Chereads / Sebuah Perjodohan / Chapter 8 - 07. Terpikiran

Chapter 8 - 07. Terpikiran

Pagi yang cerah tidak untuk Velda saat ini. Kondisi fisik tubuhnya masih belum sehat maksimal. Akibat semalam kehujanan sok hero sore hari menerobos badai kencang itu hingga basah kuyup.

Daripada dia harus ketemu pria aneh di showroom mending pulang kehujanan keburu malam hari lebih bahaya. Pilek nya masih belum sembuh masih mepet belum lagi tenggorokan berdahak, kepala brdenyut-denyut dua gejala menyerangnya.

Saat ini dia sedang di depan rumah duduk bangku bambu melihat jalanan kompleks rumahnya. Kedua orang tuanya sedang dinas keluar kota ada urusan sama pekerjaan.

Bibi Zaina baru saja pulang dari pasar, bawaannya banyak. Tapi di bantu sama kurirnya ada di pasar itu. Sudah satu kantong penuh tempat sampah tisu kertas itu. Pilek tidak sembuh-sembuh belum lagi hidung semakin sakit kalau buang ingusnya terus keluar tanpa suruh.

"Bi, beli apa? Kok banyak sekali? Memang nanti ada tamu?" Suara serak berat dari tenggorokannya mengubah nada pita semakin aneh pengaruh pilek dan batuk menyerang itu.

"Oh ini, nggak kok, Non. Bibi sengaja beli banyak untuk stok, biar besok nggak ke pasar lagi. Besok Senin, pasar rata-rata nggak ada sayur yang cantik, Non. Jadi mumpung sayurnya segar dan bisa untuk sampai hari Selasa," jawabnya menjelaskan.

"Oh ... begitu, terus itu apa, Bi?" tanyanya lagi menunjuk bungkusan plastik berwarna kuning-kuningan.

"Ini jamu sama bandrek, biasa setiap pagi Bibi minum ini. Nona Velda mau? Bagus di cuaca pagi ini, apa lagi saat kondisi kamu tidak sehat, bagus kok. Tunggu, ya, Non. Bibi ambilkan gelas dulu." jawabnya kemudian masuk ke dalam.

Tak lama kemudian, Bibi Zaina keluar membawa segelas warna kuning-kuningan sesuai yang dia terangkan tadi. Masih hangat ketika di pegang.

"Ini, Non. Pelan-pelan minumnya, masih hanget. Nona Velda mau makan apa hari ini? Biar Bibi masak." tanyanya kepada Velda.

Velda meminum sedikit demi sedikit, masih hanget panas, rasanya manis - manis bau kunyit-kunyit jahe. Tapi enak sih di minum. Terasa tubuhnya hangat dan berkeringatan jauh beda sama tadi. Suhu tubuh nya dingin sampai kedua tangannya bagaikan es batu dingin tak ketolong.

"Masa misua jahe bawang putih saja, Bi. Aku ingin makan, jahe sama bawang putih campur minyak goreng, tau, kan, Bi? Biasa mama masak," jawabnya

"Tau, Non. Pakai daging ayam, kan?" katanya. Velda mengakuk kepalanya.

"Ya sudah, Bibi buatkan, ya. Nona, mau kue cubit? Sambil menunggu masakan dari Bibi. Nona sarapan kue dulu, untuk ganjal kan perut." tawarnya serahkan bungkusan plastik kepada Velda ada beberapa potongan kue cubit lucu.

"Bibi nggak makan?" tanyanya mengambil satu potong kue itu.

"Ada kok, masih banyak, Nona, tenang saja. Kalau soal jatah Bibi selalu tersedia tanpa habis." cengirnya, Velda ikut tersenyum bisa saja Bibi Zaina ini. Selalu bisa buat suasana ceria.

****

Lapangan Merdeka, taman indah lestari. Suasana pagi hari penuh pengunjung hadir bukan kalangan orang tua, tapi kalangan anak remaja yang sedang bermesraan sambil pacaran di gedung alun-alun itu.

Arka yang tengah duduk di salah satu tempat bermain anak-anak. Baru selesai berlari santai di alun-alun. Panjat tebing masih pagi belum pada yang datang. sebentar lagi dia akan berkunjung ke lokasi kolam renang yaitu Mutiara swimming Pool. Tempat itu bersih dan higenis.

Hari minggu kegiatan paling membosankan bagi hidupnya, setelah dari penginapan hotel. Mawar berpamitan pulang lebih dulu ada jadwal untuk pemotretan iklan kecantikan.

Seharian ini dia tidak bisa tidur karena memikirkan seorang wanita bertopi huruf V. Mencari rencana agar bisa berkenalan lebih jauh itu benar susah sekali. Satu wanita saja kok sulit banget ambil hatinya.

Berhenti di persimpangan dua, dia turun dari motor sport warna merah. Di buka helmnya itu. Kemudian masuk ke minimarket, sepasang mata dari para wanita mencuri perhatian kepada Arka yang sedang mencari botol minuman dan beberapa cemilan untuk renangnya nanti.

Arka sengaja memberikan senyuman agar wanita yang di sana berjingkrak-jingkrak bahagia bahwa dia benar berikan senyuman kepadanya. Padahal tidak sama sekali, dia sedang melihat ponsel dari kekasihnya hubungan seksualnya yaitu Mawar.

Arka kembali menoleh menuju kasir membayar belanjaannya, sebelum itu dia sempat-sempatnya mengedip satu mata untuk wanita berdiri tidak jauh dari rak snack itu. Wanita itu shock seketika hampir pingsan, untung saja temannya menampung kalau tidak betapa malu dirinya di sana.