Akemi pun tertidur lelap. Tetapi saat ia terbangun, ia terbangun di suatu rumah.
"Aduh, aku dimana?" Tanya Akemi.
Ia pun berdiri, dan tak sengaja ia berpaparan dengan cermin, ia pun terkejut.
"H-Harumi?" Tanya Akemi.
Tetapi ia baru sadar, bahwa itu adalah bayangannya sendiri.
"A-apa?" Kejut Akemi.
"Tak mungkin!" Kata Akemi.
"A-aku Harumi?" Tanya Akemi.
"Ini pasti mimpi!" Kata Akemi.
Lalu Akemi menampar dirinya sendiri, dan ia merasakan sakit.
"Ini bukan mimpi!" Kata Akemi.
"Aneh sekali!" Kata Akemi.
Lalu Akemi membuka sebuah lemari, dan ia menemukan baju-baju milik Harumi.
"Hah?! Tak mungkin! Ini adalah baju Harumi!" Kata Akemi.
Lalu Akemi memakai salah satu baju Harumi.
Ia pun berjalan keluar rumahnya. Dan di sebelah rumahnya ia melihat beberapa rumah yang bentuknya sama.
Akemi berjalan keliling kota itu, sambil menerima sorakan dari rakyat, karena Harumi dikenal sebagai pahlawan di kota itu.
Akemi kebingungan, karena ia tak biasa.
Lalu di tengah jalan, ia bertemu dengan... Harumi yang asli.
Akemi hanya bisa terdiam diri, karena sangat terkejut.
"Siapa kamu?" Tanya Harumi.
Ia pun tak bisa menjawab.
"Apakah kamu berusaha untuk meniruku? Apakah kamu mata-mata?" Tanya Harumi yang dengan segera memeriksa Akemi.
"Ah.. eh.. tunggu.. biar kujelaskan..." kata Akemi.
Harumi tetap memeriksa Akemi dengan teliti.
"Kamu ini, kok bisa mirip denganku? Apakah kau ini mata-mata?" Tanya Harumi.
"B-bukan! Aku hanya.." kata Akemi.
"Berarti kamu mau meniruku?" Tanya Harumi dingin. Karena sifat Harumi memang dingin.
"Eh.. biar kujelaskan.. aku ini Akemi." Kata Akemi.
"Akemi? Lalu mengapa kamu bisa mirip denganku?" Tanya Harumi.
"Ehm.. aku juga tidak tahu.." kata Akemi.
Lalu Harumi segera menyeret Akemi ke sebuah tempat.
Harumi memojokkan Akemi dan menginterogasi Akemi.
Setiap pertanyaan yang dilontarkan oleh Harumi tentang dirinya bisa Akemi jawab dengan baik, juga jurus-jurus spesialnya yang hanya Harumi saja yang tahu.
"Aneh, berarti kamu adalah mata-mata profesional!" Kata Harumi.
"B-bukan.. aku ini... Akemi.. aku hanya seseorang biasa!" Kata Akemi.
"Baiklah, bagaimana kalau kita beradu?" Tanya Harumi.
"Heh?! Aku pasti langsung kalah!" Kata Akemi.
"Belum tentu. Siapa tahu kamu bisa mengalahkanku." Kata Harumi sambil menghunuskan pedangnya ke arah Akemi.
"Ah.. eh.." lalu Akemi juga menghunuskan pedangnya, gaya menghunuskan pedangnya sama.
"Hm.. teknikmu sama." Kata Harumi.
"Benarkah?" Tanya Akemi.
Lalu Harumi memyerang Akemi dengan pedangnya, Akemi bisa menangkis semua serangannya. Bahkan Akemi bisa memprediksi bagaimana Harumi menyerang Akemi nantinya.
"Kamu sudah tau semuanya tentang aku. Benar-benar penguntit." Kata Harumi.
"B-bukaan!" Kata Akemi.
Lalu mereka merasa ada seseorang yang datang. Akemi menoleh ke belakangnya. Harumi melihat ke arah orang itu. Mereka berdua pun terkejut.
"Ah.. anu.. maaf.. eh?" Kata perempuan itu.
Perempuan itu terlihat persis seperti Harumi dan Akemi.
"A-apa-apaan ini?" Tanya Harumi.
"Tak mungkin!" Kata Akemi.
"Ah.." kata perempuan itu sambil tersipu-sipu.
"Apa yang terjadi?" Tanya Akemi.
"Aku sakit hari ini. Aku benar-benar sakit hari ini." Kata Harumi sambil meninggalkan mereka berdua. Tetapi Akemi dan perempuan itu mengikuti Harumi.
"Mengapa kalian mengikutiku?" Tanya Harumi.
"Yah.. karena kita tidak tahu apa-apa." Kata Akemi.
Perempuan itu bersembunyi di balik punggung Akemi.
"Yah.. namamu siapa nak?" Tanya Harumi.
"Aku Akemi. Aku sudah perkenalan tadi." Kata Akemi.
"Bukan kamu, maksudku belakangmu." Kata Harumi.
"Ah.. aku.. Miyako." Kata perempuan itu.
"Oh begitu.." kata Harumi.
Harumi pun berpergian entah kemana. Ia merasa sakit, padahal dia ini sehat. Apa yang dilihat Harumi, Akemi, dan Miyako ini bukanlah mimpi, melainkan kenyataan.