Chereads / DADUNG KEPUNTIR (Kupita Kau jadi Jodohku) / Chapter 17 - Masa Remaja yang Tak Terlupakan (2)

Chapter 17 - Masa Remaja yang Tak Terlupakan (2)

"Le, kamu kemaren tidur apa mati Le? kok melewatkan sholat ashar, maghrib sama isya'? " ummi Titis mulai mengomeli putranya.

"Maaf Mik, kemaren aku capek banget, jadi tidurnya nerus Mik, tapi yang penting aku masih hidup lho mik, gak mati aku." jawab Arif sekenanya.

"Ya karepmu wes. pokoknya Ummi gak mau kamu meninggalkan sholat Le, karena sholat adalah perantara kita dengan Allah. kalau kita ingin meminta maka shalatlah, kalou ingin dekat dengan Allah maka shalatlah, kan gitu Le? makanya kamu jangan pernah meninggalkan shalat" ceramah umminya.

Arif mencerna omongan ibunya itu

'Jika ingin meminta maka shalatlah'kalimat itu terngiang di hati Arif.

Arif teringat Mimpinya semalam, Mukanya tiba tiba bersemu merah. Dalam diamnya Arif masih mengingat mimpinya walau sudah berusaha menghilangkan bayangan itu.

ummi yang melihat wajah arif menjadi panik. "Ya Allah Le, mukamu merah, kamu demam Le? "ummi memeriksa suhu tubuh Arif lewat kening.

"Nggak mi, aku gak papa, alhamdulillah aku sehat mik, hanya sambal yang ummi bikin agak terlalu pedas mik" jawab Arif bohonh

umminya terlihat bingung dengan jawaban putranya.

"Le ummi nggak bikin sambal nak. ini masakan gak ada yang pedas kok orang cuma sayur asem sama tempe dan ikan tongkol doang" jawab ummi titis.

Arif tersedak, dan terbatuk batuk. umminya memberinya minum, "pelan pelan Le, kamu kenapa sich? ada yang mengganggu pikiranmu Arif? " tanya ummi Titis khawatir.

'Ya, aku di ganggu Lila ummi, kerinduanku padanya berefek pada mimpi ku semalan' tentu saja itu dalam hati Arif.

"Nggak mik aku gak papa. aku udah selesai, aku sholat dhuhur dulu mik." Arif berusaha mengelak dari ibunya.

Arif segera masuk ke kamarnya. Bersiap untuk pergi ke masjid melakukan sholat jum'at.

💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙

Nuris yang kesal pada kedua orangtuanya meminta dirinya segera di antarkan ke pondok.

"Seragam mu belum jadi ndok" cegah Ummi Dzuriyah.

beliau tau kekesalan Nuris karena tak boleh melanjutkan sekolahnya di luar pesantren.

"Lila, aku tau kamu kesal, tapi gak boleh begini ndok, dengan kamu di pondok aku sebagai orang tua bisa tenang karena keamananmu terjamin" ucap ummi Nuris.

"lhaaa makanya mih, biarin Lila balik ke pondok, Lila harus cari brosur sekolah yang mau aku masuki" jawab Lila sedikit kesal.

akhirnya Ibu Lila pun menyerah, meminta kakak Lila, Alfa, mengantar Lila kepondok. Selesai berpamitan akhirnya Lila dan Alfa berangkat ke pondok.

------*****------

Malam hari di pondok, Nuris bersama adik adik kelasnya, hanya dia yang senior sekarang.

"Kak Nuris, udah lega kak udah lewati ujiannya" tanya Rika dan Ulid.

"Lega iya, sewot iya Rik" jawab Lila asal

"lho kenapa kak? " ucap Ulid

"aku gak boleh keluar dari pondok, padahal aku dah berniat mau masuk ke SMA di Lumajang. tapi ortu ku gak ngijini" Nuris menerawang, menatap langit langit kamarnya yang kini di tempati oleh adik seniornya.

merasa bosan Nuris menghidupkan Walkmannya (alat pemutar kaset berfungsi seperti tape record, hanya lebih mini dan kecil sederhana). mendengarkan alunan musik dari lagu yang di stelnya.

