Chereads / RESTART / Chapter 12 - [RE]START 4.5

Chapter 12 - [RE]START 4.5

"Kazumi ... tangan ku sakit ...", kata Rui masih berusaha melepaskan cengkraman tangan ku yang kuat ini.

Sesaat kemudian aku sadar dan melepaskan genggaman tangan ku dari nya.

"Ma-maaf ... aku memang udah gila ... jadi ... jangan deket deket sama aku lagi", ucap ku lalu melangkah meninggalkan nya.

Tang!!!

Aku memukul tiang lampu jalanan yang ku lewati.

"Kenapa aku gini sih!, aku bener bener udah gila karena game payah itu!", gumam ku kesal dan tetap melanjutkan langkah ku.

Beberapa langkah kemudian aku sampai di depan gerbang sekolah yang terbuka lebar. Keramaian mulai terlihat, murid murid lain mulai memasuki gerbang sekolah dengan teman atau kelompok nya.

Hanya aku yang melangkah sendirian memasuki gerbang sekolah. Walau aku tak peduli tapi, terkadang aku merasa aneh. Perasaan aneh yang sulit di ungkapkan pada orang lain.

Seperti hari hari sebelum nya, tanpa mempedulikan keadaan di sekitar ku aku terus melangkah memasuki gedung SMA untuk segera masuk ke kelas ku. Sesampai nya di kelas aku segera duduk di bangku ku yang ada di pojok belakang tepat di samping jendela.

Kreeek ...

Aku membuka resleting ransel ku dan mengambil headphone dan smartphone ku. Setelah memakai headphone di kepala aku menyalakan musik di smartphone ku. Mendengar musik dan memandang ke arah langit pagi hari ini membuat ku lebih tenang.

Tak lama kemudian kelas segera dipenuhi murid murid lain. Disertai kebisingan kelas yang mulai datang mengikuti mereka.

Kriingg!!!

Bel masuk sekolah sudah memberi tanda pelajaran hari ini sudah di mulai.

Pelajaran pertama hari ini adalah pelajaran sejarah. Pelajaran yang biasa, tapi guru kami mengajar dengan cara yang tak biasa. Cara yang tak biasa ini membuat guru sejarah kami sedikit di benci oleh para murid.

Bagaimana tidak, kami hanya diberi soal latihan online di website pribadi nya. Dan kami harus menjawab semua dengan benar, sedangkan dia tak memberi kami materi sedikit pun. Tujuan nya memang baik, membuat kami mandiri dengan mencari tau sejarah lewat internet dengan ponsel kami masing masing.

Tapi apa kau pikir siswa akan sungguh sungguh mengerjakan soal nya. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk bermain game dan lain lain. Alhasil sampai jam pelajaran selesai, tak seorang pun menyelesaikan tugas nya.

Greekk ...

Pintu depan kelas terbuka perlahan.

Kebisingan kelas di pagi hari tak lagi terdengar. Seorang pria paruh baya dengan rambut yang sudah memutih masuk ke kelas kami sembari membawa laptop wrna hitam milik nya. Itu adalah pak Baki, guru sejarah kami.

Wajah menyeramkan nya itu membuat setiap orang yang melihat nya langsung terdiam. Dia hanya duduk dibelakang meja guru yang ada di depan kelas dan membuka laptop nya.

"Tugas hari ini harus selesai ... jika tidak, bapak bakal hukum kalian semua ... kelas 2F sudah menerima akibat nya", kata pak Baki dengan wajah menyeramkan nya.

Aku pun melihat ke arah luar jendela dan terlihat lah para murid kelas 2F yang sedang berlari mengelilingi gedung sekolah.

Woah ... gawat nih ...

"Sekarang silahkan buka web bapak dan kerjakan latihan nomer 300", tambah pak Baki.

Kami pun segera melakukan apa yang di perintahkan pak Baki. Kami membuka web pribadinya lewat ponsel kami masing masing.

Hmm ... cih, gak ngerti sama sekali aku ...

Di saat yang sama aku menerima chat dari Takumi.

{Bisa gak?}, tanya nya.

{Gak usah di tanya lah}

{Emang ada yang bisa?}, balas ku.

{Hehe}, chat dari Takumi.

Karena aku malas mencari jawaban dari soal di internet aku meletakan smartphone ku di meja dan menghela nafas ku.

Huff ...

Saat aku melihat ke arah Rui yang duduk di bangku samping kanan ku, perhatian ku kembali di ambil oleh nya. Dia masih membaca novel yang sama yang ia jatuh kan pagi tadi. Tapi yang lebih menarik perhatian ku ialah wajah nya yang terlihat cemas dan panik.

Aku baru ingat, orang tua Rui melarang nya untuk menggunakan smartphone nya. Itu semua karena saudara nya meninggal karena game [RE]SEKAI sialan itu.

Aku mengambil smartphone ku dan meletakan nya di atas meja Rui. Aku pun berdiri dari bangku ku.

"Ano ... pak, maaf saya gak bawa ponsel", kata ku dengan wajah santai.