Donghae tengah duduk melamun di mobilnya. Menatap lurus ke dapan sambil mencengkram erat kemudi di depannya. Ia baru saja mengantar Eunhyuk berangkat ke kantor.
Donghae masih disana, di depan kantor Eunhyuk. Ia belum punya niatan untuk meninggalkan tempat itu.
Pikirannya berkecamuk, bukan yang pertama kali Donghae mengalami hal ini. Ia merasa sakit, sungguh. Dan akhirnya, sesuatu yang ditahan Donghae sedari tadi pun dapat terlepaskan.
Donghae menangis.
Menangisi hidupnya.
Menangisi nasib yang mempermainkannya.
Ia tak mungkin menangis di depan Eunhyuk tadi, jadi Donghae menahannya. Yah, walaupun sebenarnya Eunhyuk tau ada yang tidak beres dengan Donghae. Semua orang pun akan tau jika melihat raut wajahnya tadi. Namun, setidaknya Donghae sudah berusaha tampak kuat dan tetap tersenyum.
Donghae masih menangis. Ia memukuli dada kirinya yang terasa sakit berdenyut.
Dengan susah Donghae mengambil handphone miliknya di jok belakang. Lalu menekan kontak telepon seseorang yang selalu di bagian teratas. Donghae memberikan pin pada kontak orang itu -selain kontak Eunhyuk pastinya.
Sambil masih terisak kecil, Donghae menunggu nada sambung teleponnya terhubung. Namun, tak ada balasan. Ia mencobanya lagi dan tak ada jawaban lagi.
Donghae mulai kalut, ia menangis makin kencang. Berulang kali ia mengusap air mata yang jatuh menggunakan lengan pakaiannya.
Donghae mencoba tenang.
Sekali lagi, Donghae mencoba menelpon orang itu sekali lagi.
Kemudian...
"Halo?"
Terdengar sautan suara dari seberang telepon.
Akhirnya, Donghae merasa sedikit lega.
"Hiks.. Kau dimana, hiks"