Paginya, team yang dipimpin Hyuga melakukan rapat. Matsunaga tampak memiliki mood yang bagus sedangkan Kanie tampak termenung. Perbedaan mood ini pun tidak lepas dari perhatian Hyuga.
"Apa yang terjadi pada kalian kemarin?"
"Tidak ada!" jawab mereka bersamaan tapi dengan ekspresi yang bersebrangan. Sungguh aneh. Tapi cukup menghibur. Akhirnya dia menggabaikannya.
"Matsunaga, laporanmu!"
"Kemarin, sekitar 70 orang menyerbu gereja tempat Murakami menikah. Dari informasi yang ku dapat, mereka adalah suruhan seseorang yang ingin membunuh Murakami. Aku akan membawa mereka untuk interogasi lebih lanjut sore ini."
Hyuga mengangkat alis heran, matanya memandang Matsunaga aneh. "Baiklah! Lalu.. ada apa dengan raut wajahmu itu?" komentarnya pada Matsunaga yang tidak bisa menutupi senyumnya.
"Aku ada janji kencan!" jawabnya senang.
"Laki-laki atau perempuan?" tanya Hyuga, senyum di wajah Matsunaga menghilang beralih menjadi raut kesal.
"Tentu saja, perempuan!!"
Hyuga beralih pada Kanie, "Kanie, laporanmu." ucapnya. Pria itu diam. Dia tidak mendengarkan.
"Kanie !!"
"Ya!" Kanie menatap Hyuga seolah bertanya.
"La-po-ran mu!"
Kanie mengangguk. "Aku hanya mengikuti team pengalih berjumlah 10 orang dari kantor Murakami. Mereka hanya berputar-putar seharian." Hyuga hanya menatap Kanie. Sedikit curiga. Namun kemudian dia membiarkannya.
"Baiklah."
***
Souji bersama Shinsuke pergi menuju penjara ruang bawah yang ada di gereja. Di sana Timothy dan bawahannya berada di ruangan yang terpisah. Pria bernama Timothy itu duduk dikursi dan terikat. Tidak seperti anggota yang lainnya yang tidak terikat.
Walaupun Shinsuke berhasil mengalahkannya, tapi Timothy sebenarnya cukup kuat.
Souji duduk dikursi dihadapan Timothy yang tampak menunduk. "Lama tidak bertemu, Timothy!" pria itu mendongak dengan tatapan yang seperti lelah.
"Hoo, ternyata Souji-kaichou. Senang melihat kepalamu masih terpasang." ucapnya mengejek.
"Itu karena kau terlalu sombong menganggap dirimu kuat. Aku harus berterimakasih pada kepercayaan dirimu." jawab Souji dengan senyum mengejek. "Aku mendapat laporan menarik dari Italia. Kau meneliti hal yang bagus." Souji tersenyum namun kemudian matanya berkilat tajam menatap Timothy. "Kepada siapa kau melaporkan hasil penelitian itu?!" ucapnya tajam.
Kemarin, Shinsuke melaporkan bahwa Lab di Italia sudah hancur sebelum teamnya datang. Semua orang yang ada di sana mati dan semua data dan penelitiannya hancur. Dan data yang berhasil dipulihkan hanya sepotong informasi penelitian tentang senjata biologi mematikan. Itu tidak ada di agendanya.
"Kau jenius. Kau bisa mencari tahunya sendiri, Kaichou (ketua)." Timothy menjawabnya dengan senyum mengejek. Souji mencengkram rahangnya.
"Jangan bercanda denganku! Kau ingin mati?!"
"Kau bisa membunuhku kapanpun kau mau." tantangnya.
Souji melepaskan cengkraman dengan kasar. "Jangan biarkan dia mati dengan mudah, mengingat dia tidak takut mati!" ucapnya pada Shinsuke.
"Baik."
***
Matsunaga ditemani Kanie menuju gereja tempat para mafia itu di tahan. Shinsuke dan Souji sudah menanti mereka dengan para tahanan minus Timothy. Souji melempar senyum pada Kanie saat mereka saling tatap. Tapi Kanie mengabaikannya.
"Terimkasih atas kerja samanya, jika kami mendapatkan informasi mengenai dalang dari serangan ini, kami akan segera memberi pemberitahuan."
"Terima kasih atas kerja kerasnya. Kami menunggu kabar baik," ucap Souji. Kemudian matanya menatap Kanie. "Terimakasih sudah menjaga orangku. Kami akan menyelidiki siapa yang memberikan ijin mendarat di perusahaanku untuk helikopter asing itu." ucapnya. Sebenarnya Kanie paham siapanya yang disebut Murakami 'Orangku'. Bukan orang di perusahaan tapi orang-orang di tempat itu.
"Itu sudah tugasku."
***
Shinsuke dan Souji berjalan menjauh dari gereja setelah orang FBI pergi. "Apa kau sudah mengecek mana saja properti milik Yuuji?"
