Chapter 22 - Kebingungan

Nuris baru selesai sholat ashar, pada saat semua teman sekamarnya meminta dirinya untuk mengabsenkan mereka, Nuris melongo, "Kalian gak balek ke sekolah?" tanya Nuris pada mereka, "Nggak ris, pak Zubair jam terakhir, takut gak bisa pulang kami" jawab Feri ika.

"aaaiiiihhh iya ya, pak zubair kan tukang nyolong waktu tu." Nuris tiba tiba ingat. tapi ya sudahlah siapa tau beliau gak masuk Hehehehe 😆😆😆.

Nuris kembali menuju sekolah. sesampainya di kelas pelajaran jem ke 5 telah di mulai. Nuris pun mengikuti pelajaran dengan husyuk. dan berganti dengan jam terakhir, mapel Kimia, pak zubair.

awalnya Nuris mengikuti dengan tenang, hingga jam menunjukkan pukul 16.45 atau jam 5 kuranv seperempat, Nuris pun nyeletuk "Pak !! pulang, pak. udah hampir jam 5, jam 5 gerbang di tutup lho pak" Nuros memelas, karena saat itu, teman dari wilayahnya sudah pulang semu, tinggal dirinya seorang, pak Zubair masih asyik dengan cerita dan penjelasannya, hingga jam menunjukkan pukul 5 kurang 5 menit, Nuris pun membereskan bukunya dan melangkah keluar, tanpa berpamitan pada gurunya tersebut, Nuris berlari menyusuri jalan yang biasa dia lewati pulang pergi wilayah ke sekolahnya. saat Nuris sampai di gerbang wilayah gerbang itu sudah di tutup oleh petugas mahrom. Nuris Frustasi. maka Nuris memberanikan diri berteriak oada petugas mahrom entah ada atau tidak ada di kantor, tapi syukurlah masih ada ustad sulaiman yang hendak pergi ke masjid depan kantor mahrom. "Lhoooo Nuris? kamu kok baru pulang? " tanya pak sulaiman.

Nuris kebingungan "Gurunya gak mau di ingetin pulang sih pak" Nuris kesal. setelah gerbang di buka, nuris pun segera pulang kekamarnya. teman teman yang melihat Nuris kesal bertanya "Kamu kenapa Riz? " tanya rahma.

"bener kalian dah, kalok pak zubair di jam akhir sebaiknya gak kembali. beliau aku ingetin gak mau dengerin yok? aku kan jadi kesal jadilah tadi aku pulang sendiri tanpa pamitan pada beliau. " cerita nuris mendapat sambutan tawa dari teman temannya.

"Aku laper koprasi udah tutup, aaaaah Pak zubair si*lan" kutuk Nuris, tapi Dita menyodorkan sebuah bungkusan, "udah aku ambilin nih,,makan gih, aku tau kamu bakal pulang sedikit malam, mkanya aku ambilin dulu" Dita memberikan bungkusan nasi yang di terima Buris dengan mata berbinar binar. "hoooooohhhh 😚😚😚😚 makasih Dita sayang, kamu emang the best deh emmmuuaaaahh" Nuris mencium dan memeluk Dita.

"Haiiiiisss Nuris, Najis, kamu pakek cium cium segala,hiiiiiiiii" Dita bergidik ngeri pura pura marah, Nuris hanya tersenyum menanggapi tingkah laku temannya itu.

Nuris segera makan nasi yang di berikan Dita, sevelum mereka pergi ambil wudhu', melaksanakan sholat maghrib lalu mengikuti kegiatan rutin tiap hari, sampai isya'lepas isya'mereka berangakt diniah.

"evi, kamu diniah kah hari ini? " Nuris tanya pada evi saat berangkat jama'ah isya'tadi.

"Hari ini diniah waktunya siapa ya? " tanya evi balik.

"waktunya ustadzah mukarromah, nahwu vi" jawab Nuris.

