Chereads / Your Father is My Husband / Chapter 39 - Tergoda

Chapter 39 - Tergoda

Dalam benak Belva Bidelia saat ini adalah ingin menyalurkan semua hasrat yang ada di dalam dirinya bersama Marcello. Sudah sejak lama dia mengincar pria ini.

Tangannya menyentuh wajah Marcello dengan lembut lalu menjalar ke bibirnya. Dengan perlahan bibirnya mulai mendekat dan mengecup bibir pria yang selama ini sangat diinginkannya.

Kecupan lembut mendarat di bibir Marcello, dia hendak menghentikan semua itu. Namun, semua yang dilakukan oleh Belva membuat dirinya terhanyut dan melupakan batasan-batasan yang ada.

"Temani aku malam ini," bisik Belva dengan nada menggoda lalu menggigit lembut daun telinga Marcello.

Marcello berusaha menahan hasratnya agar tidak terlalu jauh. Karena dia masih teringat akan Binar, dia tidak ingin melakukan semua ini dengan wanita lain selain Binar Chavali.

"Tidak. Kita tidak boleh melakukan semua ini! Kau tahu jika aku hanya mencintai Binar," ungkapnya pada Belva.

Setelah mengatakan itu Marcello beranjak dari duduknya. Dia berniat untuk pergi meninggalkan Belva sebab jika dirinya masih dekat dengannya. Maka dia takut tidak bisa menahan diri untuk langsung menikmati setiap lekuk tubuh Belva.

"Lebih baik aku pergi," ucap Marcello lalu melangkah ke arah pintu keluar.

"Tunggu!" pekik Belva.

Bruggg! Belva terjatuh, dia mengerang kesakitan. Marcello menghentikan langkahnya lalu berbalik melihat apa yang terjadi. Dia melihat Belva terjatuh sembari memegang kakinya.

Ada keraguan dalam hati Marcello, apakah dia harus tetap pergi atau tetap di sini menjaga Belva yang sedang kesakitan.

Belva meringis kesakitan, terdengar tangisan yang membuat Marcello tergugah dan akhirnya melangkah mendekati Belva.

"Aku bantu kau," kata Marcello sembari menggendong Belva.

"Bantu aku duduk di tempat tidur," Belva berkata dengan nada lirih.

Marcello pun melangkah mendekat ke tempat tidur yang tidak terlalu jauh dari posisinya sekarang. Dia melihat wajah Belva yang putih, memerah akibat tangisannya itu.

"Apa terasa sakit?" tanya Marcello dengan lembut pada Belva.

Belva mengangguk yang menandakan jika itu terasa sakit. Namun, dalam benaknya tersenyum kemenangan sebab dia berhasil mengurungkan niat Marcello untuk meninggalkan dirinya.

Dengan perlahan Marcello menurunkan Belva di atas tempat tidur. Setalah itu dia hendak pergi meninggalkan Belva.

"Istirahatlah aku akan pergi," ungkap Marcello.

"Temani aku malam ini," Belva kembali menarik tangan Marcello lalu mengatakan itu dengan ekspresi sedih.

"Jangan lakukan ini sebab aku tidak bisa menahannya!" jawab Marcello yang berusaha melepaskan tangan Belva dengan lembut.

Belva masih tidak mau melepaskan tangan Marcello, dia tidak akan melepaskan pria yang ada di hadapannya ini. Karena tidak akan ada kesempatan lagi jika Marcello sudah bertemu dengan Binar dan berhasil mengambil hatinya lagi.

Wanita ini mulai mengeluarkan semua trik yang digunakan untuk menggoda mangsanya. Dia benar-benar tidak akan melepaskan Marcello karena jika sudah menginginkan sesuatu maka dia harus mendapatkannya.

Secara perlahan Belva menarik tangan Marcello dan akhirnya tubuh Marcello terduduk tepat di sampingnya. Dia langsung memeluknya dengan erat, sembari mengecup daun telinga Marcello.

Embusan napas yang keluar dari hidung Belva terasa panas di leher Marcello. Di tambah lagi dengan kecupan yang dilayangkan oleh Belva pada lehernya.

"Apa ini yang kau inginkan?" tanya Marcello yang sudah tidak bisa menahan hasratnya lagi.

"Iya," jawabnya singkat dengan nada lirih dan mulai menyapu leher Marcello.

