Di malam hari.
Helen, Delfina, Io, Nana, dan Miu terkapar tak berdaya di ranjang.
Semua orang dipenuhi cairan putih, karena aku telah skidipapap dengan mereka sampai seprai pun basah kuyup...tapi itu belum cukup sama sekali padahal aku telah keluar lebih dari lima puluh kali.
Aku merasa lebih ganas dari biasanya.
Mungkin karena aku menggunakan kekuatanku untuk pergi ke sini dan ke sana untuk membantu Melissa, sehingga aku harus menahan nafsuku.
[Kalau kau melakukannya lebih dari ini, mereka akan hancur karena nafsumu berlebihan](Eleanor)
[Ya mau gimana lagi aku tak bisa mengontrol nafsuku](Kakeru)
Aku tahu bahwa semua orang udah berada pada batas mereka. Dan aku tidak bisa membiarkan memaksa mereka lebih dari ini.
[Bagaimana dengan cara yang berbeda?](Eleanor)
[Bagaimana caranya?](Kakeru)
[Hmm...Dengan menggerakkan tubuhmu. Seperti Memukul sesuatu atau berjalan dengan segenap kekuatanmu, sesuatu seperti itu](Eleanor)
Begitu ya.
Tapi keliatannya membosankan, tapi aku tetap memutuskan untuk mencobanya. Setelah aku menyelimuti semuanya dengan seprai.
Aku dan Eleanor Teleport ke gunung berbatu. Aku berjalan
beberapa saat, dan melihat Orycuto. Si monster batu melihatku, dan dia mundur pelan-pelan (♪mundur alon-alon♪).
[Eh kok ia mundur pelan-pelan](Eleanor)
Ini salahku ia ketakutan, tapi aku tidak akan membiarkanmu melarikan diri.
Aku menebas Orycuto.
Aku menghancurkannya menjadi potongan-potongan. Begitu pulih, aku menghancurkannya lagi menjadi potongan-potongan dan terus-menerus menghancurkannya menjadi potongan-potongan.
[A.....](Eleanor)
[Hei kau kenapa](Kakeru)
[Entah, aku merasakan ada yang ..... aneh dalam diriku](Eleanor)
[Hah..!](Kakeru)
[Aku merasakan panas dalam diriku](Eleanor)
[Apa itu sesuatu yang buruk?](Kakeru)
[Tidak sih, tapi...](Eleanor)
[Kalau begitu, tahan saja](Kakeru)
Aku mengatakan itu, dan mengayunkan Eleanor terus menerus.
Saat tengah melakukan itu, suara aneh keluar di kepalaku, tapi aku mengabaikannya. Dipagi hari setelah terus menerus memotong-motong Orycuto, aku akhirnya menahan, dan warp ke mansion, memasuki ruang kosong, dan runtuh ke tempat tidur sendirian.
Mungkin karena aku bisa melepaskan semua itu, aku bisa tidur dengan nyaman.
Ketika aku bangun, aku melihat seorang gadis kecil itu mengganjalku yang sedang tidur terlentang.
Aku pikir itu adalah mimpi.
Tapi aku bisa merasakan berat badannya, dan perasaan tempat tidur yang mana aku berbaring itu bukan mimpi.
[Siapa kamu?](Kakeru)
[Ayah](๑^ں^๑)
Gadis kecil menunjukku.
[Ayah, Ayah](๑^ں^๑)
[Apa kamu maksud Ayah itu aku?](Kakeru)
[Un!]
Tidak mungikin, pikirku.
Memang benar bahwa aku melakukan hal-hal yang dapat membuat seorang anak, tapi ini masih belum satu bulan sejak aku mulai melakukan hal itu.
Tidak mungkin bahwa bila seseorang manusia bisa lahir sebelum 1 bulan, selain itu, dia tampak sekitar 3-4 tahunan umurnya.
Tapi dia imut, bagaimanapun, dia sangat imut.
Mungkin dia ingin bermain, jadi aku pikir aku bisa bermain-main dengannya sebentar.
[Ohh...ya siapa namamu?](Kakeru)
[Aku tidak punya nama, tolong namai aku](๑^ں^๑)
[Ehmmm....dari mana kau berasal?](Kakeru)
[Di dalam kamar ini](๑^ں^๑)
Aku tak mengerti, sama sekali tak mengerti.
[Anu, Lalu, di mana Ibu 'mu?](Kakeru)
[Disana](๑^ں^๑)
Gadis kecil menunjuk lurus. Tidak ada orang yang ia tunjuk.
Secara khusus, tidak ada manusia, itu lebih benar.
Yang ada, hanya Eleanor.
Gadis kecil itu menunjuk lurus pada Eleanor.
