Namaku syams al 'arif, aku biasa di panggil syam atau arif. saat ini aku adalah seorang pengajar di sebuah lembaga pendidikan yamg bernaung di bawah kementrian agama. di sebuah kota yg berkembang terkenal dengan gunung tertingginya di pulau jawa, juga terkenal dengan buah kuning emasnya. aq menatap siswa siswi ku yang sedang beraktibitas di kelas, ya, saat ini aq sedang menjadi pengawas ujian madrasah di sebuah Madrasah Aliyah, tiba tiba pikiran ku melayang ke masa kecilku.
Hari itu adalah hari ke 2 idul fitri. Hari kemenangan bagi umat islam setelah sebulan penuh lamanya menahan lapar, dahaga, dan nafsu yg berusaha menguasai jiwa.
Tapi syukur Alhamdulillah aku bisa melewatinya, dan seperti tahun - tahun yang lalu, abah ku memberikan aku hadiah karena aku berpuasa penuh. yaaaah namanya saja anak kecil waktu itu itu aku masih kelas 2 SD usia q jg masih 7 tahun, jadi wajar dong kalok aku seneng dan selalu berharap untuk dapat hadiah karena puasa ku penuh heheheh๐๐๐.
Dan saat aku lagi buka hadiahku aku dengar suara ummi ku memanggil ku dan memberi tahu bahwa ada tamu.
sudah bisa ku pastikan, karena sudah menjadi tradisi di daerah ku bahwa selama bulan syawal akan ada banyak tamu handai tolan berdatangan silih berganti, karena hanya di bulan ini lah kami bisa menjalin silahturahim dengan keluarga besar yang ada di luar daerah.
"Le Arif!!! " teriakan ummi kembali terdengar, "ada khalila le, sana temenin main gih" kata ummi memberitahuku.
haaaiiiiissss gadis kecil seusia ku itu lebih muda dari q 6 bulan, sebenernya aku tidak terlalu suka dengannya
karena dia terlalu tomboy, gak ada manis manisnya jadi anak cewek.
tapi aku harus nurut msama ummi kalok tidak nanti hadiah ku pasti di ambil lagi.
akhirnya dengan berat hati aku letakkan hadiah ku di meja belajar samping tempat tidur ku, aku temui gadis kecil tomboy itu. Aku keluar dari kamar ku, kusalami pakdhe hanan dan budhe dzuriyah. beliau berdua adalah orang tua khalilah, tanpa memandang khalilah aku menyeret tangannya untuk aku ajak keluar rumah bermain, lalu aku lepas kan tarikan tangan ku, dan ku lihat wajahnya, aku agak terkesima oleh penampilan gadis cilik di depan ku saat itu, aku berpikir, apa aku salah tarik anak ya? tapi setelah aku perhatikan lebih seksama aku yakin aku tidak salah tarik, itu benar2 kholilah, dia adalah Nuris Sya'ilah al kholilah, saat ini dia memakai baju kurung panjang, warna biru langit, d an celana panjang sampai melewati matakaki, jilbab dengan warna yg sama bertengger di kepalanya, "cantik" hati ku bergumam, aaiiiihhh kenapa aku ni? biasanya aku sebel banget kalok di surih nemenin di cewek tomboy, bukan apa apa, udah suaranya cempreng, sifatnya juga kayak anak laki laki gitu, loncat sana loncat sini, naik meja, naik ke lantai dua gak lewat tangga, tapi lewat tangga yang terbuat dari bambu yang sama abah di taruh di depan balkon rumah.
tapi hari ini dia tampil beda. khalilah terlihat sangat cantik, yaaaah walaupun tak pernah hilang dari ciri khas dia yang memakai celana.
Aku gak bisa ngomong untuk ngungkapin rasa keterpesonaan ku padanya, hahahahahaha untuk pertama kalinya aku liat dia feminim.
"mas, aku minta coklat itu dong" suara Lila yg cempreng merusak rasa dalam hatiku padanya, tanpa bicara lagi aku mengambilkan apa yg dia minta. Sebab kalok gak di kasih secepatnya nanti dia bakal ke ummi ku. Bisa di tebak dong siapa yg bakalan kena omel.
"Mas, bukain dong, aku gak bisa buka nih" pintanya lagi.
"aduuuuhhh Lila, buka sendiri kenapa sich? " sungut ku
"lek titis...." teriaknya memanggil ummi ku, langsung aku bungkam mulut kecilnya agar tak bersuara lagi, dia gelagepan oleh tangan ku.
"apaan sich mas, aku gak bisa nafas tau" kata Lila
"iya sini aku bukain" ini nih yang bikin aku jengkel kalok dia datang, dunia ku serasa berantakan kalok ada dia.
tukang ngadu, tukang berantakin kamar aku juga tu.
sambil ngedumel aku bukain tutup coklat itu.
setelah itu aku berikan kembali padanya. aku liat dia makan dengan tenang, teratur, gak belepotan kayak biasanya, 'tumben ni bocah anteng' batin ku.
aku perhatikan dia menyendok coklatnya dengan sendok kecil seukuran jari bayi baru lahir.