"Kak Nuris pelanggaran,,," Rika menepuk paha Nuris yang terlentang hendak tidur.

"haaaiiiiihhhh, emang aku melanggar apa? " tanya Nuris cuwek, padahal dia Tau apa maksud adik juniornya itu.

"Kak ini bukan malam selasa atau jum'at kak. kok kakak nyetel musik sich?" Rika minta penjelasan.

"Rika, kamu ingat aku kelas berapa? " tanya Nuris

"Tiga kak dah Lulus" jawab ulid juga penasaran.

" lhaaa kamu baca lagi deh aturan pesantren yang kamu dapat dari pesantren saat kamu daftar dulu. Disana tercantum santri yang bersekolah, dan berada dalam akhir jenjangnya (kelas 3 sudah menerima pengumuman kelulusan) tidak terikat dengan peraturan pondok sampai penerimaan santri dan siswa di buka. artinya kita bebas di pondok. kecuali kalok mau keluar dari pondok, tetap izin. Kalok mau pulang ya pulang aja, nanti pas penerimaan santri dan siswa baru di buka baru balek kesini lagi.

lhaa pembukkan pendaftaran kan tinggal seminggu? jadi aku ada waktu maen2 sampek puas. lhaaaa kalian silakan lanjutkan kegiatan kalian dengan tertib" jelas Nuris sambil tersenyum senang.

"Jadi pengen cepet cepet Lulus" ujar Rika

"Kamu kan masih 2 tahun lagi Karik?" Nuris memaatikan

"iyaaaaaaa haaaaaahh lamanya" Rika berpura pura nangis lebay.

"udah sana berangkat diniah sana" balas Nuris, karen waktu Diniah sudah tiba.

"Kak ayo ikut aku aja, dari pada kakak sendiri di kamar ntar ada hantu gimana? bentar lagi sepi lho." ajak Rika dan ulid iseng mereka menakuti Nuris.

Nuris yang memang penakut segera mengganti sarungnya dengan rok, dan meletakkan walkmannya di lemarinya.

Lemari yang hanya berisi baju dan bedak serta parfum itu terlihat longgar dan rapi, karena Nuris belum membeli Buku, di dalamnya hanya ada 3 stel baju, dan beberapa kitab kuning. buku pelajaran Nuris sudah Nuris angkut saat Nuris Lulus dan di boyong pulang.

mereka pergi ke gedjng diniah yang ada di depan kamar mereka.

"Sejak kapan Diniah di pindah kesini Lid? " tanya Nuris memastikan.

"Lhooo kakak dlu diniahnya di mana? tanya Ulid balik

"Dulu aku di gedung SMA, diniah q habis subuh, tapi pas naik Ke Ula 2 diniahku habis isya'kayak sekarang, makanya aku berhenti. habis kalok malem tu gedung SMA serem banget Lid." Dulu ustad Busro malah cerita yang horor makin ciut lah aku.

Ulid mendengar cerita Nuris tertawa. Nuris memiliki tubuh mungil, bahkan lebih kecil dari Rika dan Ulid.

"gedung ini di pakai udah dari tahun kemaren kali kak, masak kakak gak tau? tapi yang di pakek hanya lantai atas sebelah timur doang sih, buat anak Ula 3. lhaaaa baru tahun ini di pakek full, kak Nuris juga gak tau? yang dulu diniah di SMA sekarang di sini semua kak." jelas Ulid.

Nuris hanya manggut manggut saja.

yaaa Nuris tidakk pernah tau bahwa gedung itu di aktifkan karena selama ini Nuris tidak terlalu memperhatikan kegiatan di gedung yang ada di depan kamarnya itu.

"Yuk masuk kak", ajak Ulid.

kamu sama Karik sekelas? " tanya Nuris

"iya kak, aku sama Ulid sekelas" jawab Rika.

"Btw, sekarang mapel apa? siapa yang ngajar?" tanya Nuris.

"Sorrof pak Taufiq kak yang ngajar. " Jawab Rika.

