Chereads / DADUNG KEPUNTIR (Kupita Kau jadi Jodohku) / Chapter 25 - Yang Tak Terlupakan

Chapter 25 - Yang Tak Terlupakan

Imah menatap ke arah anak didik kesayangannya itu.

Nuris tak menyadari air matanya luruh di pipinya, "Makasih Kak. kakak udah baik banget sama aku. pengalaman bareng kakak gak akan aku lupakan, terima kasih selama ini selalu jagain aku kayak adek sendiri kak. Aku sayang kakak" Nuris memeluk Imah, "Janji ya Ris kamu harus jadi lebih baik setelah ini?. bentar lagi kamu akan Naik kekelas 2 Aliyah dek. jadi kamu harus mandiri, benar benar mengandalkan dirimu sendiri." pesan ima pada Nuris. "Iya kak, insya Allah, Nuris akan coba berubah pelan pelan. makasih udah jadi Kakak yang baik buat aku" Nuris sekali lagi kembali memeluk Imah dan berpamitan pulang. "Kak besok setelah wisuda gak usah ke aku ya? aku takut nangis lagi" Nuris tidak membenci Imah, tapi membenci perpisahan. karena setiap ada perpisahan Nuris pasti mewek. 😁😁

Imah memahami maksud Nuris. Nuris segera pulang kembali kekamar setelah sebelumnya menerima pemberian Nasi dari Imah.

Sampai di Kamar, Nuris berusaha terlihat ceria, walau sebenernya ingin sekali menangis karena Imah besok tidak akan pernah mengunjunginya lagi.

"Ris, kamu dah siap buat ujian semester senin lusa?" Rahma mengingatkan. "semester dimana Mah?" Nuris tak mengingat bahwa memang sebentar lagibmemasuki masa ujian. "Ya Allah Ris, udah pikun kamu? Makanya Ris sedih jangan sampai ke hati, kamu bilang patah hati itu gak baik." Rahma menggoda Nuris. Nuris cemberut. "Udah gak usah ngeledek, tinggal bilang sih, ujian semester dimana?" Nuris sewot. Di sekolah sama diniah Ris, kamu gak dengerin apa gimana sih Ris?" Rahma bener bener gak habis pikir, selain tukang tidur, temannya itu juga pelupa jika sudah dilanda sedih. "Aku kok gak tau ya?, aku udah bayar belum ya uang ujiannya sama SPPnya? kok aku jadi lupa?" Nuris segera menyelesaikan makannya dan memeriksa semua kartu sekolahnya, setelah sadar dan ingat bahwa dia belum mempersiapkan semuanya Nuris juga tidak memegang uang untuk membayar, dia pun segera menghitung semua keperluannya untuk segera di sampaikan ke ortunya nanti di telpon. "Mah, aku belum bayaf sama sekali ya di diniyah sama di sekolah. aku harus telpon emes dulu buat minta uang. nanti turun ngaji aku mau kewartel kamu ikut gak?" Nuris mengajak Rahma, "Ogah, aku udah bayar semua, aku gak ada tanggungan lagi dah.

Nuris mengingat, dirinya sudah hampir r1 semester ada di Aliyah dan baru sadar juga bahwa ortunya gak pernah sekalipun menyambanginya.

"Uuuuuuuh, ortu ku kejem bener. gak ingat apa ada anaknya di pondok? udah hampir serengah tahun gak di lihatin, gak kangen kali ya? yang begini bilangnya anak kesayangan. huuuuuh kesanyangan apaan? anak yang terlupakan sih iya" Nuris ngomel ngomel sendiri.

setelah selesai pengajian kitab Kuning, seperti rencana Nuris, Nuris segera menelpon orang tuanya, "Assalamualaikum Mih, telpon balik ke pondok mih" Nuris langsung memutus saluran telponnya, dan segera berlari ke kantor keamanan, untuk menerima telpon dari umminya.

di Kantor keamanan ....

"Assalamualaikum, mbak mida, ada telpon nggak buat aku?" Nuris bertanya pada keamanan yang bertugas.

"wa alaikum salam, belum Ris. mungkin bentar lagi" Mida menjawab. dan benar saja, telepon berbunyi, Nuros melihat nomer yang muncul, "ini nomer ummi saya mbak, boleh saya angkat?" Nuris meminta ijin."oh ya usah angkat gih" jawab mida.

"Assalamualaikum...."

"..."

"Ooooh, nurisnya belum datang bu" Nuris mengerjai umminya

"....."

"haiiiiiiiisssss sampek lupa sama suara anak sendiri, masak iya udah janjian aku gak nunggu mih?. ummi gimana sich? kok gak nengokin aku sama sekali, ini udah bulan ke 5 lho Nuris di pondok,kok ummi gak ngirim uang sih?" Nuris mulai protes pada umminya yang dia rasa sudah melupakan dirinya.

