"Kau sudah minum terlalu banyak!! Ada apa denganmu sebenarnya?" tanya seorang lelaki pada temannya yang kini tampak sudah mabok berat.
"Sekali lagi, George" jawab lelaki itu sambil menuangkan kembali wiski dalam gelas minumnya.
"Ronald, ceritakan padaku apa yang sebenarnya terjadi padamu!?" perintah lelaki yang bernama George tersebut.
George dan Ronald keduanya selain sama-sama menjadi partner pada divisi Cyber Police, mereka berdua juga merupakan teman yang cukup dekat, tamat dari SMU yang sama dan mendapatkan peluang untuk bersama lolos menjadi seorang polisi muda. Ini tahun ketiga mereka bekerja sebagai seorang polisi.
"Apa salah jika aku mencintai seorang wanita cantik seperti dokter Alice?" tanya Ronald pada George.
"Siapa yang mengatakan itu salah? Itu bukan kesalahan jika kau mencintai seseorang, menjadi suatu kesalahan jika kau mencintai seseorang yang sudah resmi menjadi milik orang lain!" jawab George padanya.
"Apa menurutmu dokter Alice lebih sepadan dengan komandan kita Azka Camerlo, dibandingkan denganku?" tanyanya lagi.
"Sepadan atau tidak, itu tergantung dari pasangannya. Jika Alice lebih nyaman denganmu, maka kaulah yang sepadan dengannya. Bukan Azka Camerlo" ujar George kemudian dengan sedikit menyolot. "Kau lelaki yang beruntung Ronald, mendapatkan wanita cantik dan pintar seperti dokter Alice." kata George kemudian sambil menepuk bahu Ronald.
"Menurutmu apakah Alice akan tetap menjadi milikku?" tanya Ronald lagi dengan mata yang sudah mulai sayup dan kepala yang sepertinya oleng karena pengaruh minuman beralkohol yang diminumnya itu.
"Alice akan tetap menjadi milikmu jika kau memperjuangkannya dengan sepenuh hatimu. Jangan pernah menjadi rendah diri dengan omongan yang hanya akan membuatmu semakin terpuruk." George menasehati temannya.
Ronaldo Alfarez, seorang polisi muda yang baru berusia 22 tahun ini yang awalnya tampak selalu ceria dengan senyum manis dan lesung pipinya itu kini menjadi seorang lelaki yang tampak minder dengan kondisinya saat ini. Ia merasa jika dirinya tidak sepadan berdampingan dengan seorang Alice Valencia yang adalah seorang dokter. Ia merasa dirinya yang hanya tamatan SMU itu tidak serasi dengan dokter yang mengenyam bangku pendidikan yang lebih darinya, sehingga ia berpikir jika dokter tersebut lebih sepadan dengan komandannya yang adalah seorang perwira. Ditambah lagi usianya yang terpaut jauh dengan wanita yang dicintainya itu, usia mereka yang terpaut 7 tahun itu membuatnya berpikir bahwa dia tidak layak untuk menjadi pendamping untuk kekasihnya itu.
Yang benar saja, lelaki muda sepertinya harus bersanding dengan seorang wanita yang sudah lebih tua 7 tahun darinya?
What??
7 tahun... Seharusnya kalau berkaitan dengan usia, Alice lah yang semestinya merasa minder. Mengapa sampai dirinya yang sudah setua ini, masih berpacaran dengan lelaki gagah yang masih berusia 22 tahun.
Iya, seharusnya Alice yang harus merasa rendah diri dalam hal ini, tapi lagi-lagi rasa rendah diri itu tidak pernah masuk dalam daftar kamus Alice Valencia.
Wanita yang penuh percaya diri itu, tidak pernah sekalipun merasa minder dengan perbedaan usia antara dirinya dengan kekasihnya, yang ia tahu ia menjalin hubungan dengan seseorang yang mencintainya dengan tulus.
Lain halnya dengan Ronald, semenjak menjadi kekasih Alice selama lebih kurang sebulan ini, ia mulai merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk mendampingi Alice, apalagi ia tahu jika komandannya pun juga menyimpan perasaan yang sama untuk kekasihnya itu.
Ronald sendiri, ia berasal dari keluarga sederhana. Ia anak pertama dari tiga bersaudara. Dia memiliki seorang adik perempuan yang saat ini masih duduk di bangku SMU kelas 3, dan seorang adik laki-laki yang baru berusia 4 tahun. Dia harus membantu orang tuanya menafkahi keluarga mereka. Sebulan sekali ia harus menyisihkan sekitar 50% dari gajinya untuk dikirimkan kepada orangtuanya.