"Pak taufiq yang ngajar kita di masjid itu? ustad penggantinya pak imam itu? " Nuris mengorek lebih kelas.

"iya kak, kakak ni, kalok orang cakep aja ingetnya detail" cetus Ulid

"he'em bener bener play girl kamu kak" sambung Rika.

"eh Karik, enak aja ngatain aku play girl. emang aku pernah macarin siapa aja? " tandas Nuris garang.

tapi di sambut tawa keduanya,

"kakak kalok marah gak seram tau, kakak kan dulu kabarnya suka pak Doni? lhaaa sekarang sama pak taufiq sejak kapan kak? " tanya Rika makin membuat Nuris kesel.

"Pak Taufiq tu manis, tapi kalon jadi pacar aku kasian beliaunya lah, kasian aku juga iya sich. "jawab Nuris asal.

"Lhaaaa kenapa kudi kasian sama kakak? ya kasian pak taifiq lah. kudu sabar ngeliat dan ngedengerin kamu muji muji cowok laen" ujar Rika keja.

"yeeeeee, aku tu setia, kalok serius aku bakal setia sama pasangan aku aja.,kasian akunya kalok jadi pacar pak taufiq kudu ngerti nahwu sorrof. apa lagi jadi istrinya, harus menguasai kitab fathul qarib tau" kata Nuris ngasal

tanpa mereka ketahui, obrolan mereka di tangga di dengarkan oleh seseorang yang mereka bicarakan.

orang itu terswnyum mendengar obrolan mereka.

"Anak anak kenapa masih disini? kamu siapa? " tanya pak taufiq pada Nuris.

"eh ini kan juga murisnya pean pak? ngaji di masjid kitab kunibg pak, ini alumni MTsN pak, lulus tahun ini" terang Rika.

"Saya gak tanya kamu, saya tanya dia" sela pak Taufiq.

"Au'dah pak" jawab Rika sebal.

"sudah sana masuk kelas, kamu gak Diniah juga Nuris? " kata pak taufiq, panggilan pak taufiq pada Nuros membuat ke 3 anak itu melongo, bukannya pak taufiq belum tau nama aku ya? batin Nuris.

"Bapak kok taimu nama kak Nuros pak? " tanya ulid dan Rika barengam

"ya taulah, anak MTsN. yang hiperaktif adeknya habibi Lumajang" pak Taufiq menyebutkan spesifikasi Nuris.

"gak enak banget yang ke dua pak, emang aku aktif gmnnya?" balas Nuris sewot.

"Udah sana masuk, kamu daftar lagi aja Ris, eman diniah kamu." perintaj pak Taufiq.

"iya pak," hanya itu yang di ucapakan Nuris.

sepulang dari diniah Nuris kembali memakai headsetnya di telinga, dan memutar salah satu saluran dari sebuah stasiun radio Kampus, FADA FM.

"Ok para pendengar Fada Fm, kembali disinj Rangga mengudara untuk memghibur pendengar setia Fada Fm dalam acara ekstravaganza, temen temen santri maupun pemirsa di luar pondok pesantren bisa mengirim salam dan request lagu melalui saluran kesayangan kita ini dengan cara mengirimkan atensi dan mengisi sesuai dengan keinginan pemirsa. sebelumnya mari kita nikmati satu lagu yang akan Rangga putar untuk pemirsa setia Fada FM, selamat menikmati"

Nuris menikmati lagu lagu yang di putar di radio sampai terlelap.

"hemmmmmm si Rangga ini kayak apa ya? apa nama sama muka cocok ya?" Nuris bicara sendiri

Ulid yang dengar ucapan Nuris menjawab "Cakep kak, tapi aslinya orangnya songong, kakak kalok tau di jamin bakal ngajak berantem tu orang."

"haaaaaa? iya kah Lid? " mata Nuris membeliak, gak percaya. tanya kak Khalil besok ah. batin Nuris.

"ntar kalok ketemu di coba aja kak" jawab ulid

lalu mereka pun terlelap memasuki mimpi masing masing.