Sesuai permintaan aneh dari pelanggan menyebalkan itu. Velda mulai mendayung sepedanya melawan sinar matahari yang panas telah menjelang siang itu. Belum lagi macet ada di mana-mana berderetan baris sejajar menanti lampu merah menjadi hijau.
Butiran keringat telah turun dari jajaran kulit putih yang merona merah muda itu. Masker masih dia pakai untuk menghindari asap kenalpot dan polusi debu bangunan yang tengah dikerjakan.
Lima menit kemudian Velda sampai ditempat lokasi pelanggan tetap Pabrik Pakan Ternak. Dia masuk mendorong sepedanya satpam di pos tidak terlihat mungkin jam makan siang. Ya pastilah sudah waktu istirahat seharusnya dia juga nangkring di warung Nenek Anik.
Masuk kedalam, meletakkan paket bungkusan tepat di depan meja informasi. Topinya tidak dia buka lagi sudah gerah dan panas apalagi masker penutup mulut, masih terasa gatal pada tenggorokannya.
"Mbak Velda ya?" tanya lelaki duduk di informasi itu menunjukkan diri pakai pulpen.
Velda mengangguk kepalanya, lalu lelaki yang tidak diketahui namanya mulai menelepon seseorang.
"Siang, Pak, sesuai pesanan Bapak paketnya sudah datang ..., iya Pak ..., benar..."
Velda berdiri memperhatikan lelaki tengah menelepon kemudian dia berdiri dari duduknya mempersilakan Velda untuk ikut dengannya.
"Silakan, Mbak, ikut dengan saya," sambutnya ramah dan sopan.
"Mau kemana? Aku hanya antar paket ..."
"Saya mengerti, Mbak. Tapi atasan saya ingin bertemu langsung dengan mbak Velda," potong nya tidak beri kesempatan untuk Velda melanjutkan kata-katanya.
Paketnya dibawa oleh lelaki itu sementara Velda terpaksa mengikuti dari belakang. Pintu tertutup secara automatis berarti hanya bisa di buka oleh orang tertentu.
Lorongan gelap kemudian terang jauh berbeda tempat lebih elite dari dugaan wanita memperhatikan ruangan jauh sangat beda dari sebelumnya.
"Silakan, Mbak." Lelaki itu persilakan Velda masuk ke sebuah ruangan kantor.
Dia ragu untuk masuk tapi merasa penasaran mau tak mau turuti saja. Saat berada didalam kantor ukuran lumayan lebar dan luas. Pintu itu kembali tertutup oleh lelaki yang mengantarnya.
"Akhirnya aku bisa ketemu denganmu secara langsung," suara dari pria asing mengagetkan stamina Velda ditempatnya.
Velda masih memakai topi, jaket warna merah Maron, masker miliknya itu. Sosok pria duduk di kursi besar memutarkan dan menatap sosok wanita sudah di tunggu itu.
Arka bangun dari duduknya dan menghampiri wanita setia berdiri tidak berkutik sedikit pun dari tempatnya.
"Jangan menatapku seperti itu, aku hanya ingin berkenalan lebih dekat saja," ucap Arka santai sok pamer cool nya.
"Maksud anda?" Velda balik bertanya.
"Maksudku, aku ingin mengenal dirimu lebih jauh," jawab Arka cepat
Baru saja akan berkenalan sebuah ponsel dari Velda berbunyi. Dia segera mengangkat terdengar suara dari seberang membuat Arka menahan kesal selalu saja menganggu kemesraannya itu.
"Iya, gua akan kesana. Sisakan untukku! Apa? Gila lo, apa kurang cukup cokelat gua kasih?"
Arka menatap sosok wajah wanita tengah bercanda di telepon, ekspresinya berubah setelah mendengar soal cokelat. Rasa geram bertambah panas, dia berikan cokelat untuk wanita ini tapi malah di berikan kepada orang lain.
Sialan!
"Maaf, Pak, saya tidak bisa berlama-lama di sini. Saya harus kembali ke tempat kerjaku. Jika ada yang ingin di sampaikan bisa telepon kebagian redaksi marketing kami saja, ya, Pak. Selamat siang..." Velda memutar tubuhnya meranjak meninggalkan tempat gedung pabrik pakan ternak itu.
Arka berdiri di balik kaca jendela ukuran besar memandang jelas sosok wanita telah keluar dari tempatnya. brak!
"Sialan! Aw! Sakit tolol!" memaki diri sendiri.
Velda berhenti salah satu makanan yaitu MCDonal. Di sana Nando sudah menunggu wanita cantik dimeja ini penuh dengan makanan kesukaannya yaitu burger.
"Lama banget sih, lo! Nih, cepat di makan. Keburu waktu makan siang berakhir." Seru Nando berikan tempat duduk kepada Velda.
"Sorry lah, macam lo nggak tau, tadi habis antar paket ke pabrik menyebalkan itu." balas Velda menggigit burgernya.
"Yang tadi Joni dapat amarah dari bos pakan ternak itu?" Velda mengangguk lanjut gigit burgernya.
"Gila benar itu bosnya, tapi ada hubungan apa elo sama bosnya? Sampai minta elo antarkan paket dia doang."
Velda mengangkat bahu, dilanjutkan burger kedua. Nando memang sepanjang beli burger lebih karena wanita ini suka dengan makanan di MC Donal.
"Btw, gua dengar mulai besok elo cuma antar koran sama paket hanya untuk Pabrik Pakan Ternak saja. Sisanya Joni yang antar koran ketempat lain." Nando memberitahukan kepada Velda.
Gigitan terakhir tersedak setelah apa dia dengar itu. "Maksud lo?"
"Iya, tadi pak Andra bilang bos pakan ternak itu maunya elo antar paket tanpa kecuali. Hanya elo seorang, makanya gua tanya ada hubungan apa elo sama bos pakan ternak itu. Dia ngotot banget pengen elo yang antar tanpa ada terkecuali." Kepo Nando penasaran banget.
Bukan dia saja penasaran melainkan Pak Andra yang ada di kantor penerbit cetak Media juga penasaran banget.
"Mana gua tau. Gua saja nggak kenal dia." jawab Velda telah selesai dengan makan siangnya.
"Ah, masa sih? Gua dengar, Bosnya suka sama elo, dia naksir sama elo. Mungkin PDKT sama elo?"
"Iihh... gua bilang nggak tau. Nggak usah kepo lah! Sudah balik kerja sana!"
Dia lebih dulu meninggalkan tempat itu menuju ke kantor penerbit Media. Pikirannya juga bertanya-tanya masalah bertambah lagi.