"kalou aja kamu anteng terus kayak gini Lila, cantik, gak suka berkelahi, udah pasti aku suka sama kamu" kata ku dalam hati.
"Mas lagi dong" aku terkesiap dari lamunan ku.
"kamu gak takut gigi mu sakit Lila? " tanya ku.
padahal giginya udah pada hitam semua tu orang jawa bilang 'gigis' karena dia paling demen sama coklat.
" kata ummi ku gak papa kok Mas yang penting aku gak boleh lupa sikatan, nanti kalok dah tanggal semua gigi ku bakal tumbuh gigi yang bagus kata ummi gitu"
"ya udah deh terserah kamu, toh kamu nanti yg ngerasain sakit gigimu sendiri" sungut ku sambil memberikan dia coklat lagi.
"Lila, ayo berangkat nak" panggil budhe dzuriyah
"iya mih" jawab Lila
"Mas makasih ya coklatnya. kapan kapan kalok aku maen kesini lagi aku minta ini lagi ya Mas? " kata Lila sambil tersenyum pada ku, entah apa yang merasukiku, melihat dia ngomong dengan halus itu aku tersenyum, dan jantungku sedikit berdebar. ada apa ini? kenapa aku suka sekali dengan senyumnya?
setelah bersalaman dengan abah dan ummi ku keluarga Lila melanjutkan acara 'ngelencernya' entah kemana lagi.
***********
Nama ku Nuris Sya'ilah al Khalilah
panggil saja aku Lila, walau nanti aku lebih di kenal dengan Nuris.
hari ini catur wulan ke 3 di mana penetapan kenaikan kelas di tentukan semoga saja aku naik kelas.
yah, tinggal kelas adalah bencana bagi kami para siswa yang sedang berjuang untuk terus naik ke tingkat yg lebih tinggi. hehehehe sedikit lebai gak papa dong. saat ini aku sudah kelas 5 SD.
tapi bukan Lila namanya jika masih takut dengan yang namanya Tes Hasil Belajar atau di singkat THB.
seperti hari biasa, pulang sekolah aku mencuri kesempatan untuk kabur dari rumah ku dan bermain bersama kawan kawan ku. akhirnya kesempatan itu datang juga, saar ummi ku menutup tokonya, aq menyelinap keluar melalui pintu sebelah barat toko.
aku temui shabat ku, marisa, dan wiji, serta beberapa teman laki laki yaitu imam, joni, dan deni.
kami sepakat mau maen adu layangan.
aku bukanlah tipikal anak yang berkreatifitas tinggi, tentu saja, layangan yang aku miliki bukan hasil karya ku. tapi hasil karya uangku ๐คญ๐คญ๐คญ๐คญ
ya aku membelinya di sebuah toko di luar desaku beserta benangnya. lalu seperti anak layangan pada umumnya, kami berlari untuk menerbangkan layangan.
bermain bergembira bersama teman seperti inilah yg ku inginkan, tapi tak pernah ku dapatkan setiap hari. karena orang tua ku adalah orang tua yg super duper protektif, apa lagi aku adalah putri satu satunya dari 4 bersaudara, ya 3 orang kakak ku semua laki laki, hanya aku yang perempuan, jelas dong, kenapa orang tua ku begitu protektif sama aku, kata tetangga aku nih, aku anak kesayanga mereka, tapi perasaan ku aku tawanan mereka. kesayangan apaan orang tiap hari diomelin melulu, tanpa aku sadari layangan ku putus, aku coba mengejar layangan itu, sampai di sebuah persawahan di bagian utara daerah ku.
saat berebut layangan di pematang sawah aku dan teman teman jatuh dari pematang sawah, kami jatuh ke lumpur tempat petani menyiapkan bibit padi.
"aaaaaaahhhh si*l" umpat ku kesal.
akhirnya aku pulang dengan berlumur lumpur di seluruh badanku.
aku berjalan pulan pelan pelan sambil terus mencoba membersihkan lumpur yang melekat di baju dan tubuhku, tanpa sengaja kepalaku kejatuhan layangan yg entah dari mana datangnya, lalu aku bawa pulang layangan itu lumayanlah sebagai ganti layangan ku yang putus tadi hehehehehe.
sampai di rumah aku lihat ada sepeda motor terparkir manis di depan toko ummi ku. oooh ada tamu rupanya.
aku menyelinap dari tempat aku keluar tadi untuk masuk kedalam rumah, lalu aku bergegas ke kamar mandi dan mandi, setelah bersih aku keluar dari kamar mandi dan....
"dari mana saja kamu? anak perempuan kok keluyuran? bukannya bobok siang malah maen layangan" telinga ku pun tak luput dari jeweran ummi ku.