Dengan cepat Marcello melayangkan kecupannya pada bibir merah Belva yang sedari tadi terus menggodanya. Lidahnya mulai bermain di rongga mulut wanita yang sedari tadi menginginkannya.

Kecupan itu semakin lama semakin memanas, tangannya mulai berjalan di setiap lekuk tubuh Belva. Dia sudah tidak bisa memikirkan hal lain selain hasratnya yang ingin terpenuhi.

Marcello menghentikan permainannya, dilihatnya dengan lekat wajah wanita yang ada di hadapannya itu. Terlihat sangat jelas jika Belva sangat menikmati apa yang sudah dilakukan olehnya.

Dia tersenyum lalu melepaskan t-shirt yang menempel di tubuh Belva. Setelah berhasil melepaskan t-shirtnya, terpanggang jelas dada yang begitu menggodanya.

Belva tersenyum, dia memegang kepala Marcello lalu mengecup bibirnya. Mereka kembali menikmati kecupan yang semakin lama semakin memanas. Dia menghentikan kecupannya lalu menarik kepala Marcello sehingga menyelusup kedalam dadanya.

Permainan yang dilakukan Marcello di dada Belva membuat wanita itu merasakan kegelian tetapi menikmatinya. Tubuhnya menggeliat, napasnya mulia tidak beraturan.

Marcello menghentikan permainannya sejenak, dia kembali menatap wanita yang sudah membuatnya lepas kendali. Dia mendorong tubuh Belva perlahan hingga terlentang di atas tempat tidur.

Dilihatnya kembali setiap lekuk tubuh Belva yang berkulit putih. Terlihat sebuah tanda dari bibirnya yang menandakan untuk melanjutkannya.

"Hari ini aku adalah milikmu, Sayang." Belva berkata dengan lirih.

"Kau jangan menyesalinya," sambung Marcello sembari membuka semua pakaian yang masih menempel di tubuhnya.

Belva tersenyum, pikirannya sudah tidak bisa terkontrol ingin langsung menikmati tubuh sempurna dari Marcello. Pria yang sudah diidam-idamkan olehnya sejak dulu.

Marcello tersenyum tipis, ditatapnya wanita yang sudah berani menggodanya itu dengan lekat. Tangannya mulai berjalan lembut dari ujung kepalanya hingga ujung kaki Belva.

Dia mencondongkan tubuhnya sehingga sangat dekat dengan tubuh Belva. Bibirnya mendarat di bibir mungil Belva, bermain sejenak di sana dengan lembut.

Tangannya mulai berjalan lembut di bagian dada Belva dan bermain sejenak di sana. Sehingga Belva benar-benar menikmatinya.

Setelah puas bermain di sana tangan Marcello kembali berjalan perlahan dan tibalah di bagian sensitif seorang wanita. Dia memainkannya secara perlahan.

Dia menghentikan kecupan panasnya sedangkan permainan tangannya di area sensitif Belva belum berakhir. Marcello semakin menikmati semua yang dilihatnya.

Dari pergerakan tubuh Belva yang begitu memprovokasi dirinya. Suara lembut yang keluar begitu saja dari mulutnya, itu semua membuat dia benar-benar ingin melihat lebih dan lebih lagi.

"Apa kau sudah menginginkannya?" tanya Marcello dengan lirih pada Belva.

Belva tersenyum lalu mengangguk yang menandakan dia sudah menginginkannya. Marcello pun memulai permainannya, secara perlahan tetapi setiap detik pergerakannya mulai cepat dan itu membuat Belva tidak bisa mengontrol suaranya untuk menyembur keluar.

Mendengar suara dan gerakan tubuh wanita yang ada di bawahnya itu, membuat dia semakin ingin melakukan hal yang lebih lagi.

Satu jam. Tidak mereka melakukan semuanya dua jam lebih. Bulir-bulir keringat sudah keluar dari kulit mereka berdua. Napas yang masih tidak beraturan saling berbalas.

Semua itu menandakan jika mereka berdua sudah mencapai titik kenikmatan bersamaan. Marcello merebahkan tubuhnya tepat di samping Belva.

Dia memejamkan matanya sejenak, memikirkan apa yang baru saja terjadi. Mengapa dia bisa kehilangan kendali dan melakukan semua ini bersama sahabat wanita yang sangat dicintainya.

Belva yang sedikit kelelahan tetapi dia sangat senang akhirnya bisa melakukan semua ini bersama Marcell. Dia berpikir jika dirinya akan bisa menghilangkan nama Binar dalam hati Marcello.