Chereads / Sebuah Perjodohan / Chapter 6 - 05. Ketemu Tanpa Sengaja

Chapter 6 - 05. Ketemu Tanpa Sengaja

Para karyawan penerbit media surat kabar tengah berkumpul di warung Nenek Anik, langganan setia Velda. Velda meletakkan sepeda seperti biasa di belakang pos satpam, kemudian dia menyebrang ikut bergabung dengan para kru karyawan ada di sana.

"Nek, seperti biasa, ya!" teriak Velda menarik kursi salah satu pengunjung ada di sana tengah menikmati nasi padang ala masakan Nenek Anik.

Nenek Anik adalah pemilik warung beraneka macam makanan, kalau mau cari makanan halal atau pun non halal ada di sini. Tentu Nenek Anik menyediakan segala makanan itu. Para gojek atau pun Go-food telah mengetahui dan terkenal malahan.

"Kemana saja sih, elo. Lama banget, Keburu dingin burgernya!" ketus Nando berikan kepada Velda makanan favoritnya.

"Kan, gua sudah kasih tau ke elo, kalau tadi terjadi kecelakaan kecil di jalan. Gara-gara kacamata minus gua bermasalah!" balasnya membuka bungkusan burger king itu dari MC Donald, kebetulan Nando beli ayam goreng selalu dapat gratis burgernya.

"Itu makanya nggak terbiasa pakai kacamata, jangan pakai acara nangis di tengah malam!" Dapat pidato dari playboy cap gayung super. Selain dia play boy, ternyata dia pintar pidato sang penasehat.

Tak heran, kan, dia di posisi bagian penasihat media surat kabar setiap hari minggu, karena dia paling cerewet dari kalangan karyawan ada di sini.

"Jadi elo nggak kenapa-kenapa, kan?" tanya Andra, paling care banget sama Velda.

"Engghak!" Mulutnya penuh makanan belum sempat di kunyah dan telan.

"Makan dulu, nanti tersedak," merepet lagi si Nando. Velda menunduk bagai dayang menuruti baginda nya.

Beginilah suasana di hari sabtu pekerjaan hanya setengah hari para karyawan pada bersiap untuk pulang ke rumah, ada juga singgah ke mall terlebih dahulu menghilangkan mumet pada otak pekerjaan selama berjam-jam di hadapan komputer.

Lalu bagaimana dengan Velda, dia harus membawa sepeda buntutnya ke rumah sakit alias bengkel langgananya, sebenarnya tidak terlalu parah untuk sepedanya, hanya sedikit bermasalah dengan stang, dan rem. Pada saat mendadak menabrak mobil fortuner hitam tadi, dia hampir lepas kendali.

Selesai mengisi ganjalan perut yang lapar tidak sempat untuk sarapan di rumah. Kebiasaan Velda jarang sarapan di rumah sendiri, dia lebih menyukai sarapan di luar daripada di tempat higenis. Menghindari pertanyaan buat kepalanya sedikit sakit beribu kali lipat tanpa hentinya.

"Gua balik dulu, ya! Mau bawa sepeda kesayangan gua ke rumah sakit." Katanya bangkit dari duduknya setelah apa yang ada di meja makan ludes tanpa tersisa sedikit pada piring itu.

"Cepat banget! Besok, kan, bisa bawa ke rumah sakit!" Sambung Johan.

Johan Anderson Watoto, 26 tahun beda dua tahun dari Velda. Baru saja menikah dengan seorang wanita cantik di lokasi yang sama. Bisa di katakan adalah cinta lokasi, jodohnya itu Sheren Anggraini Purnama, usianya setara dengan Johan. Pokoknya serasi banget setiap datang ke kantor selalu gandengan tangan.

Hanya saja latar belakang mereka berbeda, sejak menikah hubungan mereka semakin hari semakin jauh ketika mereka pacaran. Ada saja keributan pribadi di antara mereka berdua. Kadang Velda lebih memilih menghindar dari Johan, karena istrinya ini selalu prasangka buruk terhadapnya.

"Nggak, besok sepertinya rumah sakitnya nggak buka.. Ini saja gua harus ke sana, sepertinya dia juga bakalan setengah hari bukanya. Duluan, ya! Nando, thanks ya burgernya, sering-sering, Pak Andra, duluan ya, sorry, gua nggak bisa lama-lama. Bye!"

Dia pun melangkah keluar dari warung Nenek Anik, para kru karyawan ada di sana melambai tangan kepadanya, ada pula memberikan ucapan hati-hati di jalan.

Dia mulai mendayung sepedanya posisi jalan lawan arah yang berbeda. Cuaca hari ini teriknya sedikit mendung di perkirakan akan turun hujan nanti malam.

****

Arka keluar dari tempat pabrik pakan ternaknya, dia menatap langit arah selatan memunculkan warna gelap abu-abu. Seperti perkiraannya bakalan hujan lebat.

"Belum pulang, Pak?" sapa seseorang menanyakan kepada Arka yang masih berdiri di depan pabrik pakan ternak itu.

"Ah, sebentar lagi. Kamu tinggal di mana?" sahutnya kemudian dia balik bertanya kepada karyawan bagian marketing.