[Itu bunda](๑^ں^๑)
[Itu pedang](Kakeru)
[Iya, aku juga sama, aku juga pedang](๑^ں^๑)
[Eh?](Kakeru)
Tidak memikirkan aku yang terkejut, gadis kecil itu pergi dariku.
Dan membuat pose seolah-olah untuk mengisi kekuatan
dengan memegang tinjunya.
Segera setelah itu, perubahan terjadi.
Tubuh gadis kecil itu diselimuti oleh cahaya gelap.
Ketika cahaya menghilang, pedang pendek ada di sana.
Gadis kecil itu kembali ke bentuk manusia.
Aku kebingungan.
[Artinya, aku ayahnya, dan Eleanor ibunya](Kakeru)
[Un!] (๑^ں^๑)
Gadis kecil itu mengangguk. Sial, ia sangat imut.
"...Aku mempercayai bahwa Eleanor adalah ibunya. Maksudku, ini sulit dipercaya bila Eleanor sudah mempunyai anak"
Bagaimanapun, penampilannya hampir sama cuma dalam ukuran berbeda.
[Apa maksudnya ini?](Eleanor)
[Loh malah tanya gua mana gua tahu](Kakeru)
Eleanor kaget, berarti dia juga tidak menduga bila ia anaknya.
[B-Bagaimanaun, Aku belum pernah melakukan apapun ーー ah!](Eleanor)
Kata-katanya berhenti. Sepertinya dia punya sesuatu di pikirannya.
[Semalam](Eleanor)
[Semalam?](Kakeru)
[Karena kau menggunakanku untuk melepaskan nafsumu...](Eleanor)
[Itu ya. Tapi, aku hanya menggunakanmu untuk melawan Orycuto](Kakeru)
[...](Eleanor)
Eleanor tidak bisa mengatakan apa-apa.
Karena kalau aku diberitahu salah satu dari mereka, aku mungkin akan percaya.
Memang benar bahwa aku melepaskan nafsuku yang meningkat kemarin, tapi aku berpikir bahwa Eleanor bukan manusia, dan tak mungkin mempunyai anak.
[Apa itu benar?](Kakeru)
[Apa Ayah.....membenciku?](๑^ں^๑)
Dia bertanya padaku saat melirik ke atas.
Aku mengumpat.
Aku datang di sore hari di pegunungan berbatu. Orycuto yang kulihat langsung mundur, Aku merasa tak enak, dua hari berturut-turut, tapi...harap pengorbanan
untuk ibu dan anak berkumpul.
[Kemudian, ayo kita mulai pertempuran ini](Kakeru)
[U-Umu](Eleanor)
[Un!](๑^ں^๑)
Suara di kepalaku menjadi stereo.
Eleanor di tangan kananku, dan putriku di sebelah kiri.
Aku menahan Orycuto, dan menebasnya. Itu tidak diragukan lagi putri Eleanor, dan...tidak diragukan lagi putriku.
Perasaan memotong Orycuto hampir sama dengan Eleanor, dan dia cocok di tanganku lebih dari Eleanor. Itu bukan alasan, aku tidak tahu bagaimana ini terjadi.
Tapi, aku sekarang yakin bahwa dia adalah putriku.
Tidak perlu untuk melakukan lebih dari ini, jadi aku warp kembali ke taman mansion.
Dan di sana, dia kembali dalam bentuk manusia.
[Bagaimana, apa Ayah mulai mempercayaiku] (๑^ں^๑)
[Iya, aku akan percaya. Bila kau putriku](Kakeru)
Aku berlutut, dan membelai kepalanya.
"Ehehe" ia tertawa manis.
Sial, dia sangat imut, nomor satu di dunia?
Aku terus menepuknya.
[Ayah!](๑^ں^๑)
[Un, apa?](Kakeru)
Bahkan aku tahu bahwa suaraku jadi stereo.
[Bunda juga](๑^ں^๑)
[A-Apa?](Eleanor)
Eleanor sepertinya dia masih bingung.
[Namaku siapa, aku akan senang bila Ayah sama Bunda menamai ku](๑^ں^๑)
[Betul juga!](Kakeru)
[Eh!](Eleanor)
Aku menatap Eleanor.
Aku tahu itu, itu anakku, aku harus memberinya nama.
Aku menatap Eleanor, dan berkata.
[Hikari](Kakeru)
[Hikari?](Eleanor)
[Benar, Hikari](Kakeru)
Eleanor, dan Hikari.
Nama itu keluar langsung.
[Apa kau keberatan bila aku memberi nama itu](Kakeru)
Aku bertanya pada Eleanor.
[Enggak...aku tidak keberatan kok](Eleanor)
Itu suara yang lebih patuh daripada biasanya.
Dia berulang kali menggumamkan nama itu, dan akhirnya, dia mengangguk.
[Un! Aku Hikari!](Hikari)
Senyum itu...sialan, itu nomor satu di dunia.