Alice bergegas pagi-pagi sekali ke Rumah Sakit Pemerintah tempat ayah Tn.Gerald dan April dirawat. Ia harus menyelesaikan beberapa admistrasi yang belum sempat ia lakukan karena harus berada di kota Valencia selama beberapa hari. Semalam ia mendapatkan telepon dari bagian admistrasi RS, namun karena kecapekan Alice mengatakan akan menyelesaikannya pagi ini.
Alice melirik buku tabungannya yang semakin menipis karena harus terus membayar biaya RS dan keperluan pribadinya, sedangkan ia sendiri selama beberapa bulan ini belum kembali bekerja. Ia mengelus dadanya sendiri dan berkilah di dalam hatinya 'Cobalah untuk ikhlas dan tidak memperhitungkan apa yang kau berikan untuk membantu orang lain, Alice. Yakinlah jika rejekimu akan segera mengalir bagai sungai yang tak pernah kering saat kau ikhlas sepenuh hati dalam memberi!!'
Alice mampir ke ruang perawatan dan memperhatikan lelaki tua yang terbaring lemah itu dari luar ruangan yang transparan dengan kaca itu. Ayah Tn.Gerald harus dirawat di ruang isolasi karena mengidap Tuberculosis Resisten.
"Kondisinya semakin memburuk, tekanan darahnya belakangan ini semakin tidak stabil, kami juga telah memasangkannya ventilator mekanik untuk membantu pernapasannya." Kata seorang perawat ruangan ICU isolasi yang menangani perawatan ayah dari Tn.Gerald tersebut.
"Iya terimakasih banyak suster, sudah banyak membantu." Kata Alice, "Oia, suster... Ini ada beberapa perlengkapan yang sudah saya siapkan. Sepertinya selama seminggu ini saya tidak kesini, mungkin sudah habis." Lanjut Alice lagi sambil memberikan beberapa perlengkapan pribadi untuk pasien, seperti Pampers, stik laken, minyak zaitun, tissue, tissue basah dan beberapa perlengkapan lainnya yang biasa dibutuhkan untuk pasien yang dirawat di ruangan ICU.
"Terimakasih nona" kata sang perawat pada Alice. "Kalau bisa, secepatnya bawalah anak-anaknya datang, siapa tahu jika anaknya datang semangat hidupnya bisa kembali atau mungkin jika anaknya datang dia siap untuk berpamitan" kata sang perawat pada Alice, lalu ia berlalu dari hadapan Alice.
Alice masih menatap hampa pada lelaki yang berada di dalam ruangan kaca itu, 'Apa yang harus aku lakukan Pak, bisakah kau kembali pulih untuk mengurus putrimu yang masih kecil itu, ataukah kau akan tetap berada di dalam ruangan ini selama 20tahun lagi, sampai putramu di bebaskan?' batin Alice.
Alice akan keluar saat perawat tadi menghampirinya lagi, lalu kemudian memegang tangannya "Maafkan saya dokter, saya jarang menonton TV. Saya baru tahu dari teman saya jika anda adalah dokter yang terkenal itu, dokter Alice Valencia yang menangkap pembunuh model terkenal Caroline Williams. Maafkan saya, dokter."
Alice tercengang mendengarkan perkataan perawat itu. "Ee... Suster, iya Saya Alice Valencia, tapi saya tidak terkenal seperti itu. Panggil saya Alice saja. Saya disini tidak sebagai dokter." Ujar Alice merendah.
"Saya sama sekali tidak tahu dokter, ternyata anda memang sangat cantik." Ujar perawat itu kembali.
Alice tampak tersipu malu mendengarkan pujian dari perawat itu. "Terimakasih suster." Kata Alice lalu kemudian pamit undur diri dari ruangan itu.
Alice berjalan menuju ke lobby rumah sakit saat akhirnya ia berpapasan dengan seseorang yang dikenalnya, namun ia lupa dimana ia mengenal orang itu, karena tak mengingatnya Alice tetap berjalan tanpa mempedulikan lagi orang itu. Namun setelah setidaknya empat langkah dari tempat saat mereka berpapasan terdengar suara yang memanggil ke arahnya, namun ia tidak memanggil nama Alice.
"Nona Inggrid" panggil suara yang terdengar berat itu.
Alice tahu jika bukan namanya yang disebut, namun ia juga yakin jika orang yang dimaksud adalah dirinya, ia lalu dengan spontan membalikan kembali tubuhnya kearah suara tadi. Dan iapun lalu mengingat siapa orang tersebut, wajah Alice berubah menjadi pucat pasi, diruangan berAC rumah sakit tampak setetes keringat pada kening wanita itu, kakinya mulai gemetar dan tangannya basah karena keringat, ia hanya bisa mematung ditempatnya berdiri saat itu, tak satupun kata terucap dari bibirnya.
Orang itu berjalan ke arahnya, sambil menyunggingkan senyum dibibirnya, yang alhasil menambah ketampanan dari pria itu dengan kedua lesung pipi yang terbentuk sempurna. Gigi-giginya yang rapi dan putih menambah penampilan sempurna dari lelaki yang menggunakan jas berwarna putih itu.
"Apa kabar nona Inggrid?" Tanya lelaki itu ketika telah tiba tepat dihadapan Alice, sambil mengulurkan tangan kanannya untuk bersalaman "Ataukah saya harus memanggilmu dengan sebutan dokter, dokter Alice Valencia?" Tanya suara itu masih dengan menampilkan senyum manisnya.
"Do..dokter Reza?" Sapa Alice panik.
...
Catatan Penulis:
Hiyaaa..... Chapter ke 4 untuk hari ini.
Tangan Eike keriting euy..... 🤪🤪
Go tidur setelah ini,, semoga kalian senang ya... Nggak bisa janji kapan lagi mau up..
Semangat penasarannya ya...
Miss u guys.. 🥰🤗
Jumat, 20 Desember 2019