Chereads / FAKE NERD / Chapter 10 - Ezra? Vanya?

Chapter 10 - Ezra? Vanya?

BRAK!

"EZRA! APA MAKSUDMU?!"

Semua orang yang masih ada di dalam kelas sontak menoleh ke arah pintu yang di banting kasar.

Vanya.

Alexa dan Anna menunduk sebentar. Senyum sinis terbit di bibir Mereka. Mereka langsung mendongak kala mendengar suara langkah kaki mendekat. Sontak mereka sedikit mundur.

Mereka baru sadar bahwa ke empat pria tampan itu belum keluar dari kelas.

Dilihat dari penampilan Vanya, sepertinya dia tidak sekolah hari ini. Pakaian bebas dengan tampilan berantakan. Dia terlihat cukup tertekan dengan masalah ini.

Ezra mengernyitkan dahinya tanda tidak mengerti atas kehadiran Vanya.

"Apa masalahmu?" Tanya nya sembari memasukan kedua tangan ke dalam saku celananya. Dia menatap Vanya dengan tenang.

Mario ikut berdiri sedikit mundur namun tetap di sebelah Ezra. Membiarkan sahabatnya mengurus masalah nya sendiri.

"KAU BILANG APA?!"

Vanya terlihat semakin emosi dengan respon yang Ezra berikan.

Dia menendang setiap kursi di dekatnya, mendorong meja hingga berdiri di depan Ezra. Wajah dan matanya memerah. Antara menahan emosi dan tangis yang siap pecah.

"Bukan aku pelakunya" Ezra tetap tenang menghadapi singa betina di depannya.

"Hanya kau yang sangat membenciku! Aku pernah melakukan kesalahan dulu, tapi apakah kau harus membalasnya sekarang?"

Amarah nya sudah hampir tak terbendung lagi. Air matanya meluncur begitu saja ketika selesai berbicara.

Ezra terkejut melihatnya. Dia merasa kasihan tetapi dia tidak mengerti apa yang dimaksud gadis di hadapannya. Dia masih harus menahan diri untuk menyelesaikan ini.

"Aku tidak melakukan apapun Vanya" nada bicaranya melembut. Bagaimanapun juga Vanya adalah wanita. Dia tidak tega melihat wanita menangis.

"Kau yang mengadukan ini semua kan? Hanya kau yang mengetahuinya Ezra! Kau yang mengetahui bahwa Brisia sialan itu memiliki trauma itu! Kau juga yang mengetahui bahwa dia sudah lama mengidap itu sebelum aku membullynya" Vanya menyeka air mata yang mengalir deras di pipinya.

Semua yang mendengar penjelasan Vanya terkejut. Bagaimana mungkin? Jadi gadis bernama Brisia itu telah lama mengidap PTSD bahkan sebelum di bully oleh Vanya?

Ezra menatap dalam Vanya.

"Aku tau semuanya. Tetapi bukan aku yang melakukan itu"

Vanya menggeleng tetap tidak percaya. Dia memandang Ezra redup. Sorot matamya memancarkan luka. Tidak seperti Vanya biasanya yang terlihat sombong angkuh dan bersemangat.

Alexa menatap Vanya yang terlihat menyedihkan. Sepertinya dugaannya benar bahwa ada sesuatu diantara Vanya dan Ezra.

Ezra tiba-tiba bergerak menarik Vanya ke pelukannya. Vanya memberontak menolak tapi tenaganya kalah oleh Ezra.

"Bukan aku. Kau harus percaya"

"Kau-"

BRAKK

"Ezra" suara lembut terdengar mengalun lembut ditengah keterkejutan.

Semua menoleh dan kembali dibuat terkejut oleh kehadiran Dua gadis cantik, yang satu memasang raut wajah kesal dan satu lagi memasang wajah sedih.

Alexa dan Anna terkejut mendapati kedua sahabatnya datang ke kelas mereka.

"Ka-kamu ngapain?" Hani. Suara lembut itu jelas dari Hani. Bukan Yurika si gadis Bar-bar yang seenaknya membanting pintu tadi.

Ezra sontak melepaskan pelukannya terhadap Vanya. Rasa bersalah hinggap begitu saja di hatinya. Terutama setelah melihat wajah sendu gadisnya.

"Alexa. Jadi mereka berpacaran? Jadi pria tidak jelas itu Ezra?! Astaga!" Anna berbisik kepada Alexa. Alexa sama terkejutnya dengan Anna. Ini semakin rumit.

"Ezra sialan! Maksudmu apa?! Apa yang kau lakukan?!" Yurika ingin rasanya menghajar wajah tampan Ezra. Seenak jidatnya memeluk Vanya, jelas-jelas kekasihnya berasa di lingkungan yang sama dengannya.

