Langit di atas bangunan yang megah tampak cerah dan menyenangkan mata. Namun, itu tidak berpengaruh terhadap Alexa.
Hati dan wajahnya tampak dingin.
"Alexa, apakah terjadi sesuatu?"
Anna sangat terheran melihat wajah murung Alexa.
"Hm. Aku sudah mendapat kabar tentang mereka semalam"
"Apa yang kau lakukan?!"
Anna sangat terusik dengan pernyataan Alexa secara gamblang itu. Nadanya sedikit naik dan terdengan agak tajam.
"Memang apa salahnya?"
"Alexa, aku tidak mengerti apa yang kau fikirkan tetapi percayalah,lebih baik tidak usah mengurusi mereka lagi!"
Didalam mata Anna terlihat kobaran api benci dan rasa tersiksa. Terlalu banyak yang mereka alami karna dua manusia tidak berakhlak itu.
Leo dan Stephani.
"Aku hanya ingin bermain dengan mereka"
"Terserah kau"
Mereka melanjutkan Makan dengan tenang. Anna menahan rasa kesal yang mendalam.
Tak lama mereka segera berangkat menuju sekolah. Seperti biasa berjalan sedikit agar tak ada yg curiga.
Namun ketika mereka tiba di gerbang. Disaat itulah sebuah mobil berwarna Pink bercampur Merah melaju dengan kencang. Membuat genangan air sisa hujan semalam yang tak jauh dari Alexa dan Anna terciprat kemana-mana. Dan sedikit mengenai mereka.
"Sialan!"
Anna reflek memaki. Alexa melemparkan tatapan tajam ke arah mobil tadi. Hingga tak lama akhirnya mobil itu terparkir dan keluarlah sang pengemudi.
Pandangannya sangat sinis memandang ke arah Alexa dan Anna.
"Hahaha! Kalian terlihat sangat cocok dengan air kotor itu"
Tawa sinis menggema dimulutnya diikuti beberapa siswa-siswi yang memandang Alexa dan Anna merendahkan.
Anna hendak maju menyumpal mulut sialan Vanya. Namun segera di tahan oleh Alexa.
Ya, pengemudi sialan itu adalah Vanya William.
"Biarkan dia berada di atas awan"
"Kau Vanya (sialan) William. Kenapa kau sangat senang mengganggu kami?!"
Anna sudah hampir meledak sangkin kesalnya. Dia hampir tidak bisa menahannya lagi.
Kapan mereka pernah menerima perlakuan seperti ini?! Bahkan disaat dulu mereka tidak menggunakan identitas keluarga, Mereka masih di Dewi kan karna kecantikan mereka!
"Kalian terlalu rendah untuk berada disini. Aku bahkan curiga kalian bersekolah disini karna sukses menggoda salah satu petinggi, bukan karena beasiswa. Huh!"
"KAU-"
"Jangan terlalu merasa di atas awan. Aku takut jika kau tak siap bila terjatuh nanti. jangan salahkan aku karna tak mengingatkanmu"
Setelah memberikan peringatan. Alexa menarik Anna berjalan meninggalkan Vanya dan kerumunan yang entah kapan mulai terbentuk.
Alexa tampak tenang dengan raut wajah datarnya. Namun di dalam bola matanya, terlihat pancaran dingin yang membuat seseorang ingin pergi menjauhinya.
"Alexa! Mengapa kau menahanku?! Aku sangat ingin menggosok mulut sialannya itu. Terlebih dia sudah mengotori seragam kita"
Anna sangat kesal hingga rasanya ingin menangis. Dia sangat mencintai kebersihan. Walaupun semua orang menyukai kebersihan, namun Anna berbeda. Dia benar-benar sensitif terhadapnya. Kadang hal itu membuat Sahabat dan Keluarganya merasa Anna agak memiliki ke anehan terhadap kebersihan.
"Sudahlah. Sekarang kita berganti baju dulu baru membahasnya di kelas"
Beruntung di dalam loker. Mereka menyiapkan beberapa seragam ganti untuk mengantisiapasi hal seperti ini akan terjadi.
Setelah itu mereka memasuki kelas yang sudah lumayan ramai.
"Alexa, aku sangat kesal!"
Anna terus merengek dan mengoceh betapa dia ingin membalaskan dendam kepada Vanya.
"Anna berhentilah merengek. Bagaimanapun juga kita tidak bisa membalasnya. Kita bukan siapa-siapa"
Nada Alexa terdengar sangat memprihatinkan.
"Apa maksudmu?"
Anna sesaat bingung akan ucapan Alexa. Namun setelah dia melirik sekitar barulah ia menyadari kebodohannya.
"A...aku mengerti Alexa"
Mimik wajah Anna terlihat sedih dan tak berdaya. Nada bicaranyapun terdengar lemah dan bersedih hati. Seolah baru tersadar dan mengingat kembali dirinya yang hanya seorang anak Nerd.
Di dalam hati Anna. Dia menyadari dan merutuki kebodohannya yang terpicu oleh
emosi.
Tanpa ia sadari. Kejadian tadi pagi telah memicu banyak perhatian. Dan lagi dia menunjukan sifat benci yang teramat dalam kepada Vanya hanya karna hal sepele, membuatnya semakin menjadi pusat perhatian.
"Lain kali perhatikan emosimu"
"Aku mengerti"
Kelas menjadi riuh ketika Kevin dan Adam memasuki kelas. Mereka tidak peduli terhadap sekitar, namun ketika melintas disebelah Anna, mata mereka melirik Alexa penuh minat walaupun hanya sekilas.
"Aku merasa kasihan terhadap mereka berdua"
"Pacari saja salah satu bila kau kasihan"
Kevin langsung jengkel begitu mendengar saran tidak masuk akal Adam.
"Tidak,terimakasih" balasnya singkat langsung terfokus kepada handphonenya.
Waktu terus beralalu, terlebih guru yang mengajar telah tiba dikelas dari Dua jam yang lalu. Namun ada yang baru di sadari oleh Anna.
"Alexa, mengapa aku tidak melihat Mario dan Ezra?" Bisiknya dengan suara pelan.
Tiba-tiba pulpen di tangan Alexa terjatuh dan berguling ke samping meja yang biasa ditempati oleh Mario.
"Huh"
Dia dengan cepat mengambil pulpen yang terjatuh. Walaupun menunduk dia tetap dapat melihat bahwa kedua meja dibelakangnya kosong.
"Boleh juga caramu"
Ledek Anna. Sedangkan Alexa hanya mengangkat bahunya acuh tak acuh.
Kring kring kring
"Kau tidak ingin ke kantin?"
Alexa heran karna Anna hanya duduk diam tidak bertingkah untuk mengajaknya ke kantin.
"Tidak,tadi pagi bibi membuatkan bekal yang ku minta untuk kita berdua"
"Mengapa?"
"Ini jelas lebih bersih dan sehat bukan hihi"
Alexa memutar bola matanya jengah.
Sudahkah Alexa menjelaskan bahwa Anna adalah manusia penggila kebersihan?!
Kelas seketika tampak sangat sepi. Semua siswa dan siswi meninggalkan kelas kecuali Alexa dan Anna. Hal Itu membuat obrolan mereka lebih leluasa.
"Alexa, apakah kau tau bahwa Richard akan kesini?"
"Apa? Untuk apa dia kesini?"
"Aku dengar dia memiliki urusan dan akan mengadakan rapat dengan para petinggi disekolah ini. Termasuk para pemegang saham"
Alexa mngernyitkan alisnya bingung.
"Semoga saja kaka angkat tidak mengacaukan rencana kita"