Chereads / DADUNG KEPUNTIR (Kupita Kau jadi Jodohku) / Chapter 15 - Memasuki Masa Remaja (2)

Chapter 15 - Memasuki Masa Remaja (2)

Nuris sudah meletakkan lembar jawaban komputernya di meja pengawas, "Alhamdulillah, selesai satu mapel" ucapa Nuris.

"Besok mapel bahasa inggris ya? waduuuuuhhh kudu ngorek kuping ni. biar pas listening sama speaking gak budeg" ujar Nuris pada Qiqi yang sudah menyusulnya keluar.

"Telinga budeg budeg aja Ris, lagian kamu gak pernah belajar, kamu maen melulu Ris, aku sama Farida jadi ikut ikutan b*go' juga gara gara nurutin santainya kamu" jawab Qiqi agak sewot, pasalnya tadi dia banyak yang di jawab asal. gara gara kehabisan waktu.

"Ya elah Qiqi, ini tu bahasa indonesia, bahasa ibu kita, lha kamu kok bisa gak ngerti dengan bahasa negara sendiri itu gimna sich? bahasa indo bukan di pelajari Qi', tapi di praktekkan. lha kita tiap hari kan praktek bahasa indo qi'kalok lagi ngobrol sama anak beda lembaga, udah deh, kalok oon ya udah oon aja, gak usah pura pura pintar, itu butuh tenaga ekstra qi'." jawab Nuris lebih sewot.

Qiqi'yang mengenal watak sahabatnya itu tertawa.

"Ayo pulang, kalian lagi kenapa sich? " Farida datang sambil menepuk bahu kedua kawannya.

" ini nih si Nuris kalok manyun lucu, ya kan da? " jawab Qiqi'asal.

Farida melihat dengan seksama, "Ya Allah Riiiss itu bibir apa pantat ayam Ris, kok gitu amat? pengen tak jepret aja tu bibir pakek karet" ungkapan Farida membuat Nuris makin jengkel pada dua Sahabatnya.

"udah udah ayo pulang, persiapan buat besok belajar sekarang, besok Bahasa inggris, pengawasnya dari lembaga swasta," sambung farida.

akhirnya mereka kembali ke pondok.

Malam hari di pondok Nuris kembali berulah, dia mengajak teman temannya tanding bulu tangkis.

akhirnya anak kelas 3 yang tak mau buyar konsentrasinya menolak ajakan Nuris, Nuris pun bermain dengan adek Kelasnya.

"Kak Nuris ni santai banget, ini ujian Nasional Lho kak, kalok gak lulus kakak nanti gimana? " tanya Rika anak kelas 2 dari kota santri.

"gak lulus ya remidi dong karik, aku gak susah kok" Nuris sengaja membalik nama Rika mengambil handuk dan mengelap keringatnya, malam itu terasa sangat panas karena Nuris melompat lompat untuk bisa menangkis serangan Rika, hingga seluruh tubuhnya berkeringat.

setelah Kering, Nuris mengajak Rika mandi.

setelah mandi mereka baru tidur lelap.

besoknya Nuris masih di suapin oleh kak Ima, lalu berangkat ke sekolah bersama ke 2 sahabatnya.

setelah sampai mereka langsung berbaris untuk melaksanakan ritual doa sebelum masuk melaksanakan ujian.

Saat masuk ke dalam ruangan ujian Nuris menatap sosok yang tak asing, yaaaa soso pak Doni.

Doni memperhatikan Nuris yang menatap tajam ke arahnya, lalu mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum singkat.

Nuris yang mendapat kedipan mata dan senyum dari Doni langsung memalingkan muka ke mejanya.

"Baik adik adik, sudah siap untuk ujian ya? " tanya Doni basa basi pada anak didiknya.

"Insya Allah siap pak" jawab mereka serempak kecuali Nuris, pikirannya sekarang fokus pada lembar jawaban komputer, Nuris benar benar membunuh dalam pikirannya wajah tampan Doni.

Doni yang merasa Nuris tak seperti biasanya menatap heran pada Nuris.

'Ini anak kecil kenapa ya? biasanya kalok liat aku dia akan terpaku pakek bibirnya mangap, sekarang kok dia bisa cuwek gitu ke aku sich? ' batin Doni heran. hati kecil Doni tak terima jika Nuris tak memperhatikannya.

