Nuris duduk di depan pengurus kamarnya Kak Imah namanya, dia bukan sedang ngobrol, tapi lagi setor hafalan untuk persyaratan pulang.
peraturan di pondok, untuk meningkatkan mutu kualitas santri sebelum pulang santri di wajobkan menyetor hapalam yang di sesuaikan dengan tingkat tahun masuknya para santri.
yang baru masuk maka di wajibkan mengahapal wirod harian, yang sudah 2 tahun di ponpes maka di wajibkan menyetor hapalan tahlil, dan yang sudah 3 tahun wajib menyetor doa dalam sholat sunnah, seperti dhuha, tahajud, dll. begitu juga yang di tingkat 4 sampai 6 tahun punsudah di sesuaikan dengam pendidikan yang mereka dapatkan selama di pesantren
Nuris, karena masih baru dia menghapal wirid harian.
Nuris sangat bersyukur sekali, karena di tempat mengajinya dulu sudah pernah di suruh untuk menghapalkan wirid harian olehbsang ustadzah.
akhirnya dengan lancar Nuris menjadi penyetor hapalan pertama diantara teman temannya.
setelah mendapat selesai menyetor hapalannya Nuris kembali ke kamar untuk mengambil surat ijin guna di kumpulkan ke pengurisnya itu.
yaaa, bersamaan dengan acara besar di pondok para santri akan langsung di pulangkan ke rumah masing masing tentu saja dengan syarat di jemput oleh wali santri bagi santri putri.
Lalu Nuris pun mengepak barang barangnya ke dalam tas yang akan di bawanya pulang.
ciri khas santri baru niiiih 😁😁😁😁😁
gak sabar nunggu pulangan, semua barang dikepak seakan akan gak bakal balek lagi ke pondok, 😂😂😂, sok rajin, iya sok rajin, buku ma kitab juga di bawa. Bilangnya mau belajar di rumah nyatanya...
liat aja nanti di rumah 😉😉😉😉😉
Hari yang di tunggu pun tiba, sebelum perizinan pulang di buka, Nuris dmyang sudah di jemput oleh orangtuanya pergi jalan jalan ke Bazar dulu bersama ummi Dzuriyah.
Sore menjelang, perizinan pun di buka, akhirnya waktu pulang pun tiba.
setelah mengambil surat izin sesuai prosedur Nuris berpamitan pada teman temannya untuk pulang dulu.
Tak lupa Nuris berpamitan pada pengurusnya kak Imah.
"Nuris pulang sekarang? hati hati ya? jaga luka kakinya biar cepet sembuh" pesan kak Imah saat Nuris berpamitan padanya.
"Siap kak" jawab nuris sambil memberi hormat seperti seoarang prajurit pada jendralnya.
Teman teman Nuris masih menunda kepulangan mereka karena orang tua mereka masih mau menyaksikan Pengajian akbar yang di isi mauidhoh dari para masyayikh ulama.
Nuris pun sampai di rumah yang dia rindukan.
Masuk kekamar tidurnya, lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur yang lama dia tinggalkan.
"Lila, kamu libur cuman 10 hari lho ya? hari pertama puasa kamu kudu balik ke pondok nduk." peringatan dari ibunya membuat bibir Lila / Nuris jadi manyun lucu.
"kenapa di ingetin balek ke pondok sich Mih, padahal kan aku baru juga nyampek? " sebal Nuris bertanya pada Umminya itu
ummi Dzuriyah hanya tersenyum, "Kakimu gimana? masih gatel Ris? " tanya Ummi Dzuriyah.
Yah, Nuris kena penyakit lain ciri khas anak pondok apa itu? 'Gatal gatal di seluruh tubuh' tapi nuris hanya kena di telapak kakinya saja.
" gak parah seperti waktu itu sich mih, cuman masih gatal dan linu gitu" jawab Nuris.
Nuris masih ingat ketika kakinya di serang penyakit kulit ini
>>FLASH BACK ON<<
"Ris, kamu kenapa sich dari tadi garukin kaki terus?" tanya Farida dan Qiqi saat mereka sedang kegiatan pengajian kitab Fathul Qarib.
