"Morning dear" sapa Alice pada gadis kecil yang masih mengeliat di atas ranjang empuknya tanpa mampu membuka matanya yang masih terlena dengan tidur pulasnya. Alice lalu memeluk gadis kecil itu sambil menciumi wajah gadis kecil itu berulang kali.
"Kakak Alice, Angel masih ngantuk" ucap gadis itu kesal.
"Hhemm, semalam katanya ada yang mau diajak ke taman bermain. Siapa ya?" bisik Alice tepat di telinga sang gadis kecil.
Tak perlu waktu lama, sang gadis kecil dengan segera membangunkan badannya lalu mengucak kedua bola matanya yang bulat itu. "Ayok pergi ke taman" kata gadis itu seketika.
"Hahahaha...." tawa Alice setelah melihat tingkah gadis kecil yang ada dihadapannya itu. Alice kemudian memeluknya sembari berkata "Angel mandi dulu, habis itu sarapan. Setelah itu baru kita ke taman bermain ya."
...
Pagi yang cerah ini adalah pagi ke empat Alice di kota kelahirannya. Udara sejuk di pagi hari dan pemandangan indah pohon Pinus yang berjejer rapih disepanjang jalanan itu, membuat hati Alice semakin tenang dan nyaman, sudah sangat lama ia tidak mengalami hal ini. Hiruk pikuk kota Grazia membuatnya cukup frustasi dengan keadaan kota yang begitu penat, untung saja selama sebulan ini Alice bisa sedikit beristirahat dari pekerjaannya menjadi seorang dokter. Ini hari keempatnya di kota ini, namun sang kekasih masih belum juga menghubunginya dan ia pun sendiri tak ada niat untuk lebih dulu menyapa Ronald, karena pikirnya sebelum ia berangkat ke Valencia ia sudah lebih dulu pamit namun tak ada balasan dari sang kekasih. Kalaupun mereka harus berpisah, Alice tak masalah dengan hal itu. Untuk saat ini dia hanya merasa bahagia berada di tengah-tengah keluarganya.
"Kakak Alice sudah punya pacar?" tanya Angel tiba-tiba ketika mereka beristirahat di sebuah bangku setelah Angel bermain dengan asiknya dengan anak-anak yang seumuran dengannya di taman itu.
"Angel... Ngomong apa barusan? Pacar? Siapa yang ajarin?" tanya Alice tak percaya karena pertanyaan sang adik.
"Hhem.. Angel dengar kalo ada perempuan dan lelaki dewasa yang saling mencintai itu namanya pacar" jawab Angel polos.
"Angel dengar dari siapa?" Alice masih tidak percaya dengan apa yang baru didengarnya itu.
"Dari siaran TV" jawab Angel lagi masih dengan polosnya.
Alice hanya tersenyum melihat gaya bicara sang adik yang masih polos namun terkesan dewasa itu.
"Jadi, apakah kakak Alice ku sekarang sudah memiliki pacar?" tanya Angel kemudian yang sontak menghilangkan senyum manis yang sempat terpasang diujung bibirnya itu. Alice mengingat hubungannya dengan Ronald yang sejak beberapa hari ini menjadi tidak jelas. Apakah Ronald masih menjadi miliknya, ataukah hubungan mereka telah berakhir.
...
Alice dan Angel segera pulang mengendarai sepeda mini berwarna pink milik Alice setelah hampir 2 jam mereka bermain di taman yang tak jauh dari rumah mereka, matahari pagi yang hangat sudah akan berubah menjadi matahari yang lebih besar dan panas untuk itu Alice menyudahi permainan Angel.
Sepanjang perjalanan Alice yang mengendarai sepeda dengan Angel duduk sebagai penumpang di bangku belakang memeluk erat tubuh Alice, mereka berdua bernyanyi lagu-lagu anak-anak yang di hafal oleh Angel. Alice sungguh bahagia dengan apa yang terjadi padanya kini, ia bersyukur tidak menyia-nyiakan anugrah terindah dari Yang Maha Kuasa untuk dirinya. Baginya Angel adalah anugrah terindah dalam hidupnya.