"Baik adik adik, bapak minta perhatiannya sebentar, jadi aturan ujian kali ini adalah writing yang harus selasai dalam waktu 45 menit, dengam 25 butir soal, lalu listening dengan 10 butir soal dengan waktu 2 menit yang di ulang 3 kali dan terakhir speaking 5 butir soal tanya jawab dengan dengan waktu 5 menit perorang. ok adik adik kita bisa mulai dari sekarang" Doni memgambil perhatian siswa seakan akan hal itu belum di ketahui siswanya, padahal niatnya adalah mengambil perhatian Nuris, sayangnya selesai di jelaskan Nuris kembali fokus pada soalnya lagi.

Doni menghela nafas Masygul dengan hatinya pada Nuris.

'padahal aku sudah menentukan pilihan untuk pendamping hidup ku, kenapa aku masih memperhatikan anak kecil ini?' batin Doni tak tenang.

1 jam setengah berlalu, siswa pun keluar satu persatu yang telah menyelesaikan ujian speaking, tapi Nuris merasa aneh, nomer absennya berada di tengah, kenapa dia di panggil terakhir? aaah mungkin di ambil acak oleh Kak Doni, Nuris berhusnudzon.

di menit terakhir, Nuris pun di panggil dia peserta ujian terakhir di kelasnya, sedangkan Qiqi'dan farida sudah pulang dulu karena mereka bilang lapar.

sisa beberapa siswa dan osis yang berjaga di sana.

Nuris masuk ke ruangan saat namanya di panggil

"NURIS SYA'ILAH AL KHALILAH" panggil Pak Doni sekali lagi, saat Nuris sampai di depan meja guru.

"Saya pak" jawab Nuris.

"iya tau itu kamu, saya hanya sedang mengeja nama kamu aja" Doni sengaja memasang muka datar, padahal hatinya sungguh ingin tertawa melihat wajah Nuris yang Frustasi. ' belum di tanyai apa apa udah pucat dulian ni bocah hahahaha' tawa Doni dalam hati.

"Baik Nuris, kamu sudah membuat karangan bahasa inggrismu, tentu kamu sudah menghafalnya kan, sekarang kamu bacakan tanpa melihat teks ya? " perintah pak Doni.

"Baik pak." Nuris pun berkonsentrasi mengingat apa yang dia tulis di dalam karangannya.

"the title of my essay is Farmer. Farmer is Farmers are people who work in the fields or forests, their job is planting. .........." Nuris berusaha agar bacaanya sesuai dengan yang diajarkan oleh kakak kakak tingkatnya di LBI (Lembaga Bahasa Inggris). Tapi masih banyak vocab yang membuat lidahnya merasa terpeleset sehingga terdengar aneh di telinga Nuris sendiri, jika salah dia pun nyengir kuda ke arah Doni, lalu kembali melanjutkan lagi. "Lumayan, meski banyak yang ancur speakingmu" tanggapan Doni tak mendapat respon balik dari Nuris.

"Kok kamu diam saja? " tanya Doni heran.

"Lhoooo bapak kan disini pengawas? mana berani saya protes pak? " jawab Nuris dengan mimik muka lucu membuat Doni gemas. 'Aslinya juga saya pengen nabok bapak sich, asal aja kasih nilai ancur ke saya pak'Nuris ngedumel dalam hatinya.

"Eh, tau tempat juga ternyata kamu, ok Nuris saya akan bertanya beberapa hal padamu kamu harus jawab dengan jujur pakek bahasa inggris ya?" Doni melanjutkan.

"siap pak" jawab Nuris.

Doni: "What is your name? "

Nuris: My Name is Nuris Sya'ilah Al Khalilah

Doni: where do you come from?

Nuris: I come from Lumajang City.

Doni: Do you love me?

Nuris: Yes I do

Nuris menutup mulutnya, dan mengingat kembali pertanyaan terakhir Doni.

"Iiiiiiiiiiihhhhhh bapak tanya apaan sih pak? " Nuris menutup wajahnya malu, saat sadar dengan jawaban terakhirnya. "Yang terakhir gak masuk nilai dong pak" protes Nuris.

"Lhaaaa suka suka saya dong bikin pertanyaan, saya kan pengawas kamu" Doni sok serius padahal dia pengen tertawa melihat tingkah Nuris.

"saya yang terakhir serius Ris, kamu kenapa sekaranhmg kalok ketemu saya menghindar, katanya kamu suka sama saya" cecar Doni membuat Nuris gelagepan.

