Dua sejoli itu duduk ditepi tebing sambil mengarahkan pandangan mereka untuk memandangi indahnya kota Valencia di malam hari, kerlap kerlip lampu membuat kota kecil itu tampak begitu indah dan unik. Semilir angin malam yang sejuk membuat keduanya tak mampu untuk duduk saling berjauhan, Alice duduk bersandar dalam pelukan Ronald, sedang Ronald bersandar pada bangku yang terbuat dari bambu tempat mereka duduk ditepi tebing itu, dengan kedua tangannya masih mendekap tubuh Alice.
"Apa yang ingin kau ceritakan, sayang?" tanya Ronald membuka pembicaraan mereka.
"Ronald, apapun yang aku ceritakan nanti semua merupakan kebenaran, jika setelah mendengarkannya kau akhirnya berubah pikiran untuk tetap di sisiku, apapun itu aku akan menerimanya." kata Alice kemudian sambil memperbaiki duduknya, masih tetap berdekatan dengan Ronald namun mata yang tadinya memandang ke arah pemandangan kota Valencia, kini mata itu menatap mata milik Ronald dengan begitu intens.
"Ceritakan semua yang ingin kau ceritakan, aku akan menjadi pendengar setia untuk cerita itu" sahut Ronald sungguh-sungguh sambil memegang tangan Alice dan memandang lekat mata bulat milik wanita yang dicintainya itu.
"Ronald, Kau harus tahu Angel sebenarnya bukan adikku, Angel adalah anakku. Anak kandungku." Alice memulai ceritanya.
Ronald terperangah mendengar apa yang disampaikan oleh Alice. "Maksudmu?" tanya Ronald penuh penasaran.
"Iya, Angel adalah anakku dengan seseorang yang memiliki pekerjaan yang sama sepertimu." lanjut Alice kemudian sambil tetap menatap lekat mata Ronald.
Alice terhanyut dalam kejadian beberapa tahun yang lalu, kejadian yang sangat menyiksa dirinya, sampai ia sebenarnya sungguh tak ingin kembali ke masa itu. Namun, ia harus menceritakan semuanya pada Ronald, agar lelaki tersebut boleh mengambil keputusan sesuai dengan kebenaran yang akan ia sampaikan ini.
Lelaki itu adalah kakak kelas Alice sejak mereka sekolah, Alice seorang siswa kelas 1 SMU, sedangkan lelaki itu kelas 3 SMU saat mereka resmi menjadi sepasang kekasih, hubungan mereka yang dikatakan cukup mesra tanpa ada konflik yang begitu rumit berlanjut terus hingga lelaki itu lebih dulu lulus dan melanjutkan dengan kuliah kedokteran, setelah Alice lulus SMU ia pun akhirnya mengambil jurusan yang sama dengan sang kekasih. Melanjutkan kuliah di kampus yang sama membuat keduanya mempunyai waktu yang dapat dihabiskan bersama. Lelaki itu sungguh sangat mencintai Alice karena selain cantik, anggun dan manja, Alice juga seorang yang sangat pintar, meski ada sedikit sifat Alice yang tidak disukai oleh lelaki itu. Sikap tidak peka Alice terhadap lingkungan dan kepercayaan dirinya yang begitu tinggi kadang membuat Alice jadi terkesan sombong dan cuek, sifat ini yang tidak begitu disukai kekasihnya itu.
Hubungan mereka berjalan lancar dan baik-baik saja sampai kelulusan Alice, dimana kekasihnya itu sudah lebih dulu kerja di sebuah Rumah Sakit Milik Pemerintah. Setelah kelulusan Alice dan kemudian Alice mendapatkan pekerjaan di RS Elinton, kekasihnya itu akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja dari RS dan memilih untuk mengikuti test Perwira Polisi, setelah dinyatakan lulus kekasihnya tersebut ditempatkan di kota lain yang berbeda dari tempat Alice bekerja dengan ikatan dinas selama 2 tahun. Mereka akhirnya terpisahkan sementara oleh ruang dan waktu. Selama 2 tahun itu mereka tidak pernah bertemu karena kesibukan masing-masing, 2 tahun berlalu saat akhirnya mereka akan kembali bersama kekasihnya itu harus mengikuti sebuah pendidikan tambahan untuk sekolah perwiranya, namun karena rengekan Alice akhirnya sang kekasih menyempatkan diri mengambil cuti seminggu untuk bertemu dengan Alice. Pertemuan selama seminggu itulah yang menjadi pencetus munculnya masalah dalam kehidupan Alice.