Mereka tiba di halaman rumah mewah tersebut dan memarkirkan sepeda mini yang mereka kendarai tadi didalam garasi, Alice memperhatikan sebuah motor yang juga terparkir rapih di dalam garasi mereka. Tadi pagi saat mereka pergi belum ada motor tersebut, sekarang terparkir cantik sebuah motor Vixion berwarna merah hitam. 'Motor milik siapa ini?' batin Alice.
Ternyata tidak hanya Alice yang memikirkan hal itu, gadis kecil yang kini berdiri tak jauh dari Alice juga sedang memperhatikan motor itu. "Kakak Alice, itu motor siapa?" tanyanya.
"Hhem, kakak juga gak tau punya siapa" kata Alice sambil menggeleng kecil "Ayo masuk" kata Alice kemudian sambil meraih tangan Angel dan mengajaknya berjalan masuk ke dalam rumah mereka.
Betapa terkejutnya Alice ketika ia membuka pintu rumahnya dan mendapati seseorang yang tengah duduk di sofa ruang tamu mereka dengan ditemani mama dan papanya.
"Angel pulang..." teriak gadis kecil itu lalu berlari ke arah papa dan mamanya, sedangkan Alice masih terpaku membisu tepat di depan pintu masuk rumah mereka.
"Haii..." sapa lelaki itu pada Angel, yang membuat Alice harus senang ataukah marah.
"Haii... kamu siapa ya?" tanya Angel.
Yang ditanya tidak langsung menjawab, ia mengalihkan pandangannya kearah wanita yang masih berdiri disana, wanita itu tampak memperlihatkan wajah kesalnya, namun senyum lembut yang dipancarkan sang lelaki seketika membuat hati Alice menjadi luluh. Alice lalu berjalan menghampiri mereka.
"Dia teman kak Alice" kata Alice kemudian menjawab pertanyaan Angel.
"Ow, kakak juga dokter ya?" tanya Angel kemudian.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya lalu berkata "Bukan, kakak polisi" senyum yang manis itu kembali terpancar dari sosok lelaki itu, dengan lesung pipi yang menawan.
"Polisi? Wah hebat... Kakak Alice punya teman polisi. Berarti sudah ada yang bisa jagain kakak Alice sekarang." kata Angel kemudian dengan mimik wajah penuh kebahagiaan.
"Kamu sudah lama disini?" tanya Alice pada lelaki itu untuk mengalihkan pembicaraan.
"Baru sekitar 15menitan" kata lelaki itu sambil memperhatikan jam tangannya.
"Ayo Angel, kita masuk ke dalam. Kakak Alice mau ngomong sama temannya dulu." kata mama Alice seperti ingin memberikan ruang dan waktu untuk anaknya itu.
"Iya, ayo kita ke dalam" tambah papa Alice.
"Okey..." kata sang gadis kecil kemudian sambil berusaha menuruni sofa yang ia duduki sekarang.
"Hhemm.... iya, kita belum kenalan kan kak?" tanya gadis itu kembali, saat mereka sudah akan beranjak pergi.
"Ow iya..." kata lelaki itu. "Ronald" ucap lelaki itu sambil mengulurkan tangan kanannya.
"Kakak Ronald, tolong jagain kakak Aliceku ya." katanya kemudian sambil menggenggam tangan yang diulurkan lelaki itu.
...
"Maaf" kata pertama yang dikeluarkan dari mulut Ronald, ketika hanya mereka berdua yang ada di ruangan itu.
