Chereads / Aku, Kamu, Dan Jarak (HIATUS) / Chapter 17 - Dasar Kepala batu

Chapter 17 - Dasar Kepala batu

"apakah anda keluarga dari pasien?" tanya dokter kepada Joni dan Puput.

"Bukan, tetapi aku sahabat dari pasien, bagaimana keadaannya dok?" ujar Puput tampak cemas

"Hemm, kami membutuhkan darah sebanyak 4 kantong darah untuk pasien" ucap dokter itu.

"Apa dok?? 4 kantong darah" ucap Puput tak percaya bahwa sahabtnya membutuhkan banyak darah.

"Baik dok, kami akan segera mencarinya, tetapi apa golongan darah pasien?" ucap Joni tenang kepada dokter.

" Kami telah memeriksanya, golongan darah pasien perempuan A, sedangkan untuk pasien laki laki golongan darahnya O, mereka membutuhkan masing masing 2 kantong darah" ucap dokter kepada Joni.

"Kami telah menghubungi PMI dan pihak PMI hanya memiliki 2 kantong golongan darah A, sedangkan untuk golongan darah O kami belum menemukan nya" ucap dokter.

Puput lega mendengarnya.

lalu berkata " Syukur lah golongan darah Novi telah di temukan, sedangkan untuk Aldi aku akan membantunya" ucap Puput sedikit tenang kepada Joni.

"Dok, apakah aku bisa mendonorkan darah ku? sebab golongan darahku O" ucap Puput kepada dokter.

"baiklah" ucap dokter yang segera memanggil suster dan meminta Puput untuk mengikuti suster tersebut.

Setelah menjalani pemeriksaan, suster mengatakan bahwa tekanan darah Puput saat ini sedang rendah dan tidak bisa melakukan pendonoran, tetapi Puput memaksa.

"Tidak apa apa sus, aku bisa mendonorkan darahku" ucap Puput kepada suster.

suster tidak berani mengambil tindakan, dan suster memberitahu kepada dokter bagaimana selanjutnya.

Dokter juga menyarakan agar Puput tidak melakukanya, tetapi Puput tetap memaksa. Dia berusaha keras meyakinkan dokter, dan dokter menyetujuinya karena pasien tidak bisa menunggu lebih lama.

Akhirnya Puput mendonorkan darahnya itu, dia kembali ke ruang tunggu.

"Sudah put?" tanya Joni khawatir yang hanya dibalas Puput dengan sebuah anggukan.

Tetapi entah mengapa kepala Puput pusing dan segera tubuhnya oleng.

Puput pingsan dan dengan segera Joni menangkap tubuh Puput supaya tidak jatuh.

Joni khawatir dengan keadaan Puput dan segera memanggil dokter.

Di Australia...,.....

Jerry selesai dari kelasnya dan sekarang dia berada di kantin kampus itu, wajahnya tampak sedih dan khawatir seolah olah dia mengetahui apa yang terjadi dengan Puput, perasaannya tidak tenang.

Angel melihat Jerry di kantin dan segera menghampiri nya.

"Hai jer, ada apa? mengapa wajah mu tampak gelisah?" tanya Angel penasaran

"Entah lah Ngel, aku merasa tidak tenang dari tadi, apakah terjadi sesuatu dengan Puput?" jawabnya khawatir.

"Hemm, mengapa kau tidak mencoba menghubungi Puput?" ucap Angel memberi saran.

Dengan segera Jerry membuka ponselnya dan sialnya handphone Jerry mati karena dia lupa untuk mengcharger ponselnya itu.

Jerry putus asa.

"Nih, pakai ponselku" ucap Angel sambil memberikan ponselnya ke Jerry, Jerry tampak bahagia "Beneran tidak apa apa?" tanya Jerry

"Haha, tidak usah sungkan" ucap Angel menghibur.

Lalu Jerry menghubungi Puput menggunakan ponsel milik Angel, tetapi Puput tidak mengangkatnya.

Hal ini membuat Jerry khawatir.

Jerry mengembalikan ponselnya kepada Angel dan mengucapkan terima kasih.

"Ada apa? apakah dia tidak mengangkatnya?" ucap Angel penasaran.

"Dia tidak mengangkatnya" ucap Jerry putus asa.

Angel mencoba menghibur Jerry.

Di rumah sakit, Joni tampak khawatir dan menanyakan keadaan Puput kepada dokter.

Dokter menceritakan semuanya kepada Joni.

Joni menghela nafas panjang

"Dasar Puput kepala batu, bukannya dokter tidak boleh membiarkan mu mendonorkan darahmu, mengapa masih kau bersikeras mendonorkannya? apakah pria itu sangat penting bagimu?" batin Joni sedih.

Tidak membutuhkan waktu lama, Puput tersadar dan ketika dia menggerakkan tangannya, dia merasakan sakit dan melihat kearah tangannya itu, dia terkejut karena dirinya di infus.

Joni menatap nya marah dan berkata "Sakit?! kau tidak akan merasakan sakit ini jika kau mendengar semua perintah dokter, tetapi kau bersikeras sehingga sekarang, lihat dirimu, kau terbaring lemah dan tanganmu di infus" ucap Joni panjang lebar kepada Puput seolah olah Joni memarahi anaknya yang sedang jatuh dari sepeda. Hadehh...

"Ya maaf sih Jon, aku gak tega melihat Aldi sekarat, karena dia mengantar kami pulang, jika tadi kami tidak kemana mana, kejadian itu tidak akan menimpanya" ucap Puput sedih kepada Joni.

Joni yang melihatnya melembut.

"Put, itu bukan salah kalian, mungkin emang sudah jalanya seperti ini, kau juga harus mengkhawatirkan dirimu sendiri" ucap Joni lembut kepada Puput yang hanya di balas Puput dengan anggukan dan senyuman.

Puput ingin keluar dan Joni tidak memperbolehkannya.

Tiba tiba suster memasuki ruangan Puput dan berkata ....