...
*Flash back of 5 tahun silam*
Alice: "Sayang... Aku hamil"
📞"Apa? Maksud kamu apa?"
Alice: "Aku sudah memeriksanya, dan aku positif hamil. Aku mengandung anak kita" pekik Alice bahagia.
📞(....) hening
Alice: "Sayang..."
📞 "Alice, sepertinya kita harus bicara, besok aku akan kesana"
Alice: "Sayang kamu tidak suka mendengar ini?" tanya Alice penuh kecewa.
📞 "Kita akan membicarakannya besok, tunggulah sampai aku datang besok"
Teleponnya pun dimatikan.
Sehari berlalu dan kini Alice sedang menunggu kedatangan kekasihnya itu, ia belum memberitahukan kabar ini pada sahabatnya Viona dan Tristan. Ia tidak ingin mereka memandang rendah hubungannya dengan sang kekasih yang sudah lebih kurang 10tahun mereka jalani. Alice sendiri, sejujurnya ia merasa bahagia dengan kondisinya saat ini, akhirnya iapun mengandung seorang anak dari orang yang sangat dicintainya, ia berpikir setelah ini sang kekasih akan segera menikahinya.
Namun apa yang dia harapkan tak sesuai dengan kenyataan yang diterimanya. Lelaki itu datang ke apartemen Alice tidak dengan wajah bahagia, ia tampak tak seperti kekasihnya yang sesungguhnya.
"Gugurkan kandunganmu, Alice" ujar lelaki itu datar.
"Sayang? Aku tidak salah dengar kamu bilang apa barusan?" tanya Alice seperti tak percaya dengan omongan yang baru saja ia dengar.
"Kamu tidak salah dengar, aku bilang gugurkan kandungan itu"
"Kamu sudah gila?"
"Aku tidak bisa bertanggung jawab untuk saat ini, Alice. Aku masih harus melanjutkan pendidikanku!!" lelaki itu meninggikan suaranya.
"Kita hanya cukup menikah, beri aku status yang jelas. Setelah itu kau boleh pergi meraih mimpimu itu!" Alice pun akhirnya meninggikan suaranya.
"Aku tidak bisa, aku tidak ingin memikul beban selama proses pendidikanku." ujar lelaki itu pada Alice, kemudian lanjutnya "Kau bisa menggugurkan kandungan itu sekarang. Saat semua mimpiku tercapai kita akan menikah dan pasti kita akan memiliki anak lagi!!"
"Bangsat!!" maki Alice, "Kau pikir, anak itu seperti adonan kue yang saat ingin kau buat boleh kau buat, namun saat kau rasa itu bukan adonan yang pantas kau bisa membuangnya begitu saja? Dimana nalurimu, kau juga seorang dokter. Kau harusnya tahu bagaimana imutnya jabang bayi yang ada dalam kandunganku ini!" isak Alice kemudian sambil memegangi perutnya.
"Aku tidak bisa, Alice"
"Sayang... Aku mohon, kita hanya cukup menikah secara sederhana. Aku hanya butuh status untuk melahirkan anak kita. Aku mohon...!!" ujar wanita itu dengan memohon pada sang kekasih.
"AKU TIDAK BISA, ALICE!!" Bentak lelaki itu kemudian "BERHENTILAH MERENGEK SEPERTI ANAK KECIL, KARENA AKU TIDAK AKAN MEMPEDULIKANNYA".
Alice cukup terkejut dengan bentakan yang keluar dari mulut sang kekasih, pasalnya selama mereka menjadi sepasang kekasih selama ini tak pernah sekalipun ia mendapatkan kekerasan ataupun bentakan seperti ini.
