Setelah mengantar paket di pabrik pagan ternak, Velda duduk di salah satu kursi panjang terletak di lobi utama. Biasa menunggu pemilik perusahaan ternak ini, merasa sangat bosan seharusnya dia itu sudah nangkring di warung nenek Anik menikmati nasi soto buatannya.
Mobil fortuner berwarna hitam masuk tepat di depan gedung tinggi tersebut. Velda duduk sambil menunggu kesuntukkan ia pun memainkan HP canggihnya sambil balas membalas chit-chat dengan teman kerjanya yaitu Nando.
Nando
Jadi nanti lo mau makan apa?
Velda
Belum tau jam berapa balik.
Nando
Atau mau gua antar langsung?
Velda
Nggak perlu nanti gua beli sendiri aja
Nando
Yakin?
Velda
Yakin,
Sudah kerja sana.
Nanti pak Andra merepet
Nando
Jadi, elo ngapain skrg?
Velda
Masih menunggu
Nando
Lama ya?
Ya uda jgn lupa makan,
Nanti kabari klo uda selesai.
Velda
Ok.
Selesai chit-chat dengan Nando, Velda pun kembali memasukkan HP nya ke dalam saku jaket merah Maron. Beberapa menit kemudian sosok yang di tunggu masuk ke dalam gedung pagan ternak ini. Velda mengeluarkan sebungkus permen karet selalu ia bawa kemana-mana menghilangkan rasa suntuk dan bete ketika menunggu seseorang jam karet.
Inilah kenapa ia selalu menolak untuk bekerja di sebuah perusahaan bagian perkantoran, karena membuang waktu tenaga hanya menunggu pekerjaan. Velda memang tidak menyukai pekerjaan ringan kurang menantang baginya.
Lelaki yang berpakaian kemeja pendek itu berhenti dan menoleh arah dimana seorang telah duduk menunggu kedatangannya. Senyuman tipis menerbitkan suasana hati yang indah untuk dirinya. Tentu Arka senang permintaan menyukai karyawati menjadi sampingan untuknya.
"Dengan Velda?" Suara berat dan seksi menggema di telinga wanita duduk memasukkan kedua tangan di saku jaketnya sambil menggerakkan mulut naik turun ke atas, suara permen karet.
Velda melirik seorang lelaki berdiri di depan menatap tajam padanya, Velda mendengus lagi-lagi lelaki menyebalkan ini batin Velda dalam hati.
"Benar!" Sahutnya datar dan dingin.
"Perkenalkan namaku---"
Arka kembali perkenalkan diri tapi Velda malah memotong cepat, "langsung saja, mau anda menarik saya ke sini untuk apa?"
Arka masih dengan pendiriannya tentu untuk mendekatimu, batin nya dalam hati. "Baiklah, sekarang kamu ikut keruanganku ada yang harus saya sampai kan kepadamu setelah aku berikan tugasnya," Perintah Arka berlalu beranjak pergi meninggalkan tempat dimana Velda tunggu.
Velda mendecik ia merasa dikerjai pagi-pagi, tapi masih belum berakhir ia mempunyai batas kesabaran hadapi lelaki menyebalkan seperti Arka.
"Mari, mbak Velda ikut saya," Seorang lelaki berpakaian sopan menghampiri Velda dengan posisi duduk belum beranjak itu.
Velda membuang permen karet ke tong sampah di sampingnya kemudian mengikuti lelaki yang tidak di sebut siapa namanya mungkin dengan tebakan Velda lelaki itu asisten pribadinya atau sekretaris.
Beberapa menit kemudian sampai di depan pintu berwarna hitam abu-abu, pintu terbuka dan mempersilakan Velda masuk. Di sana Arka dan seorang tamu tengah membahas bisnis usaha kerjasama.
Velda terpaksa berdiri di samping pintu keluar, sangat serius untuk dua manusia lelaki itu. Arka melirik jarak beberapa meter itu, Velda dengan muka masam.
"Baiklah, besok saya akan hadir Terima kasih telah datang berikan waktu menjelaskan, akan saya kabari apabila semua telah selesai, Aldi tolong antarkan Pak Sony ke depan." Ucap Arka memerintahkan lelaki muda itu yang berdiri tidak jauh dari Velda.
Velda pun mengetahui lelaki membawanya ke kantor lelaki menyebalkan itu, Aldi. Setelah tamu itu keluar dari kantor Arka, lelaki itu pun kembali ke tempat kerjanya.
"Sudah hampir siang, sebelum melakukan tugas pekerjaanmu, kita cari makan dulu," Ucap Arka bangkit darin duduknya dan mengambil kunci mobil setelah itu di lempar arah Velda spontan dia menangkapnya cepat.
"Ini untuk apa?" Velda mulai bertanya, "untuk apa? Tentu jadi sopir pribadi ku?" Jawab Arka santai
Velda mendengus sebal hari pertama sudah menemui lelaki beginian. Kangen dia sama makanan nenek Anik.
"Kamu bisa mengemudi kan?" Arka bertanya lagi hanya memastikan
"Paling nanti tercium sama tiang listrik atau pembatas jalan," Jawab Velda asal, terlalu meremehkan bakat pengemudi percuma dulu dapat SIM A. Ngomel Velda dalam hati
"Aku cuma memastikan, karena ini pertama kali kamu bekerja untukku." Ucap Arka, apa yang lo ngomongin sih, Arka! Ini pedekate elo.
"Jadi bapak mau ke mana? Cari makan?" Giliran Velda bertanya seperti sopir taksi online sudah cocok mungkin profesinya.
"Biasa kamu makan di tempat mana? Aku ikut saja," Jawab Arka mengecek HP nya
"Anda yakin, sepertinya anda salah memilih orang jadikan sopir." Velda merasa ini paling aneh dia temui
"Kenapa?"
"Ah tidak apa-apa,"
Velda mulai menjalankan mobil itu kemudian mencari tempat biasa dia nongkrong. Sekaligus ia berkumpul dengan teman kru di sana.