"Good willing yeah aku masuk nggak nanti diniah" Nuris menirukan gaya Evi ngomong jika dirinya tak hendak pergi diniah. Evi tertawa melihat ekspresi Nuris.

"tenang aja Ris, aku bakal pergi kok. kita kan murid teladan" sambung rahma.

"ooooooohhh, kamu emang ten aku yang paling pinter mama" Nuris merayu Rahma.

dan sekarang mereka berada di gedung diniah, menunggu ustadza mukarromah datang, hingha tiba tiba Evi datang sambil ngos ngosan.

"Kamu kenapa vi? "Nuris kepo pada tingkah evi.

"Tak paddheng oreng ngos ngosan ariyah (Gak liat orang lagi ngos ngosan ini)," jawab evi sambil melotot ke arah Nuris. Nuris tertawa tergelak gelak melihat Evi melotot. Evi memiliki mata yang sipit, jadi ketika dia melotot yang ada malah terlihat matanya melek biasa.

"Aduh, be'na tak pantes deddih reng kerreng vi, matanah sepet geluh hahahahahahah(aduh, kamu gak pantes jadi orang jahat vi, matanya kamu terlalu sipit)" Nuris ngomong jeplak di sambut tawa oleh Rahma.

"Be'na arapah mak tager ngos ngosan? benni gellek be'na ngocak tak a diniya'ah vi (kamu kenapa kom sampek ngos ngosan gitu? bukannya tadi kamu bilang gak mau pergi diniah ya vi)? " Rahma mengulang pertanyaan Nuris yang belum di jawab.

" E kamar bedeh pengontrolan kegiatan pendidikan, ustadz imam toron langsung se ngontrol, makeh ka jeding e kontrol kabbi (Di kamar ada pengontrolan kegiatan pendidikan, ustadz imam yang turin langsung mengontrol tadiz meski sembunyi di kamar mandi tetep di kontrol semua)" cerita Evi yang di sambut tawa Rahma dan Nuris keras.

"sambinah be'en sekolah lemele guru, mun tak lakek tak masok a. tak engak ngkok bik mama (lagian kamu sekolah milih milih guru, kalok gak cowok kamu gak mau sekolah gak kayak aku sama mama) " jawab Nuris mengejek Evi.

"mun be'na rajin geluh, keng be'nah a gebei kesempatan mun tak dulih deteng gurunah be'nah nyuting ustadz ustadz (Kamu terlalu rajin, tapi kamu di bikin kesempatan, kalok gurunya gak cepet dateng kamu malah nyuting para ustadz)" semprotan balik dari Evi membuat Nuris refleks menutup mulut evi dengan tangan kanannya. "Kamu vi, gak sekalian aja pakek speaker masjid sana" Nuris berkata sambil sewot.

"Iya Ris, kamu lebih parah dari siska, siska pacarnya munif doang, lha gebetan kamu? segudang, kamu ya gak pernah ada yang di seriusin, kamu gak takut kualat apa? mantengin wajah ganteng terus?" Rahma menyambung omongan evi.

"Ya Amplop, kaliannya aja yang terlau serius, kamu vi, coba tanya sama Rifki kamu, apa dia serius cinta sama kamu? aku sih hanya mengantisipasi biar hati aku nggak terluka aja kok" Nuris membela diri.

kedua temennya kempos.

"Apah can be'na lah (terserah kamulah) " jawab keduanya.

"BTW, ustadzah kok gak datang ya? ini dah jam setengah sembilan lho," Nuris mengalihkan pembicaraan.

setelah menunggu beberpa minit kemudian akhirnya Ula 2 B di pulangkan karena tak ada guru yang bisa mengisi.

Nuris dan teman temannya pulang ke kamar dan entah mulai kapan Nuris sudah ngorok, tertidur tanpa mengganti seragamnya...

💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙

Syam melangkah gontai, saat ini dirinya begitu tak bersemangat untuk menemui Humairoh, perasaan hampa kembali menerjang hatinya. Syam merasa Humairah berubah saat ini, semakin jauh untuk di gapai oleh Syam, tapi Syam tak ingin terpengaruh dengan perasaan ya yang membingungkan ini.

"Ayo Syam, kamu gak boleh sakit hati hanya karena seorang perempuan" hibur dirinya sendiri, apa lagi memang niat awalnya dia hanya untuk bersenang senang saja. "Gugur satu tumbimuh seribu Syam, tak perlu lah kamu tertekan karena satu cewek aja" Syam memotivasi dirinya sendiri.

'Libur dulu deh jadi pecinta wanita, bentar lagi ujian kudu fokus biar dapet Nilai bagus.'

Lalu Syam menuju tempat duduknya yaitu di sebelah vika. "Tumben kamu gak sama Humairah Syam?" tanya Vika iseng. "Sekarang udah mau ujian, jadi fokus ke pelajaran dulu vik, nanti habis ujian lanjut berburu lagi, untung kamu dah nikah vik, kalok belum aku pacarin juga kamu" goda Syam.

"Haiiiiiisss gak bakalan ngaruh ke aku Syam, aku tau kamu play boy, makanya kamu di jauhkan dari cewek yang kamu rindukan" omongan Vika menyentak hati Syam.

"Aaaah, masih kecil dia mah, mana mau aku sama dia, aku tau kok, dia kecilnya dulu dekil, tomboy, daaaah mau mondok berapa puluh tahun juga kalok wataknya gitu gaka akan jadi wanita deh tu temen kamu hahahahahahah" Syam berusaha menghalau sesuatu yang hangat menyentuh hatinya itu tentang Lila.

"Yaaaa semoga aja kelak kamu gak beneran jadi tetangga aku Syam" Doa Vika biar Syam kualat atas omongannya.

"Aku jamin, jadi tetangga kamu tapi gak sama dia, banyak yang lebih cantik dari temen mu kok. sekarang dia pasti makin jelek, item, apa lagi mondoknya di pesisir, dah pasti hawanya panas, dan dia makin gempeng dah ah" Syam meyakinkan Vika.

Vika hanya tertawa kecil melihat temennya kebingungan terlihat dari ekspresi wajahnya.

"Ok kita lihat saja nanti. seandainya taruhan itu gak haram aku tantang kamu taruhan Syam" Vika memanasi Syam. "Ok kita taruhan, kalok aku gak jadi sama Lila kamu traktir aku, kalok aku jadi sama Lila aku di traktir kamu giman? "

Vika mencerna perkataan Syam "dasar dodol, itu sama aja aku yang rugi dong. enak aja" vika mulai mengerti jebakan Syam "Hahahahahahahhah,,, walau lola kamu ok juga otaknya vika" Syam menjawil dagi Vika.

yang di jawel mengelak dan manyun.

Hari itu Syam kembali berkonsentrasi kepelajaran, sebelumnya di tak pernah konsen karena selalu mengintip Humairahbdari jauh.

Hari ini Syam bertekad untuk mengubah jalannya, bukan mengubah niat dan prilakunya, dia akan tetap menjadi Playboy yang tak terkesan Play boy, namun dia juga harus menguasai ilmu pengetahuan juga.

Syam fokus pada penjelasan guru guru yang mengisi materi di jam jam belajar yang telah di jadwalkan, dan tak terasa waktu pulang pun telah tiba. Syam segera membereskan alat tulisnya, setelah guru keluar barulah Syam dan teman temannya berhamburan keluar.

pulang kerumah dan akan istirahat. karena nanti sore Syam akan ke rumah pak ikhram. seperti yang telah di sepakati mereka akan belajar mengajar tentang agama.

Syam sangat menikmati hari harinya ini

hingga tak terasa ujian semester dua sudah dekat.

Syam menanti ujian ini penuh dengan persiapan