"Tinggal di jalan. Sudirman," jawabnya membuka tasnya di keluarkan jaket kain untuk menutupi cuaca yang panas itu.

"Mau aku antar? Sepertinya searah jalannya." Arka menawarkan kepada karyawatinya.

"Ah,. tidak perlu, Pak. Aku di jemput sama saudara," tolak nya halus.

Sengaja menolak, agar tidak di curigai oleh karyawan lainnya. Atasannya memang baik dan mudah bergaul. Cuma yang paling di hindari itu kedekatan dengannya benar bahaya.

"Kalau begitu hati-hati. Sepertinya cuaca hari ini akan terjadi turun hujan," ucapnya berlalu pergi membuka mobil kesayangannya.

Wanita itu mengernyit alis apalagi mencerna ucapan dari atasannya itu. Tumbenan saja atasannya itu perhatian banget, biasanya tidak sama sekali.

****

Velda akhirnya sampai di tempat langganan nya, dia turun dari sepedanya lalu mendorong, pekerja ada di sana senyum ramah kepadanya. Mereka sudah mengenal baik dengan Velda.

"Kenapa dengan sepedanya, Vel?" tanya Rio

"Kayaknya stang sama Rem-nya, sedikit bermasalah. Tadi pagi gua nggak sengaja cium pantat mobil orang. Coba elo cek dulu. Nanti gua balik lagi di sini," jawabnya serahkan kepada Rio bagian perbaiki sepeda.

Di bengkel ini bukan sepeda saja sih, ada beberapa showroom mobil, kereta bermotor dan lain sebagainya. Pokoknya lengkap tanpa ada kecuali. Velda sering ketempat ini, pada saat beli sepeda buntut itu pun dari pemilik showroom ini.

Hari mulai sore telah pukul empat sore, cuaca yang tadi panas menjadi cuaca mendung, awannya mulai menutupi bagian putih menjadi gelap abu-abu, belum lagi suara petir terdengar seluruh penjuru kota ini.

Arka tengah duduk menunggu mobilnya selesai di perbaiki yang sedikit lecet gara-gara kecelakaan kecil di pagi hari tadi. Daripada bosan dia membaca surat kabar setiap hari di bawanya.

"Rio! Gimana sudah!" suara merdu mengundang pendengaran telinga dari Arka.

Arka melirik dari balik cela lembaran surat kabar itu, dia mengintip sedikit, lagi, lagi, dan lagi. Surat kabar ada di tangannya turun menatap sosok bidadari tengah berdiri tepat posisi membelakangi dirinya duduk tidak jauh dimana wanita berambut panjang memakai topi berbentuk huruf V.

"Sudah kok. Aman nggak ada kerusakan apa-apa. Cuma miring sedikit," jawab Rio beritahukan kepada Velda.

"Syukurlah, nggak kenapa - kenapa dia. Bisa-bisa gaji gua kepotong kalau sampai rusak," ucapnya, dia mulai memutarkan sepedanya.

Merasa seseorang memperhatikan dirinya, Velda pun mengangkat kepalanya di tataplah wajah yang sangat familiar itu, namun dia lupa pernah bertemu. Arka menemukan kembali sosok wanita yang benar membuatnya tertarik dan penasaran akan sikap pribadi yang cuek itu.

Velda melewati pria yang asyik menatapnya tanpa lepas, untung saja dia tidak terlalu grogi atau salah tingkah dengan tatapan pria misterius itu. Baru saja akan keluar dari bengkel langganan nya. Suara hujan pun turun begitu deras, tertunda dirinya untuk kembali pulang.

"Sepertinya kita pernah bertemu..." suara menekan berat dan tegas, membuat Velda terkejut.

Dia menoleh menatap pria biasa-biasa saja berdiri di sampingnya ikut memandang air hujan yang turun begitu deras sehingga menutupi jalan raya.

"Elo, bicara sama gua?" Velda bertanya kepada pria di perkirakan tingginya 169senti. Sementara Velda tingginya 160senti. tidak jauh beda, lah.

"Tentu, siapa lagi?" jawabnya senyum kedua tangannya di belakang seperti orang berkelas gitu.

Velda kembali melirik arah depan sepertinya hujan deras ini bakalan nggak akan berhenti. Tidak punya waktu untuk dirinya nongkrong, mau tak mau dia harus menerobos badai hujan itu.

Arka perhatikan wanita ini mulai bersiap - siap akan menerobos hujan yang begitu deras. Yang benar saja ini cewek! Batinnya.

"Eh... tunggu, kamu benaran mau terobos hujan! Bahaya, loh!" Arka mencegahnya untuk tidak pergi dulu. Dia ingin berlama-lama dengan wanita ini.

"Apaan sih! Elo siapa gua! Gua nggak punya urusan sama lo!" ketusnya si Velda menepis tangan yang sempat di pegang oleh pria itu.

Arka ingin mencegahnya lagi, malah tertunda. Karena mobilnya telah selesai di service dan di perbaiki. wanita itu telah menghilang ketika hujan menelannya sekejap.