"Sayang, kamu...." Alice lalu melanjutkan tangisnya.
Namun sepertinya, tangis Alice tak mempan untuk mengambil hati dari pria yang berdiri di hadapannya itu.
"Alice, dengarkan baik-baik. Aku ingin kau menggugurkan kandungan itu. Semuanya akan baik-baik saja jika kau mendengarkan nasehatku, aku pamit pulang sekarang! Tolong jangan lakukan sesuatu yang akan membuat kita menyesal dikemudian hari!" ujar lelaki itu lalu ia berjalan ke arah pintu.
"Tunggu!!" teriak Alice, lalu berdiri dan melayangkan sebuah ultimatum pada sang kekasih " Dengarkan baik-baik juga Tuan Edward Michael, saya tidak akan pernah menggugurkan kandungan ini, dan jangan salahkan saya jika seragam yang sangat anda banggakan itu akan dicabut secara tidak hormat dari tubuh anda. Dan semua impian anda akan sirna seketika!!" ujar Alice dengan nada penuh amarah, matanya kian memerah antara tangis yang dikeluarkannya dan amarahnya yang sedang meluap.
"ALICE!!" teriak lelaki itu. "Kamu sudah gila?" tanya sang lelaki yang tadi disebutkan dengan nama Edward.
"Jangan salahkan saya, jika saya harus melaporkan ini pada tempat anda bekerja. Saya sangat bersungguh-sungguh Edward, saya tidak hanya sedang mengancam!" jawab Alice dengan keangkuhannya.
Lelaki itu lalu maju melangkah kearah Alice dengan cepatnya, ia lalu meraih tubuh Alice dengan lengannya di pinggang Alice, lalu tangan yang satunya meraih rahang Alice dengan kasarnya.
"Argh.." pekik Alice karena rasa sakit yang dibuat lelaki itu pada rahangnya.
"Jangan pernah mengancamku, Alice!!" sarkas lelaki itu bersamaan dengan pintu apartemen yang terbuka.
Dengan cepat Alice meraih leher Lelaki yang ada dihadapannya, lalu kemudian mencumbu bibir lelaki itu.
"Ehem...." terdengar suara dari pintu "Maaf ya!" ujar suara yang tak lain adalah suara Viona.
Alice lalu melepaskan ciumannya, "Ehem, bebh... Kamu sudah pulang?" tanya Alice kemudian.
"Ada sesuatu yang aku lupa di kamar." jawab wanita itu malu-malu lalu segera bergegas menuju kamar.
"Aku terpaksa menciummu, aku tak ingin Viona tahu kalau kita sedang bertengkar dan kau sedang mengancamku." ujar Alice kemudian.
Sang lelaki menarik napas dalam, lalu kemudian memeluk Alice. Kali ini dengan lembut, kali ini dengan cinta, Alice tahu itu, karena hatinya tidak pernah berbohong.
"Maafkan aku, Alice" bisik lelaki itu pada telinga Alice "Aku tidak bisa menjadi ayah untuk sekarang ini. Aku mohon tolong gugurkan kandunganmu itu." lanjutnya lagi.
Alice hanya bisa terdiam dalam tangisnya, tapi ia masih menikmati pelukan yang diberikan lelaki itu, lalu kemudian pelukan itu terlepas seketika dan sang lelaki memegang wajah Alice dengan kedua tangannya lalu mengecup keningnya. "Aku pamit pulang"
...
.
.
Catatan Penulis:
Selamat hari Senin sayang-sayang aku..
Sudah tahu kan siapa ayahnya Angel... Bukan Ronald, juga bukan Azka.. Tapi si dia yang dari masa lalu Alice..
Semoga feel-nya dapat ya meski penulis, nulisnya sambil nyari waktu luang di tengah kesibukan... ðŸ¤ðŸ¤
Up selanjutnya belum bisa dipastikan kapan...
sabar ya guys...
Semoga sehat, sukses n bahagia untuk kita bersama..
🥰🤗