" maafkan aku bu, jika selama ini aku belum bisa membahagiakan ibu. doakan aku bu "
ku peluk ibu yang sesegukan menangis,lalu aku beralih ke ayah.
" ayah, semoga kau selalu bahagia. " ujarku sambil tersenyum.
aku pergi meninggalkan rumah saat itu dan merubah status dari anak menjadi menantu. aku berharap ibuku segera melupakan kesedihannya dan ayah bahagia dengan keputusannya. dan aku...aku harus beradaptasi dengan kehidupan baru.
Jerremy, suamiku. dia sosok yang keras kepala, kekanak-kanakan, angkuh, fashionable, perfectionist, aneh, dan labil.
dia sebenarnya lembut dan humoris. sayangnya sikap itu tidak berlaku kepadaku. dia cuek dan egois mungkin karena dia tidak menyukaiku.
sepanjang perjalanan menuju rumah baru, jerremy yang menyetir mobil. dia tidak melihat ke arah ku sedikitpun, aku pun begitu.
" kamu mau ikut aku atau aku sewain kost untuk kamu tinggal?"
tawaran macam apa ini, dia pikir aku ini apa. seenaknya bikin pilihan yang tidak masuk akal.
" aku mau pulang aja kalau kamu gak mau aku ikut " tantangku.
" enak aja, denger ya aku mau nikahin kamu karena aku mau bunga deposito dari mama aku bisa cair tiap bulan ke rekening aku, bukan karena apa-apa, aku gak tertarik sama kamu " teriaknya.
" oo gitu, terus kalau aku pulang kamu gak jadi dapet??? "
" gitu deh "
" hmmm ikut gak ya... " aku mulai berani menggertak jerremy.
" pake mikir lagi...bodoh!! " teriaknya lagi.
hmmm...aku memang tidak sepenuhnya mengerti kenapa jerremy kalau bicara harus teriak,membentak. padahal menurut cerita keluarganya dia adalah anak yang lembut dan hampir seperti perempuan. tapi sepertinya memang begitu, dia cerewet melebihi aku yang seorang perempuan.
" ayo udah sampe,tidur aja..sampe ngiler-ngiler gitu "
aku kaget terbangun dan kami sudah sampai di rumah sederhana berwarna abu-abu, sangat sederhana. hanya ada 1 kamar tidur dirumah itu, semua perabotan lengkap. apa ini rumah yang ditempati Jerremy selama ini??
" hehh malah bengong,beresin barang bawaan kamu"
" susun dimana? aku tidur dimana? " tanyaku sambil menurunkan tas bajuku,lagi-lagi aku dicuekin.
aku berdiri diantara ruang tengah dan pintu kamar, mau masuk aku takut lancang dan dia marah lagi. mau tanya tapi dia tidak keluar kamar dari tadi.
aku beranikan diri untuk masuk kedalam
" yahh...malah tidur,terus aku susun baju dimana? nanti aku salah lagi....huuuhhh "
***
semalaman aku tidur di ruang tengah,di depan tv beralas karpet lantai. aku belum berani untuk bangunin Jerremy. aku cukup sadar diri dengan pernikahan ini, dan anggap saja saat ini aku menumpang dirumahnya.
pagi itu Jerremy bangun pagi sekali, dia berkali-kali bangunin aku tapi aku tetap tidur pulas. akhirnya dia berhasil bangunin aku dengan segelas air, kasar...tapi aku tidak bisa berbuat banyak.
" masakin mie aku laper " ujarnya.
" ya "
sebenernya aku kesal,pengen marah,tapi aku terus mengingat kalau aku disini menumpang dengannya. amarahku langsung surut meskipun dia berlaku kasar.
4 bulan pernikahan, kami tidur terpisah. dia mengganggapku seperti pembantu dirumah, dan aku menganggapnya seperti malaikat penolong yang sudah memberiku makan dan tumpangan.
" dien,baju ku sudah disiapin belom "
" udah "
" malem ini kamu siap-siap, ada temen lamaku ngajak karoke, tolong pakaianmu yang modis,jangan kuno,dandan kesalon..ini atm buat beli baju sama kesalon,pin nya nanti aku sms in "
dia langsung pergi tanpa tanya aku bersedia pergi atau tidak. tapi hari ini dia tidak memaki,berteriak ataupun kasar padaku. aku langsung telpon taxi dan beranjak pergi. mumpung dikasih kesempatan keluar rumah,karena hampir 4 bulan aku hanya berdiam diri dirumah.