"....."

"Kan ummi sendiri yang nyuruh aku nerusin di sini? gimana sih? nurut gak nurut kok masih salah?" Nuris sewot.

"........"

"lhaaa ummi sendiri gima? mosok gak eling yen duwe anak wedhok situk situk e ono pondok? (Masak gak ingat kalok punya anak gadis satu satunya ada di pondok?)" Nuris makin sewot.

"......"

" Mana ada orang mondok gak butuh uang, nanti jangan kaget kalok aku minta uangnya banyak, aku gak di kirim 5 bulan, pasti tau lah, hutangku berapa, emoh di omeli aku (gak mau di omelin aku)" Nuris merajuk.

"....."

"2juta setengah, itu aku udah sama uang pendaftaran di MAN. uangnya butuh besok, soalnya minggu depan aku ujian diniah ma sekolah" Nuris memberi tahu tanggungannya.

"...."

"Terserah wes, kalok gak mau liat Nuris titipin juga uangnya ke ibunya Hanifa gak papa kok, seterusnya gitu aja, kasih uang doang, gak usah tengokin Nuris. emang aku anak gak di harapkan kok." Nuris sebal karena ummi mengatakan akan menitipkan uangnya lada ibunya Hanifah, adek junior yang di titipkan padanya saat pertama masuk kepondok.

"....."

"Au wes terserah ummi wes," Nuris hampir menangis namun berhasil di tahan.

"........"

"waalaikum salam" Lalu Nuris segera meletakakn telpo. di tempatnya dan segera kembali ke kamarnya.

"Bodo amat dah ah, mau di titipin kek, mau di kirim langsung kek, yang penting uangnya nyampeh dah." Nuris berusaha mengontrol tangisnya, rasa kecewa di hatinya karena orangtuanya yang tak menyempTkan diri menengoknya memberi rasa frustasi, dan putus harapan.

akhirnya Nuris menutup wajahnya dengan guling,saat sanpai di kamarnya, dan menangis tanpa suara sebentar, sebelum akhirnya dia tertidur karena rasa lelah di hatinya.

ke esokan harinya, saat pengajian kitab kuning...

"Ris, ummi mu tu," Evi memberi tahu, Nuris yang biasanya tidur kali ini tak ada mood untuk tidur karena dia sudah janji pada Imah untuk berubah.

"Halah, paling juga ibu orang lain," Nuris tak yakib, sebab saat di telepon kemaren ibunya bilang hanya akan menitipka pada ibunya hanifah.

"Ai, beneran Ris itu ibu Kamu. coba liat dulu deh" Rahma mengingatkan. penasaran Nuris menoleh, dan dia melihat sosok yang sebenarnya dia rindukan tapi juga sangat di sebalinya.

"Ya udah aku ijin dulu ya mah?" Nuris berpamitan pada Rahma karena dia adlah sie pendidikan di kamarnya, Nuris beranjak dari tempat duduknya, keluar dari Masjid tempat pengajian di adakan.

"Ummi,....." Nuris nemanggil ummi Dzuriyah, ibunya.

Ummi Dzuriyah menoleh ke arah Nuris, Nuris berlari ke arah ibunya, menyalami dan memeluk ibunya kangen.

"Katanya marah, kok malah peluk peluk?" ibubya menggoda Nuris.

"Ya marah, kalok gak dikirim langsung, tapi kalok di kirim langsung ya nggak lah" Nuris nyemgir kuda khasnya.

"Ummi bareng siapa kesini?" Nuris bertanya

"Ayo ke kantor mahrom." ajak ibunya.

setelah sampai di kantor mahrom Nuris melihat semua keluarganya berkumpul, dari Abi, kak Kholil, kak Alfa, dan kak Ifnur. Nuris sangat bahagia.

untuk pertama kalinya setelah kembalinya ke pondok Nuris merasa bahagia dengan keluarganya.

"Kakak.... " Nuris menyalami dan memeluk satu persatu kakaknya dan abinya.

"Haiiiiiiisss masih kecil aja kamu Lila, jangan jangan kamu beneran udah berhenti tumbuh Dek" Goda Ifnur dan Alfa, yang di sambut tawa keluarganya. Nuris cemberut.

"Bagus ya? udah lupa kalok punya adek cewek, pas ketemu di ejek pula. bener bener kalian ni kakak gak pelak" Nuris menggerutu.

"siapa bilang kami lupa ndok? kamu tu tak terlupakan buat kami, karena kamu yang istimewa, kamu gak liat? mana pernah dulu kak khalil mondok di madura di kirim ummi lengkap kyak kamu sekrang? atau kak alfa waktu maaih mondok dulu? mana pernah di kirim? yang ada dia pulang sendiri. cuma kamu nih yang beda, dikirim semua keluarga lengkap. gimana? seneng ka?" Ifnur menghibur

"Seneng sih, tapi aku bakal lebih seneng kalok aku di temani lagi sama kak iif." Nuris berharap.