"gak tau ni Da, Qi', kaki aq gatel banget, mana banyak meruntusnya ini, kayak yang isi air gitu. perih, panas, gatal gitu, ini aku garuk sampek luka gini." Nuris menunjukkan luka bekas yang garuknya, dan luka itu mulai bernanah.
"kok bisa gitu sich Ris? " hawatir Qiqi, Nuris hanya mengangkat bahu.
lama lama Luka itu melebar di telapak Kaki Nuris, kak Ima merawat Nuris dengan telaten, membersihkan dengan air hangat dan memberinya salep. Nuris seperti mendapat keluarga baru bukan hanya Kak ima yang merawatnya, tapi juga senior kelas 3 yang bernama kak Hani. kak Hani berasal dari kota yang sama dengan Nuris.
"Nuris, baju kamu yang kotor sini kakak cuciin Ris, kakimu belum boleh kena air" kata kak Hani.
"nggak kak, Malu aku kak" jawab Nuris
"ngapain malu sich? gak papa kok ayo mandi bareng kakak, biar kamu ada yang merhatiin, itu lukamu gak boleh kena air Dek" ajak Kak Hani agak memaksa.
akhirnya Nuris pun menuruti kakak Kelasnya itu.
baju Nuris di cucikan kak Hani, selesai mandi Nuris berniat menunggu kak Hani, tapi kak Hani menyuruhnya pulang duluan. Nuris pun menurut. sampai di kamar Nuris di bantu Kak Imah merawat lukanya itu.
ke esokan harinya saat mengaji kitab Sulam Taufiq, Nuris merasakan gatal yang sangat dari luka di kakinya yang masih belum mengering, saat dia melihatnya , Nuris terkejut, luka itu mengeluarkan hewan mirip dengan ulat.
tanpa permisi Nuris keluar dari pengajian, berlari sambil tertatih tatih ke kamarnya, mencari kak Imah.
"kak Imah, kaki ku kaaaaaaak,,,, Kaki ku bakalan di amputasi kalok gini kaaaak, kaki aku busuk kak, keluar belatung" Nuris ngoceh panik
kak Imah memeriksa kaki Nuris, ketawa terpingkal pingkal, "Ya Allah Nuris, ini bukan belatung, ini ulat yang keluar dari lukamu karena salepnya, ini yang bikin kakimu gatal Ris, nanti kalok dag keluar kakimu akan cepat kering dan sembuh" hibur kak Imah.
Nuris pun tenang kembali.
Luka itu sembuh hanya beberapa hari sebelum akhirnya kambuh saat akan tiba hari pulangan pondok.
<< FLASH BACK OFF>>
Nuris menceritakan kejadian itu pada ummi Dzuriyah.
lalu Ummi Dzuriyah pun merawat luka Nuris. tapi cara beliau sangat kasar, kaki Nuris di bersihkan tanpa ampun dengan menekan lukanya agar kulit mati dan sisa salepnya lepas, katanya biar cepet sembuh.
"ADUUUH ADUUH ADUH UMMI, PELAN PELAN KENAPA MIH, SAKIT" teriak Nuris sambil berusaha menarik kakinya yang di pegang ummi.
"kalok pelan mana bisa ikut ni kotoran kulit ma sisa salepnya Lila?" jawab ummi.
lalu mengambil air hangat yang sudah di beri garam dan daun sirih, lalu menyiramkan pada luka Nuris,
"AAAAAARRRRGGGGGGHHHHHH,,,,, PEEERIIIIIIHHHH" nuris meraung lalu menangis tidak sanggup dengan perih yang di hasilkan oleh siraman air garam itu
setelah itu Ummi membilas dengan air hangat biasa.
setelah itu di lap dengan kain bersih, karena kalok dengan kapas nanti kapas atau tisu akan menempel pada lukanya dan itu menghambat pengeringan pada luka.
Nuris masih menangis saat Ummi mengoleskan salep dikakinya.
setelah itu Nuris di suruh minum obat.
'huuuuuuuuuuuhhhh, Liburanku ngenes banget ya? di siksa sadis gini sama ummih huuuuuuuh huhuhuhu'batin Nuris sedikit lebay dan Nuris pun akhirnya tertidur karena lelah menangis. 😂😂😂😂