Chereads / Waktu yang Tepat / Chapter 3 - Kepindahan

Chapter 3 - Kepindahan

Waktu telah menunjukkan pukul empat pagi, memang Risa terbiasa bangun pagi untuk mandi, sholat, memasak dan siap-siap pergi bekerja. Beberapa tahun ini memang, dia yang selalu memasak untuknya dan neneknya. Karena, neneknya sudah tak sebugar dulu. Setiap pagi Risa selalu membuat sarapan dan makan siang sekaligus, untuk neneknya dan untuk dia bawa ke kantor sebagai bekal makan siangnya.

Hari ini, jadi hari pertama Risa kembali bekerja setelah cuti atas dukanya sepeninggalan neneknya.

Mata Risa terbelalak melihat tumpukan kertad di mejanya. 'Baru cuti tiga hari, pekerjaanku sudah sebanyak ini'. Pekik dia dalam hatinya, lalu menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya.

Risa ini memang karyawan teladan, selama tiga tahun bekerja tidak pernah sekalipun dia bolos, bahkan telat pun tidak pernah. Pekerjaannya sangat baik, semua laporan dapat diselesaikan dengan baik. Bisa disebut dia 'si gila kerja', dia hanya ingin mencari kesibukan dengan terus bekerja. Agar rasa kesepian, rasa marahnya dapat tercurahkan melalui pekerjaannya. Terkadang hal inilah yang membuat karyawan lain memanfaatkannya untuk menyelesaikan pekerjaan mereka. Risa adalah seorang karyawan di bagian keuangan. Perusahaan yang dia tempati adalah perusahaan besar dan ternama yaitu Dream Corporation. Di Bandung ini memang hanya cabang, tapi bangunannya tak kalah dari bangunan mewah lainnya.

"Ris, dipanggil si bos tuh!," ucap temannya sambil menujuk ruangan Bosnya dengan mulutnya.

"Oke," Risa mengangguk walaupun dalam hatinya timbul pertanyaan mengapa bosnya memanggil dia. Padahal, dia merasa pekerjaannya masih punya banyak waktu untuk diselesaikan.

Risa masuk dengan mengetuk pintu kaca dengan sopan.

"Masuk," terdengar suara bosnya mempersilahkan Risa masuk.

"Duduklah!," perintah si bos yang dituruti Risa. Suasananya cukup tegang, ada rasa takut juga yang bergelayut di tubuhnya.

"Ini surat pemindahanmu ke kantor pusat di Jakarta," tanpa basa basi bosnya memberikan surat pada Risa.

"Apa?," Risa kaget dengan apa yang dibilang bosnya. "Kenapa tiba-tiba?," bingung rasanya karena ini begitu mendadak.

"Kamu karyawan paling teladan, kerjamu sangat baik. Kantor pusat menginginkanmu untuk bekerja disana. Semua adalah keputusanmu, tapi jika kamu tidak mau terpaksa kamu harus keluar dari kantor ini." Jelas bosnya yang membuat Risa sangat kaget.

Apa-apaan ini, bukankah semua orang tahu kalau seseorang di keluarkan dari perusahaan ini maka reputasi mereka akan sangat buruk. Bahkan, tidak ada perusahaan yang akan menerimanya sebagai karyawan. Batinnya kesal sekali.

"Boleh saya memikirkannya dulu?," Risa melihat bosnya dengan sangat hati-hati.

"Baiklah, saya beri waktu sampai besok," timpal bosnya. Risa hanya dapat mengangguk, walaupun dia tetap kesal karena hanya satu hari waktunya.

Dibaca surat itu dengan seksama, jelas sekali tertulis disana. Jika dia menerima, bulan depan dia sudah harus mulai bekerja disana tapi jika itu penolakan, maka dia akan dikeluarkan. Sungguh pilihan yang sangat tidak adil. Bagaimana bisa dikeluarkan sepihak, entah apa yang terjadi jika reputasinya hancur dan tak ada yang mau mempekerjakannya lagi.

Risa masih belum bisa memejamkan matanya, karena terus terpikir keputusan apa yang harus diambilnya.

Jakarta adalah tempat dimana orang-orang yang dibencinya berada, sekaligus orang yang dicintainya. Kak Mario ada di Jakarta, mungkin jika dia kesana rasa kesepian ini akan hilang sedikit. Risa bisa sering bertemu Kak Rio, daripada reputasinya jelek. Risa terus menimbang hal baik dan buruknya. Hingga tak terasa matanya sudah terlelap.