"Maaf, sepertinya nyonya sedang bermain-main dengan saya. Tidak ada yang bisa menyentuh filenya." Souji tertawa pelan. Gadis itu memang suka menggoda.
"Baiklah, aku akan-
DUAR!!
Mereka terkejut sontak menoleh mencari sumber ledakan. Di sana, gereja sudah dikelilingi api. Gereja itu meledak dan tidak ada diantara mereka menyadari jika disana ada bom. Jika saja mereka terlambat sedikit saja, mereka pasti sudah menjadi arang saat ini.
Pengelola gedung yang merupakan pemilik Gereja serta pegawainya keluar. Tampak panik saat melihat bangunannya sudah habis dibakar api.
"Padamkan apinya. Dan cari mayat Timothy sampai ketemu. Aku harus memastikannya dia benar-benar mati." ucap Souji dingin sambil menatap api yang berkobar kobar.
"Maksud anda, ledakan ini hanya pengalihan supaya dia bisa kabur?"
Souji mengangguk. "Dia tidak mungkin kabur sendiri. Pasti ada seseorang yang membantunya."
Shinsuke mengangguk dengan raut serius. "Saya akan mengerahkan orang untuk mencarinya. Setelah mengucapkan itu Shinsuke sibuk menghubungi orang-orang. Suara sirine mulai mendekat dan berdengung disekitarnya.
Ini sungguh hari yang buruk!
***
Yuuji bosan berada di mansion Souji sendirian. Tidak ada yang dia kerjakan. Dia masih cuti dan masih satu minggu lagi untuk masuk kerja. Yang dia lakukan hanya bermalas-malasan di kursi dekat kolam renang dan melihat pembantu hilir mudik membersihkan sesuatu.
"Kemana dia? Baru hari pertama dan sudah meninggalkanku. Jika tau begini, lebih baik aku tidak mengambil cuti." gumamnya. Dia terdiam dan menyeruput jus jeruknya.
"Tunggu! Ini kesempatan bagus!" Yuuji meletakan gelas dan meninggalkan kolam renang. Dia kembali ke kamarnya, dia duduk di depan meja rias hendak membuka cincin dengan senyum diwajahnya.
Dia berhasil melepasnya dan menyimpannya di laci kamar. Tapi, belum sempat keluar kamar ponselnya berbunyi.
"Kau melepas cincinmu?" ucap orang yang menelponnya. Siapa lagi kalau bukan Murakami Souji. Dia melihat sekeliling kamar. Dia yakin kalau di kamar tidak ada CCTV. Dia sudah memeriksanya pagi tadi.
"Dari mana kau tau?"
"Ra-ha-sia." jawabnya. Yuuji mendengar suara sirine di belakang suara pria itu. "Setiap kau melepasnya, aku akan menyuruh orangku untuk mengikutimu." lanjutnya.
Yuuji memakainya lagi dengan raut tidak senang. "Lebih baik memakainya." gumamnya.
"Anak baik."
"Kau ada dimana? Aku mendengar suara sirine.."
"Nande? Shinpai? (kenapa? Khawatir?)" jawab Souji. Pria itu tampak berjalan menjauh dari lokasi ledakan. Duduk di paviliun kecil yang berada dekat halaman gedung utama.
"Mana mungkin! Justru aku merasa lega penjahat sepertimu ditangkap!" jawaban Yuuji yang terdengar kesal membuat Souji tersenyum. Dia membayangkan reaksi gadis itu pasti imut sekali.
"Lalu, kau akan jadi janda." godanya.
"Hm, tidak buruk juga. Lalu kau tidak perlu khawatir. Aku akan menjaga Murakami Enterprise dengan baik." Souji tertawa. Yuuji tidak terdengar serius. Sepertinya gadis itu mencoba menghiburnya.
"Murakami-san!" Shinsuke memanggilnya, dia mendongak dan meminta Shinsuke menunggu.
"Aku akan segera pulang. Kalau kau bosan kau bisa bermain game atau menonton film. Jja na."
"Bagaimana hasilnya? Apakah ditemukan?" Shinsuke menggeleng. Dia tampak tertekan karena tidak berhasil menemukan mayatnya. Dugaan bossnya benar. Dia kabur.
"Kami tidak berhasil menemukannya."
"Begitu.. baiklah, coba kalian cek bahan peledaknya. Mungkin kita bisa mendapat sesuatu dari itu."
"Baik!" Shinsuke hendak pergi namun Souji menghentikannya.
"Shinsuke-nii, kau sudah siapkan pesawat dan menggubungi villa di Irlandia?"
"Ya, semua sudah siap. Malam ini anda bisa berangkat."
"Baiklah, kerja bagus. Aku akan kembali ke rumah sekarang."
Shinsuke mengangguk dan menunduk sekilas. "Anda bisa menyerahkan masalah ini kepada saya."
"Aku pergi."
"Hati-hati dijalan.."