Tepat pemberhentian salah satu warung di pinggir jalan. Velda memarkirkan mobil yang telah disusun oleh tukang parkir tersebut. Arka yang sibuk dengan HP miliknya melirik sekitar jalan kebingungan dan juga keheranan. Dia hanya menemukan papan spanduk huruf besar jelas berserta gambar-gambar aneka sajian makanan. Indomie kangkung belacan, Nasi Soto, Lontong pecel, Nasi goreng, Kwetiau Seafood dan masih banyak lagi.
"Ini?" Arka bernerka-nerka lirik wanita jaket merah maron itu.
"Kenapa? Bukannya anda sendiri menanyakan dimana kebiasaan saya mencari makan?" Sengit Velda melepaskan sabuk pengaman nya.
"Tapi..." Arka belum selesai berbicara, Velda keduluan keluar dari mobil fortunernya.
Arka bukan tidak menghargai wanita itu telah membawanya ke sini "Warung Nenek Anik" hanya saja kurang higienis baginya jika menyantap makanan di pinggir jalan.
"Apa lagi? Anda tidak menyukai dengan makanan pinggir jalan? Pasti jelaslah seperti anda tidak cocok menginjak tempat kaki lima, apalagi tidak setara dengan anda." Ejek Velda berlalu pergi dari parkiran tersebut.
Arka tertohok dengan ejekan wanita cantik manis itu, merasa tak terima dihina ia pun menuruti dan menyusul wanita itu. Velda masuk warung langganan nenek Anik. Aroma masakan rumah makan ini benar membuat perut semua orang yang duduk manis menanti pesanan tersebut.
Tempat nongkrongan para karyawan penerbit media surat kabar. Velda menghampiri kru kerjanya, Arka memasuki warung itu bukan karena dia jijik dengan tempatnya tapi asap rokok keringat orang pekerja bangunan.
"Hei!" Sapa Velda menepuk bahu teman kru nya.
Cowok yang selalu duduk di pinggir pojok sedang menikmati makanan berbeda apalagi MCDonal. Nando paling aneh tidak bisa menikmati makanan di warung Nenek Anik. Orang kota terbiasa makanan khas barat.
"Eh... Kok disini? Sudah selesai? Aduh... Gua kagak beli jatah elo," Sahut Nando menggigit sisa burger di mulutnya.
"Nggak apa-apa, gua bukan sendirian ke sini, tuh, sama Bos pakan ternak." Tunjuk Velda memberitahukan kepada Nando.
Nando mundur karena tertutup sama badan wanita cantik itu. Arka sedang berdiri di depan steling penuh bahan masakan bumbu dan rempah-rempah.
"Busyet! Gila benar elo bawa dia ke sini? Memang dia mau makan di tempat beginian?" Nando bertanya pada wanita berdiri di depannya.
"Dia yang minta ya sudah gua bawa aja ke sini," Jawab Velda menarik kursi depan yang kosong bergabung di meja Nando seorang diri itu.
Arka menyusul dan mendekati wanita yang tengah bercengkerama dengan seorang lelaki yang boleh di katakan lumayan ganteng.
"Boleh ikut bergabung?" Suara berat dari dekat untuk dua orang tengah bercengkrama terhenti.
Velda dan Nando mendongak kepala ternyata itu adalah Arka berdiri dengan posisi gaya dua tangan masuk ke saku celananya itu.
"Oh... Boleh-boleh..." Nando menggeser kursinya dan menarik salah satu kursi dari belakang ada orang yang tempati persilakan untuk lelaki yang sok cool itu.
Arka pun mendaratkan pantatnya walaupun terlihat sempit tetap ia menunjukkan sikap seperti kalangan lainnya. Padahal seulas biji jagung telah keluar dari keningnya itu.
Sangat hening tidak ada satu kata yang keluar dari mulut bertiga itu. Sejak Arka bergabung suasana berbeda, Nando yang menjadi pawang nyamuk ikut canggung dengan kehadiran lelaki tampan ada di sebelahnya.
"Nan, gua pinjam HP lo!" Velda mengeluarkan suara terlebih dahulu dari keheningan lima menit itu.
Arka diam bukan berarti dia sesak dengan keadaan melainkan sibuk mencuri pandangan arah depan sosok wanita manis itu. Wajah merah merona dikedua pipi Velda tercetak jelas akibat suasana semakin memanas.
"Untuk apa?" Tanya Nando berikan kepada teman krunya.
"Pinjam dulu, pelit amat!" Seru Velda meraih HP darinya kemudian dengan cepat memindahkan sesuatu.
"Nanti malam elo sibuk nggak?" Velda kembali bertanya
"Memang kenapa?" Nando balik bertanya, "temani gua ke suatu tempat." Jawab Velda.
"Memang mau kemana?" Nando makin kepo saja.
"Ada deh, mau tahu saja," Senyum Velda membuat Arka sesekali mencuri pandangan arah depan.
Velda merasa dari tadi di perhatikan terus sama lelaki menyebalkan ini, kemudian tidak berapa lama suara dari depan terdengar ternyata teman kru pada di sini semua.
Andra, Joni, Johan, Shera, dan Tomi mereka memesan seperti biasa dan kemudian Andra menemukan sosok yang mengejutkan sekali.
"Pak Arka, selamat siang, anda suka di sini juga?" Sapa Andra menyambut akrab dengan baik.
"Ah, iya cuma kebetulan saja," Sambutnya ramah padahal dia sudah berkeringatan.
"Eh, Velda, gimana santai nggak kerjaannya?" Tanya Andra menggeser meja dan kursi digabung langsung jadi satu meja.
Arka yang memperhatikan pun terjepit posisi mereka berempat, semua seperti tidak menganggap bahwa Arka ini adalah pengusaha dari Pakan ternak ayam.
"Tidak ada serunya, kalau bisa pun gua mau tolak pekerjaan ini!" Jawab Velda santai.
"Loh?"
"Loh, apaan? Oh ya nanti malam jadi nggak?" Velda mengalihkan pembicaraan
"Jadi dong! Masa batal sih, tempat biasa kan?" Sambung Johan
"Shera ikut kan? Nanti dikira gua perebut suami orang, gua nggak mau itu terjadi ya!" Canda Velda
"Ya kagak lah," Balas Shera ikut bercanda..
Bercakapan sekawanan Velda, Arka seperti orang asing di tempat ini. Ia seperti bukan bagian grup mereka. Akan tetapi Arka merasa semakin ingin mengetahui setiap sisi dalam dari wanita berjaket merah maron itu yang dari tadi menghindar tatapan matanya.
Arka merasa ia mulai jatuh cinta dengan wanita di depannya, entah apa yang membuat wanita itu sangat spesial setiap tawa dan senyum itu memancarkan aura yang berbeda sekali.
'Kenapa sih, dia lihati gua terus? Dasar aneh!' Batin Velda dalam hati terus bertanya - tanya.