"eeeeehh saya gak menghindar kok pak, bukannya emang aturan pondok gak boleh ngobrol dengan yang bukan mahromnya kan? kecuali itu masalah kelembagaan dan kepentingan pondok." jawab Nuris.

'iya juga sich, aku kok bisa lupa ya? ah Nuris ternyata gak menghindar, dia hanya takut hukuman saja'batin Doni.

"Nuris Saya mau menikah bulan depan, kamu mau kan datang ke acara nikahan saya? " Doni memancing Nuris, dia ingin melihat reaksi Nuris. Namun Doni harus menelan kekecawaan karena Nuris malah sumringah menatap undangan yang Doni berikan padanya.

"waaaaah bapak mau menikah? tapi kom cuma saya pak? teman yang lain gimana? " tanya Nuris

'Karena kamu spesial di hati aku Ris' jawab Doni di hatinya.

"aku gak ada kenal teman kamu, nanti kamu di jemput Rinta bareng sama para mahasiswi" jawab Doni

"Insya Allah pak" Nuris menjawab dengan tersenyum.

"Kamu kok gak kecewa Ris? "Doni tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Kecewa kenapa pak? " tanya Nuris Polos

Doni menepuk jidatnya dan mengusap kasar wajahnya.

Dia sudah tak bisa menahan hasratnya pada Nuris untuk menginginkan Nuris yang polos. Doni benar benar Frustasi di buat oleh kepolosan gadis kecil itu

Doni memegang tangan Nuris, "Kamu bilang suka sama saya, kamu tau Ris? setelah kamu mengatakan kamu suka pada ku, jujur aku selalu memikirkan kamu Ris, aku menginginkan kamu jadi milik aku, tapi aku sadar kamu masih memiliki masa depan panjang karena itu aku berusaha menutup hati ku padamu, tapi setiap aku berusaha menutup dan mengalihkan perhatian ku dari kamu, semakin kuat juga rasa itu muncul Ris. dengerin aku Ris, aku gak akan punya kesempatan ini lagi untuk jujur pada perasaan aku. aku gak mau menyesal nanti" Doni mengeratkan genggamannya pada tangan Nuris.

Nuris terkejut berusaha menarik tangannya, dia takut kepergok dan di hukum. tapi genggama Doni sangat erat, jari jari yang menancap di tangan mungil itu tak bisa lepas dari gemggaman tangan besar Doni.

"Dengerin aku sekali ini saja. Nuris AKU SUKA KAMU, AKU CINTA KAMU." Ungkapan Doni membuat Nuris beku di tempat duduknya.

Nuris memang tak paham apa cinta, tapi dia tak terlalu bodoh untuk mengerti perasaan laki laki di depannya.

Refleks Nuris menarik paksa tangannya, tapi Doni kembali meraihnya dan mencium tangan mungil itu, Nuris berkeringat dingin.

"Pak, tolong lepaskan, saya takut ada keamanan pak" pinta Nuris.

"Tenang lah Ris, keamanan itu saya sendiri", Doni mencium tangan Nuris sangat lama, seakan akan dia tidak akan pernah memegang tangan mungil itu lagi.

Nuris merasakan air mata Doni di tangannya.

tapi Nuris juga bingung dia harus bagaimana.

setelah puas, Doni melepaskan tangan Nuris.

"Sudah Ris, kamu boleh pulang, kakak harap kamu datang di acara kakak nanti" harapan Doni pada Nuris.

Nuris hanya mengangguk "Insya Allah Kak" panggilan Nuris kembali ke asalnya. tanpa membuang waktu lagi Nuris pun pulang ke pondoknya.

Dia sedikit terganggu oleh ungkapan Doni padanya.

sampai di kamar, "Apa ini Ris? " Farida mencomot undangan dari pak Doni.

"eh pak Doni mau nikah Ris? " Tanya Qiqi' yang juga ikut membaca undangan itu.

Nuris mengangguk, "Laaaah patah hati dong kamu Ris hahahahahahahah" goda kedua temannya.

"patah hati sich aku nggak reeek, tapi matahin hati iya aku, aku sedih, tadi pak Doni nangis" jawab Nuris jujur

lalu menceritakan pada ke 2 temannya itu tentang kejadian di ruang ujian tadi.