"Hani, ini tidak seperti yang di lihat" ezra berjalan mendekati Hani. Hani mundur selangkah begitu Ezra mendekat.

"Aku tidak apa-apa" Hani tersenyum sendu. Ezra semakin di buat merasa bersalah olehnya.

Alexa tertawa dalam hati. Sifat Hani yang seperti ini mampu membuat seseorang merasa semakin bersalah. Ditambah dengan ekspresinya yang membuat semua menjadi lengkap.

Alexa menatap seru pada Hani dan Ezra. Benar-benar tontonan yang menghibur. Ah jangan lupakan Vanya yang terdiam menatap ke duanya. Walaupun dia belum mengetahui ada apa di anrara Vanya dan Ezra, tapi yang dapat dipastikan adalah Vanya sangat menyukai Ezra.

"Selesaikan dulu. Aku akan menunggu" Hani tersenyum dan berjalan keluar kelas. Yurika enggan meninggalkan tempat perkara.

Dia ingin menatap drama yang ada. Matanya tak sengaja menangkap Alexa dan Anna yang tersenyum sinis walaupun hanya sedikit. Yurika sudah hafal betul dengan sahabat-sahabatnya.

Dengan sengaja dia berjalan ke arah Vanya.

"Kau Vanya sialan. Mengapa kau terus mengganggu hubungan mereka!" Sembur Yurika ketika berada tepat di depan Vanya yang masih dengan air matanya.

"Lebih baik kau tutup mulutmu karna tak tau apa-apa" sinis Vanya.

"Sudah hentikan semuanya"

Adam berusaha menghentikan sebelum terjadi pertikaian antara Yurika dan Vanya.

"Tidak! Dia sudah dengan lancang memeluk kekasih sahabat ku! Biar aku mengajarkannya bagaimana menghormati hubungan orang lain! Oh, kau memang sama dengan kakakmu yang menyukai milik orang lain?"

Kalimat Yurika menusuk tepat ke hati Vanya.

"TIDAK"

Vanya berteriak sembari menggeleng keras. Air matanya mengucur kembali.

Tidak! Dia tidak sama dengan kakaknya!

Jangan samakannya dengan wanita itu!

Alexa langsung tersentak kaget dengan ucapan Yurika. Itu masalalunya. Rasa sakit di dadanya seakan muncul kembali walaupun hanya sedikit. Alexa menggeleng pelan berusaha mengenyahkan bayangan-bayangan pahit yang bermunculan dikepalanya. Kepalanya terasa pusing.

Anna sadar akan sikap aneh Alexa.

"Ada apa?"

"Tidak" alexa menggeleng lemah.

"YURIKA! Jaga ucapanmu!" Ezra berkata dengan nada tajam.

"Oh kenapa? Kau tidak terima bila kekasih temanmu ku hina? Atau kau tidak terima bila mantan kekasih mu yang ku hina?!" Balas Yurika dengan sengit.

Ezra mengusap wajahnya kasar. Dia tidak mengerti lagi bagaimana menghadapi situasi yang semakin kacau ini.

Hampir semuanya mengetahui bahwa Ezra dan Vanya pernah menjalani hubungan ketika kelas 11. Namun berbeda dengan Alexa dan Anna yang sangat terkejut mendengar fakta itu.

Mario yang berada tak jauh dari keduanya sontak memperhatikan interaksi aneh keduanya.

"Sudah hentikan. Ini tidak harus di perpanjang" Nada ucapan Kevin terdengar tajam. Dia tidak suka bila sudah berlebihan. Ezra juga mulai terlihat kacau.

Yurika menatap Kevin tajam.

"Apa kata-"

Ucapan Yurika terpotong kala sebuah tangan mencengkram tangannya, menariknya keluar kelas. Adam. Dia berusaha melepaskan cengkraman Adam pada tangannya, namun sia-sia. Mau tak mau dia harus mengikuti.

"Lebih baik kau pulang Vanya. Kau sudah sangat berantakan-"

"Satu lagi. Ini semua bukan ulah Ezra"

Kevin merangkul bahu Ezra membawanya keluar dari kelas. Mario berdiri di samping Vanya.

"Pulang. Jangan mempermalukan dirimu lebih lama" kemudian berlalu menyusul ke dua temannya.

Bila kalian mengira itu kalimat berbentuk simpati, maka kalian salah besar.

"Anna, kita harus ke suatu tempat"

Banyak kejanggalan dari seluruh kejadian ini. Sikap Ezra dan Vanya juga sangat berbeda dan aneh. Firasatnya mengatakan bahwa ini masih ada sangkut paut dengan masalalunya.

Anna mengangguk mengerti.