"Faa!! buruann nanti kita telat!" Seru salah seorang diantara ketiga cewek yang sedang berlari kencang di koridor sekolah.
"Iyaaa Nisaa. Aku capekk." Balas cewek yang di panggil Lathifa.
"Lagian apa yang di telatin sih Nis? Kan ini lagi istirahat," keluh gadis bernama Fatimah.
"Gue tau Fat, maksud gue itu nanti kita telat mesen terus gak dapet bangku." Jelas Nisa.
"Nisa mah gitu, gemesin!" seru Lathifa dengan tatapan mengarah ke Nisa.
"Gue emang gemesin? thanks!" bangga Nisa.
"Gemesin apanya, Fa?" tanya Fatimah bingung.
"Gemes pengen nabok!" seru Lathifa kesal dan berjalan mundur karena Nisa menatapnya dengan wajah cemberut.
"Faa, jangan mundur! ada co-"
Bruk!
Ucapan Fatimah terhenti karena kejadian yang ia pikirkan sudah terjadi. Lathifa menabrak seseorang yang kini menatap Lathifa dengan pandangan bingung.
"Wok" lanjut Fatimah pelan.
"Aduhh!!" ringis Lathifa pelan sambil mengusap pinggulnya.
"Maaf." Ucap cowok itu pelan. Pandangannya sudah teralihkan saat Lathifa mendongak melihat cowok itu.
'Astagfirullah..' batinnya.
"Mm, saya yang salah kak. Saya yang minta maaf." Ucap Lathifa sambil berdiri dan menangkupkan kedua tanganya. Jantungnya berdegup tak beraturan.
"Tidak pa-pa. Saya permisi ya," pamit Cowok itu dengan menundukkan pandangannya berlalu pergi meninggalkan ketiga gadis itu.
"Ya Allah!! itu abang kenapa ganteng banget?!!" gumam Nisa terpelongo. "Masya allah! jodoh gua kali yak?? Semoga aja dah." celetuk Nisa kepedean.
"Ngawur kamu. Ngomong-ngomong namanya siapa ya? gue lupa," ucap Fatimah.
Nisa membulatkan matanya. "Helow! lo udah mau lumutan di sekolah ini, dan lo bilang lo lupa? lupaa?!"
Fatimah menepuk dahi Nisa kuat. "Gak lumutan juga! lebih lumutan dia lagi."
"Yang kembar itu, kan?" tanya Lathifa antusias.
"Iya. Kak Arsyd ketua rohis, sedangkan kembarannya Kak Irsyad ketua OSIS. Hebat bener para calon gue." Jawab Nisa.
Lathifa berdecak kagum. Kemudian, kepalanya menggeleng dan senyumnya perlahan luntur. Diusapkan telapak tangannya ke wajah dan mengucapkan istigfar sebanyak-banyaknya.
****
"Ada apa lo bang? Tumben diem aja." Ucap Irsyad membuyarkan segala lamunan Arsyad.
"Gak papa." Jawab Arsyad singkat.
Irsyad hanya mengangguk paham dan beranjak dari posisinya. Meninggalkan Arsyad sendirian di meja ruangan anak rohis. Pikirannya melayang ke arah gadis yang ditabraknya dan menabraknya.
"Lathifa Az-Zahra, namanya cantik. Secantik orangnya." Gumamnya sambil menyunggingkan seulas senyum. Mengingat wajah polos nan lugu saat Lathifa terjatuh membuat senyumnya semakin terkembang.
Tapi, senyuman itu hanya mempu bertahan selama dua menit. Setelah itu, lunturlah senyuman itu dari bibirnya. Tergantikan dengan ucapan istigfar yang berulang kali di ucapkan.
Arsyad mengambil buku hadist dan menyibukkan diri dengan buku itu. Ntah itu dibacanya dengan pasti, ataukah hanya sebagai bahan untuk membantunya memikirkan Lathifa lebih jauh.
Ntahlah.! Hanya dia dan Allah saja yang tau..
*******************