Pagi ini, Risa sudah bersiap-siap. Mengapa malam begitu cepat berlalu, dia bahkan belum mengambil keputusan.

"Pagi, pa." Risa masuk ke ruangan bosnya setelah dia mengetuk pintu dan diminta masuk oleh bosnya. Kemudian, dia dipersilahkan untuk duduk.

"Apa keputusanmu?," bosnya sudah tidak sabar menunggu.

"Saya belum memutuskannya,?" raut wajah Risa benar-benar terlihat bingung.

"Sudah tidak ada waktu lagi, apa kamu ingin dikeluarkan dari sini?. Kamu tahu bukan resikonya?," tatap bosnya terlihat mengerikan.

"Tentu tidak, bagaimana mungkin jika saya tidak dapat bekerja lagi." Tatap Risa dengan wajah memelas.

"Baiklah, kalau begitu keputusanmu menerimanya." Ujar bosnya dengan wajah penuh kemenangan.

"Tapi,," Risa tidak dapat meneruskannya, karena sang bos sudah memperlihatkan senyum kemenangannya. Kemudian mempersilahkan Risa keluar dari ruangannya.

'Apa-apaan pasti dia mendapat keuntungan,' umpat Risa dalam hatinya.

Surat pemindahan sudah dibuat, wajahnya terliahat bingung bahkan sangat bingung. Risa hanya berharap, tidak akan ada hal buruk terjadi pada kehidupannya disana.

Barang-barang yang akan Risa bawa sudah dikemas rapi, tidak begitu banyak. Dia hanya akan tinggal di kosan yang pasti sudah tersedia tempat tidur dan lemari. Terlihat Risa sedang menghubungi seseorang.

"Halo kak Rio, hari ini aku akan pindah ke Jakarta." Ucapnya dengan lemas.

'Apa, kenapa mendadak sekali.' Terdengar di balik telepon suara kakaknya kaget.

"Aku dipindah tugaskan ke kantor pusat, sebenarnya keputusan diambil sudah beberapa minggu ini." Risa menerangkan dengan malas.

'Kenapa baru memberitahu kakak sekarang?, kamu ini anggap kakak apa?.' Umpat kakanya terdengar sangat kesal, namun Risa hanya tertawa geli mendengarnya. Karena dia tahu, kakaknya tidak akan pernah bisa marah padanya.

'Kakak jemput kamu sekarang ya?,' pinta Rio pada Risa.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri. Nanti kita bertemu disana saja," ucap Risa menenangkan kakaknya.

'Baiklah, percuma juga jika kakak memaksa. Tapi janji jangan menghindar, sesampainya di Jakarta kamu hubungi kakak dan kita bicara.' Rio menegaskan, kemudian Risa mengakhiri panggilannya.

Sebelum pergi, Risa terus mengamati setiap sudut ruangan rumahnya. Dia pasti akan merindukan rumah ini, karena banyak kenangan didalamnya. Mungkin nanti dia tetap akan pergi kesini di akhir pekan, pikirnya.

Risa pergi dengan membawa mobilnya sendiri dan diantar sampai pintu oleh Bu Ijah dan Pa Diman. Mereka berdua adalah orang yang suka membantu dia dan neneknya, membereskan rumah, menyetrika dan lainnya ketika dia bekerja. Namun mereka memang tidak tinggal serumah, mereka mengontrak tidak jauh dari rumah Risa. Sejak keputusan Risa menerima pemindahannya, Risa memohon agar Bu Ijah dan Pa Diman dapat tinggal di rumahnya, sekaligus untuk menjaga rumah itu untuknya.

"Aku pamit ya Bu, Pa." Risa pamit setelah mencium tangan keduanya dan berpeluka. Wajah Bu Ijah sedih melihat majikan yang dia sayangi pergi. Risa masuk ke mobil dan berlalu hingha menghilang dari pandangan.

Sepertinya Risa benar-benar hanya akan mengikuti takdirnya. Dia akan menerima segala yang telah Tuhan takdirkan untuknya dan menjalani setiap titik kehidupannya. Menjalani setiap ujian dengan kuat, karena dengan demikian dia akan mampu bertahan. Akan ada pelajaran yang dapat dia ambil dalam setiap peristiwa dan menjadikannya lebih kuat dari sebelumnya.