"aduuuh ummi sakit sakit sakit ummi" kataku berusaha lepas dari jeweran beliau.
aku usap usap telingaku dengan telapak tangan ku, sambil bersungut sungut kesal. bibir ku pun manyun
"ayo ganti baju, itu ada nom awan ma anaknya di depan temui mereka, terus nanti berangkat ngaji" kata ummi ku mulai meredakan amarahnya.
nah sekarang taulah kenapa aku merasa aku bukan anak kesayangan kan?
aku ganti baju, mematut diri ku di depan cermin almari milik ummi dan abi. hemmmm udah cantik, gigi ku juga udah pada ganti semua, yang dulunya hitam sekarang udah ganti putih.
aku bergegas menemui tamu yang di bilang ummi ku.
aku salim pada nom awan, dan berjabat tangan dengan putranya. yg entah siapa namanya, aku lupa, ya kami kenal tapi aku selalu gagal mengingat nama putra nom awan.
lalu ummi meminta ku menemani putra nom awan.
aku ajak dia keluar rumah
"ayo mas ikut aku. nanti mas pasti seneng deh ketemu ma temen temen aku"
gak ada niat buruk di hati ku, karena aku adalah anak yang suka berteman. hanya kata teman teman aku agak sedikit garang, kalok ada yang berani ngerecokin aku, aku gak segan segam nabok muka yang ngerecokin aku. aku gak suka berkelahi, tapi jika terpaksa aku mau juga berkelahi. tapi sampai detik ini aku hanya satu kali berkelahi.
oh ya balik ke putranya nom awan
dia ngekor aku, aku ajak dia ke tepi sungai di belakang rumah q, agak jau dikit lah, aku seneng suasana di sana adem, banyak pohon rindang. kami duduk di atas batu nunggu teman teman ku berkumpul.
saat sedang menunggu aku dan putra Mas hanya diam saja tanpa ada yang membuka suara.
Mas menatap ku terus, sampai aku merasa jengah ditatapnya, aku kibaskan tangan ku di depan wajahnya
"Mas!!!! " panggil ku
"kamu cantik, baru kali ini aku liat kamu cantik"
jawabnya, bukannya aku seneng malah aku ngambek,
"berarti kemaren kemaren aku jelek gitu? " rajuk ku
"bukan gitu, biasanya kamu kan ganteng, bukan cantik"
jawabnya, entah kata yang mana yang bikin aku ketawa ngakak. "Mas aku ini cewek lho, kok ganteng sich? "
"ya habis biasanya kamu dandan ala cowok gitu, rambut cepak, pakek celana bajunya hem, topian, sekarang kamu kok mau pakek rok? baju cewek, berjilbab lagi. rambutmu panjang juga. sejak kapan kamu manjangin rambut?" jujur si Mas
"hehehehehehehe, mas perhatian banget sama aku, sejak kapan mas? " aku balik tanya tanpa menjawab kejujuran si Mas.
"sejak hari raya kita kelas 2 kemaren, setiap tahun aku perhatiin kamu jadi makin kelihatan kalok kamu cewek, dulu aku mikir kamu anak cowok yang salah di kasih nama sama abi dan ummi mu" celoteh Mas.
aku diam sambil menatap wajahnya yang bulat bak purnama, "ganteng" pikirku, rambut di belah tengah membentuk hati di bagian poninya, bibirnya merah, matanya bulat sempurna, kalok senyum makin ganteng aja ni anak, pikiran ku mulai menilai fisik si Mas.
"kamu kenapa? ngeliatin aku gitu? " tanya si Mas.
"mas kok ganteng sich? aku suka deh" jawab ku asal. jail ku kumat karena aku suka liat orang ganteng.
wajah si Mas bersemu merah, aku gelagepan liat wajah Mas yang merah, aku kira dia marahq, tapi ternyata.....
"aku juga suka sama kamu. kalok dah besar nanti kamu nikah ma aku mau ya? " tawarnya
tanpa mikir lagi aku mengangguk meng iyakan ajakannya.
lalu dia kembali bertanya " sejak kapan kamu manjangin rambutmu? "
aku pun bercerita
"kelas 2 kemaren ummi ngomel ke aku karen aku minta potong rambut lagi, terus katanya aku kalok mondok harus pakek pakaian cewek bukan pakaian anak cowok, jadi aku harus terbiasa dari sekarang Mas, ya walau pun menurut aku masih agak aneh gitu. "
"kamu mau mondok? dimana? "
"iya Mas aku mau mondok, gak tau di mana. pokoknya nanti aku harus mondok Mas" jawab ku berapi api
"kalok kamu mondok kita bakal gak ketemu dong? " kata mas.
"ya nggak lah, kalok libur kan nantibkita bisa main bareng lagi Mas? " jawab ku menenangkan dia
"jaga hatimu untuk ku ya? " pinta mas
aku yang saat itu masih beg*k tentang perasaan laki laki pada wanita hanya mengangguk
"aku tunggu kita dewasa lalu kita akan menikah" senyum menghiasi kalimat terakhirnya.
aku hanya ho'ah ho'oh liat wajah tampannya.
lalu kami pulang kerumah, karena aku harus pergi mengaji. dan mas masih di rumah entah sampai kapan mereka di rumah ku, karena saat aku pulang dari ngaji mereka sudah pulang.