aku melakukan kesalahan yang amat sangat besar. disela kehidupan yang memang belum siap untuk ku jalani,aku mendapatkan hadiah sekaligus hukuman dari Tuhan. hubunganku dengan Gilang 15 bulan ini berjalan baik-baik saja,hampir tidak ada cekcok berarti.
sampai hari itu aku mendapati handphone nya diletakkan begitu saja diatas meja. aku bukan tipe perempuan yang kepo,tapi entah kali itu aku ingin sekali melihat isi handphone nya. Sms masuknya tidak ada yang berarti,sms keluar juga semua tertuju padaku. lalu di arsip aku menemukan beberapa pesan berupa kata-kata mutiara,aku tidak begitu jeli untuk melihat itu tulisannya sendiri atau dari orang lain.
' selamat pagi untuk sang mentari,tetap sinari aku dengan kehangatanmu,karena senyummu adalah sebab dari kehidupanku '
pesan ini juga pernah dikirimkan Gilang kepadaku,mungkin dia hanya meng copy sms dari temannya untukku.
' ¥@n! '
seperti nama perempuan,aku cepat-cepat membuka kontak di handphone nya. aku ketik nama seperti yang tertulis di sms itu, dan ada satu nomor yang berhasil aku simpan. lalu aku bertingkah seolah aku tidak mengetahui apa-apa.
kami tetap menghabiskan waktu bersama,makan,nonton bioskop,jalan kesana kemari tanpa tujuan.
" kamu pucat dien.. "
" masa sih?? " aku mengambil kaca dari tas,bibirku terlihat pucat,aura wajahku juga seperti lampu di biskota,redup.
" ayo pulang,kamu harus istirahat "
****
" saya hanya memastikan saja mbak,tapi kalo memang benar begitu ceritanya,silakan mbak saja yang melanjutkan hubungan itu,karena waktu 3 tahun itu bukan sebentar,dan disini sepertinya saya yang terkesan jadi seorang pengganggu dalam hubungan kalian "
" bagaimana kalo kita ketemu saja bertiga,biar semua jelas dan gak ada yang tersakiti "
perempuan diujung telpon itu pacarnya Gilang,yang sering mengirim sms dan di copy untukku. dia sudah 3 tahun menjalin hubungan dengan Gilang,sedangkan aku baru 15 bulan. secara tidak langsung aku adalah pengganggu,tapi di posisi ini pun aku tidak tahu dengan hubungan mereka.
aku dan Yani mengatur rencana untuk beretemu bertiga dengan Gilang,tentu saja tanpa sepengetahuannya. Yani hanya ingin kejelasan,kalaupun harus berakhir biarlah tanpa dendam. sepertinya Yani sosok perempuan yang tegas dan baik.
hari itu kami berjanji untuk bertemu di Foodcourt tengah kota,aku datang bersama Gilang lebih awal. seperti biasa aku memperlakukannya seolah aku tidak tahu apa-apa.
" hallo,iya kak nih aku disini,dimeja 12....disini kak " aku melambaikan tangan ke perempuan yang baru saja masuk ke foodcourt.
perempuan yang cantik,wajahnya bulat,rambutnya pirang,kulitnya putih bersih,senyumnya pun manis dengan ditambah gingsulnya.
" hai dien,hai gilang " dia menepuk bahu Gilang.
" ehh Yani,kok bisa disini " ekspresi Gilang biasa saja,datar dan seperti tidak melakukan kesalahan.
" iya aku kesini udah janjian sama adien,kita cuma minta kejelasan aja dari kamu untuk hubungan kita "
cara bicara Yani terdengar tegas dan langsung ke poin,tanpa emosi sedikit pun.
" hmmm begitu,, " Gilang menghidupkan sebatang rokok sambil melanjutkan bicaranya
" kita kan sudah sama-sama dewasa,hubungan kita juga akhir-akhir ini sudah gak sehat lagi,semenjak kamu naik jabatan kamu juga jarang menghubungi aku,jadi aku anggap kita sudah gak ada hubungan apa-apa lagi "
" itu kan baru 3 bulan belakangan ini..lalu yang sebelumnya,kamu anggap aku apa? "
fix..aku adalah pengganggu dalam hubungan mereka. aku memilih untuk mengakhiri hubunganku dengan Gilang hari itu juga. karena untukku,satu kali laki-laki berkhianat maka akan ada kali kedua ketiga dan seterusnya. aku tidak mau menjadi bagian dari kesakitan itu.