"Yeeeeee, mana bisa ndok? aku kan dah keluar, tapi kan ada Kak khalil di sini?" Ifnur mencoba memberi pemahaman pada Nuris.

"Aaiiiiiii, dia mah sibuk pacaran mulu, kalok aku minta uang, dia mah pelit" Nuris mengadu.

"eehh mulut kamu punya Ris, lemes banget, kemaren lusa aku kasih kamu 50 rb lho." Kholili membela diri.

"Haiiiisss siapa yang gak tau, itu uang titipan nenek, seharusnya aku dapat 100, sama kakak di kasih cuma 50." Nuris menghakimi Kholili.

Kholili tersenyum kecut pada orangtuanya.

"Adek, kamu telpon nenek ya?" Kholili memastikan

"Kan kakak sendiri yang bilang, suruh telpon nenek buat bilang kalok uangnya sampek ke aku. ya aku bilang gitu, nenek tanya, nyampek berapa aku jawab 50rb, nenek ngira aku salah terima, aku bilang, aku nerima uang warna biru bukan warna merah cuma 1 lembar gitu akh kak. jadi kakak kholili sayang, bersiaplah kamu di marahi nenek kalok ke madura lagi, kalok pengen gak diomelin, siniin uang 50rb lagi." Nuris mengancam kakak pertamanya. yang di ancam hanya klemas klemis bibirnya tersenyum. "Ya udah, maaf adek cantik, uangnya habis, tapi bisakah kamu bilang ke nenek biar beliau tidak terlalu murka?" Khalili merayu adik perempuan semata wayangnya itu."Nggak bisa" Nuris tegas. Khalili Kempos.

akhirnya mereka bercanda, tertawa, dan saling menggoda. setelah mau pulang, ibu Nuris mengajak Nuris ngomong serius.

"Lila, kamu hutangnya berapa nak ke temen temenmu?" Ummi bertanya.

"Aku bukan pinjem ke temen temen mi, tapi ke kantor pesantren, di sana ada catatan hutang ku, kalok ummi mau ngurusin ayo sekarang ke pesantren, ajak Nuris, Nuris Dag Dig Dug, kalok ibunya mau, bisa mampus Nuris ketahuan bohongnya, dia bilang hutangnya 2,5 juta, padahal hanya 1,5 juta. Nuris kesal akhirnya dia meminta lebih pada ibunya.

"Nggak usah deh, kamu yakin itj hutangmu segitu?" Ummi meyakinkan Nuris.

"Iya mih, soalnya aku semalem pinjam buat bayar diniah ma sekolah, yang mau ujian, SPP sekolah, SPP Diniyah, UDP pondok, aku dah bayar 1 semester semua, karena ini sudah hampir 1 semester mih" Terang Nuris.

"Ya udah Lila, ink uang 2,5 juta, tapi kamu gak ada uang jajan dulu nak untuk seminggu kedepan, minggu depan abi atau kakak kakakmu yang kesini buat antar uang jajanmu, uang kosan udah kamu beli juga kan pakek uang yang kamu pinjan itu?" Ibu Nuris menatap Gadisnya.

"iya sudah mi, gak papa deh, uang jajannya muncul, sekalian bentar lagi Harlah, jadi pasti ada penarikan lagi" Nuria menjelaskan, padahal uang yang di berikan ibunya sudah lebih dari cukup untuk Nuris.

Hutangnya 1, 5 juta, untuk pembayaran diniyah dan sekolah 500rb, sisanya Nuris sudah dapat uang untuk satu bulan, tapi karena Nuris masih sebal pada orang tuanya dia gak mengelak untuk di kirim lagi.

'Lumayan kan untuk beli beli 😁😁😁' Nuris bergumam di hati.

Setelah selesai urusan keuangan Nuris, ummi pun berpamitan pada Nuris, dengan berat hati Nuris melepas kepergian mereka, Nuris memeluk mereka satu persatu, dan mereka pun mencium sayang Nuris bergantian, "Nak jangan lupa jaga diri ya?" Abi dan Ummi Nuris memeluk Putri sematawayang mereka.

Ummi menyrahkan Kardus yang berisi cemilan dan kue untuk Nuris dan di bagi pada teman temannya.

Nuris menenteng kardua itu dan segera berbalik masuk ke dalam pondok, Nuris tak pernah mau melihat kepergian keluarganya karena dia takut menangis. jadi dia lebih memilih meninggalkan mereka masuk duluan ke pondok. dengan begitu dia akan memikirkan hatinya yang lega telah melihat keluargany. dan tak lagi galau.