Alice yang adalah seorang dokter dari keluarga yang berada itu, mungkinkah ia akan menerima Ronald apa adanya??
"Sebaiknya kau bicarakan dulu semua masalahmu dengan dokter Alice secara baik-baik. Jika kau sungguh-sungguh mencintainya, berusahalah lebih keras lagi untuk meyakinkan cintamu. Karena jika kau tidak berusaha, jangan salahkan orang lain yang nanti akan mendapatkannya." Sekali lagi George menesehati temannya itu.
Ronald hanya terdiam mendengar semua ucapan yang keluar dari mulut George tersebut.
...
Berbeda dengan Ronald yang menghabiskan kegalauan hatinya malam itu dengan meminum minuman beralkohol, Azka lebih memilih menyendiri di rumahnya, ia memutar musik klasik dan membuka album foto-foto yang tersimpan rapih pada rak buku milik kepala Cyber Police itu.
Iya memerhatikan foto-foto yang berada di dalam Album tersebut, terdapat beberapa foto yang memperlihatkan seorang wanita yang tampak anggun dengan rambut terurainya yang indah, juga tampak seorang gadis kecil yang kira-kira berumur 4 atau 5 tahun. Sekilas tampak seperti foto album keluarga. Ada senyum bahagia dan tawa riang dari ketiga tokoh yang ada dalam album tersebut, senyum menawan seorang Azka Camerlo tampak lengkap dalam balutan seragam polisinya, lalu wanita disampingnya menggunakan mini dress merah marun dengan jas berwarna putih, seperti jas dokter. Tak lupa gadis kecil yang manis itu dalam pelukan Azka menggunakan dress berwarna sama dengan yang dikenakan sang wanita yang memiliki senyuman yang sama dengan gadis kecil itu. Sempurna seperti sosok ayah, ibu dan anak.
Azka menarik napas dalam saat melihat foto terakhir tersebut, ia memejamkan matanya lalu memeluk erat album tersebut pada dadanya.
"Tolong, maafkan diriku" kata itu yang keluar dari bibirnya bersamaan dengan air mata yang menyusul mengaliri pipinya.
...
Sedangkan Alice, ia menghabiskan malamnya dengan duduk menyendiri di balkon apartemennya, ia menikmati semilir angin malam yang menerpa wajahnya sambil menyesap sebatang rokok yang menghiasi jari tangannya tersebut. Ini hal biasa yang dilakukan Alice ketika hatinya tidak dalam keadaan yang baik. Meski ia pun adalah seorang dokter yang mengetahui kerugian dari rokok dan minuman beralkohol, namun kebiasaan ini sulit ditinggalkannya apalagi dalam kondisi pikiran seperti saat ini.
'Besok aku akan melengkapi persyaratan untuk lamaranku di Rumah Sakit pemerintah tempat ayah April dirawat, setelah itu aku akan langsung ke Bandara. Semoga semua berjalan lancar, Ya Tuhan' batin Alice.
Ia lalu memperhatikan ponselnya, sejak dari tadi hal itu yang dia lakukan. Sepertinya ia menunggu kabar dari seseorang, seseorang yang sejak saat ia meninggalkan panti asuhan tadi, Alice berharap orang itu akan menahannya, atau setidaknya datanglah ke apartemen untuk sekedar mengetahui keadaan Alice hari ini.
Tak lama berselang, ponselnya pun berdering. Pesan dari seseorang, ntah itu orang yang dia harapkan atau bukan.
๐ฌ
#Maaf untuk apapun yang terjadi hari ini.
Saya mengaku salah, untuk kedepannya saya tidak akan melakukan kebodohan itu lagi.#
...
.
.
Catatan Penulis:
Selamat malam... sebelum tidur meski sedikit sibuk berusaha nulis 1 chapter dulu ya sayang-sayang aku... ๐คญ
Semoga feel nya dapet...
Tunggu up selanjutnya ya, banyak kisah yang akan terungkap nantinya..
jangan nerka-nerka dulu ya ๐คญ๐คญ
Hmppp, untuk nyemangatin aku biar selalu nulis, plis review, komentar n bintangnya... hehehe (sedikit maksa)!!
Kalo boleh PS nya juga... ๐๐
Happy reading guys...
Semoga sehat dan bahagia selalu ๐ค๐ฅฐ