"Aku kok jadi gak enak hati ya? apa aku gak usah datang aja ya? " Nuris meminta pendapat kedua sahabatnya.

"sebaiknya kamu datang Ris, biar pak Doni tau bahwa kamu menghargai beliau seperti kakak, masalah nanti dia gak bisa merubah perasaanya sama kamu itu sich resiko pak Doni Ris" usulan Qiqi' di angguki farida.

----*****----

3 hari Sebelum kelulusan Nuris menghadiri acara pak Doni. dengan memakai gamis berwarna pink, dan jilbab warna senada membuat Nuris terlihat sedikit dewasa.

padahal badannya hanya tumbuh 5 cm dari yang terakhir mengukur tinggi badan.

Doni menatap tak berkedip pada Nuris sampai Nuris menghampiri dan menyalami pengantin wanita, lalu menangkupkan tangan tanda dia bersalam pada Doni, Doni membalas sambil mengangguk. "Terimakasih Ris udah datang, Sayang kenalin, ini murid aku di MTsN" Doni sengaja memprovokasi Nuros dengan menyebut istrinya Sayang.

'Syukurlah pak Doni sayang sama istrinya jadi yang kemaren mungkin pak Doni hanya bercanda saja sama aku huuuuuuufffffff' batin Nuris lega. Nuris sekali lagi menyalami istri Doni sambil tersenyum lucu, "Aku Nuris kak" Nuris menyebutkan namanya. "duuuuuh kamu kok imut banget sich. pantesan Doni suka sama kamu, kakak juga suka lho sama kamu, oh ya nama kakak Sinta, makasih ya Ris udah hadir di sini" Sinta ramah.

Nuris bingung, dari mana Sinta tau tentang dia dan Doni, apa iya Doni cerita.

"ayo Ris kamu nikmati hidangan ya? jangan sungkan sungkan dek" kata Sinta mempersilahkan Nuris.

Nuris mengangguk dan segera menuju meja makan untuk menikmati hidangan.

saat asyik makan sambil ngobrol dengan Rinta Nuris di kejutkan kedatangan Doni, "Ris kamu kok seneng sih, gak ada sedih sedihnya gitu" Doni kesal

"Lhoooo? kenapa aku harus sedih kak? ya aku bahagia dong liat kakak bersanding sama wanita cantik dan semoga sholehah gitu" jawab Nuris polos, Doni gemas, tapibsekarang dia tak bisa berkelakuan se enaknha karena sekarang dia suami Sinta.

akhirnya Doni meninggalkan Nuris.

selesai makan Nuris pamit pada Rinta untuk pulang, karena rombongan pun segera pulang kembali ke pondok

"Kak Doni, kak Sinta, aku pulang ya?" Nuris menyalami Sinta bahkan menciun punggung tangannya tanda Nuris menghormati yang lebih tua, saat Doni mengulurkan Tangannya Nuris hanya menangkupkan tangannya.

lalu segera berlalu dari hadapan mereka.

Doni meremas tangannya kecewa dengan sikap Nuris.

"Kamu kalok masih berat kamu kejar dia deh, dari pada nanti malah membuat hubungan kita di mulai dengan rasa gak enak" Sinta yang mengetahui suasana hati Doni menyuruh Doni mengejar Nuris.

"Kamu kok bilang gitu? kamu gak cemburu? " tanya Doni penasaran pada istrinya.

"nggak lah, anak baru bisa buang ingus gitu gimana aku bisa cemburu? lagian kamu kan udah jadi milik aku? banyak waktu untuk kita belajar saling mencintai kom, aku percaya suatu hari kamu pasti akan melupakan gadis lucu itu, dan akan segera melihat aku" jawaban bijak dari sinta membuka hati Doni semakin dalam pada Sinta

"yaaa sebenernya aku belum cinta sama dia, tapibentah kenapa aku merasa nyaman dekat dia, mungkin karena dia polos kali ya? tapi makasih pengertian kamu, aku jadi mulai jatuh hati padamu" jawab Doni sambil memegang jari istrinya dan mengecupnya.

Sinta yang diperlakukan romantis pun merona.

"Aku akan menunggu sampai kau benar benar jatuh cinta pada ku Mas Doni" bisik Sinta mesrah di teling suaminya.

meraka tersenyum saat saling bertatapan.

sepertinya tak butuh waktu lama untuk Doni melupakan perasaannya pada Nuris ☺☺☺.