya lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju puncak.
Ponselnya bergetar, dia mengambil ponselnya terlihat begitu banyak pesan dan panggilan yang masuk dari Adnan. Dia mengabaikan semua itu karena yang diinginkan saat ini adalah menangkan diri.
Sembari berjalan dia semakin waspada, hatinya merasa tidak tenang. Orang-orang yang mengikutinya tidak hanya satu orang.
Entah mengapa Binar melewati jalur yang sangat sepi dilewati oleh orang yang berniat mendaki. Mereka mulai berjalan mendekat pada Binar, tidak ada rasa ingin bersembunyi lagi.
"Nona, apakah Anda bisa ikut bersama kami? Ada yang ingin bertemu dengan Anda!" imbuh pria yang mengenakan pakaian berwarna biru tua.
"Siapa yang ingin bertemu denganku? Jika ingin bicara denganku, suruh saja tuanmu untuk menemuiku secara langsung!" timpalnya dengan nada dingin.
Binar melihat ada 4 orang, tidak bukan 4 melainkan ada 3 orang lagi yang sedang mengawasi dari jauh.
Dia berpikir mengapa baru saja sembuh dari luka bekas penyerangan kemarin. Sekarang sudah harus menghadapi musuh lagi. Apakah yang ingin bertemu dengannya adalah salah satu musuh dari Adnan.
"Sebaiknya Anda tidak beradu argumentasi dengan kami! Ikutlah dengan tenang maka Anda tidak akan mengalami hal yang menyakitkan!" ungkapnya padaku.
Binar menghela napas panjang, dia kembali berpikir. Mengapa di saat dia ingin menenangkan diri. Ada yang mengganggu dan itu semua membuatnya tidak bisa berpikir dengan tenang.
"Aku tidak akan ikut dengan kalian! Lebih baik kalian katakan pada tuan kalian jika aku tidak akan mengikuti apa yang diinginkannya!" ujar Binar sembari melangkahkan kakinya meninggalkan mereka semua.
Namun, langkahnya terhenti tatkala seorang pria menghalau jalanya. Dengan senyum miring dia mengatakan jika Binar tidak bisa menolak keinginan tuannya.
Binar melangkah ke samping, untuk berjalan melewati orang yang menghadangnya. Akan tetapi, orang itu mengikuti setiap langkahnya sehingga dia tidak bisa melangkah lebih jauh.
"Tidak bisakah kalian tidak mencari masalah denganku hari ini? Jika benar tuan kalian ingin bertemu denganku, besok saja aku akan menemuinya!" ujar Binar yang sudah mulai kesal.
"Sudah cukup—bawa dia!" perintah seorang pria yang berpakaian warna biru tua.
Pria yang berada di hadapan Binar langsung mencengkeram tangan Binar. Dia berniat untuk menariknya agar ikut bersama dengannya.
'Bagaimana ini? Apakah aku harus ikut dengan mereka atau melawan lalu melumpuhkan mereka semua?' batinnya.