Alice hanya menatap hampa kearah lelaki itu, ia menarik napas dalam lalu menghembuskannya dengan kesal. Ada begitu banyak pertanyaan yang ingin diajukan wanita itu pada kekasihnya, kemana saja dia selama ini? Kenapa tidak ada kabar darinya selama beberapa hari ini? Kenapa tidak menelponnya atau sekedar membalas pesannya? Apakah dia sakit? Atau apa? Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh kekasihnya itu sehingga dia bisa mengatakan jika seorang Azka Camerlo lebih cocok untuknya? Apa yang dipikirkan kekasihnya itu, ketika tiba-tiba datang ke rumahnya pagi ini tanpa ada kabar sama sekali sebelumnya? Apakah dia ingin mengakhiri hubungan mereka sekarang? Semua pertanyaan itu berkecamuk di benak Alice, ia ingin menanyakan semuanya itu, tapi entah mengapa bibirnya tak sanggup untuk menyampaikan semuanya itu.
"Kamu sudah sarapan?" akhirnya pertanyaan ini yang keluar dari bibir Alice.
"Tadi sudah sarapan di hotel." kata Ronald sambil menatap wajah Alice penuh permohonan maaf.
"Aku sampai tadi pagi, aku menginap di Hotel Zeiss. Aku selalu dalam keadaan sehat dan bekerja seperti biasanya, aku lepas dinas hari ini dan besok. Beberapa hari ini aku sengaja tidak menghubungimu, aku mencoba mencari jawaban atas setiap tanda tanya dan pemikiran bodoh dari diriku sendiri. Sejujurnya aku ingin membalas pesanmu, aku ingin sekali menelponmu untuk mendengar suaramu. Aku rindu, Alice. Namun, aku tak tahu harus memulai pembicaraan kita dari mana, untuk itu sampai hari ini aku sama sekali tidak menghubungimu. Semalam aku menghubungi Viona untuk meminta alamatmu disini, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti penerbangan tadi subuh untuk menemuimu. Aku sangat mencintaimu Alice." terang Ronald kemudian.
Alice hanya menatapnya namun tak berkata apapun, ia mendapatkan semua jawaban atas pertanyaan yang belum sempat ia sampaikan.
Ada rasa haru dan kesal, sampai-sampai Alice tak tahu harus mengatakan apa pada kekasihnya itu.
"Soal Azka Camerlo, awalnya aku sungguh tidak tahu kalau komandanku itu menyukaimu, namun seiring berjalan waktu aku tahu kalau dia juga menyimpan perasaan untukmu, dan aku pikir seorang perwira polisi sepertinya lebih sepadan dengan Dokter cantik dan pintar sepertimu, untuk itu aku mulai minder dan merasa rendah diri." lanjut Ronald kemudian.
"Maafkan aku, Alice" lanjutnya lagi.
Alice hanya dapat mendengarkan semua yang disampaikan Ronald dengan perasaan lega, setidaknya Ronald tidak datang kesini untuk mengakhiri hubungan mereka.
...
"Sayang... Aku boleh bawa Angel?" tanya Alice pada Ronald ketika mereka akan jalan-jalan berkeliling kota Valencia malam ini.
"Iya boleh. Biar kita bisa ajak Angel bermain Komidi putar di pasar malamnya. Pasti Angel senang." kata Ronald mengiyakan.
Karena membawa Angel bersama mereka, papa Alice meminta Ronald untuk menggunakan mobil mereka, dengan alasan udara malam tidak baik untuk Angel, akhirnya mereka menggunakan mobil sedangkan motor sewaan milik Ronald dimasukan dalam garasi.
Mereka menghabiskan malam ini dengan jalan-jalan bertiga, Angel begitu bahagia dengan setiap permainan yang ia nikmati bersama kakak-kakaknya itu. Mereka bermain di wahana Komidi putar, roller coaster, kora-kora, dan tak lupa mereka mengabadikan keseruan mereka malam ini dengan berfoto booth. Senyum dan tawa riang dari ketiga insan manusia itu menunjukan bahwa kebahagiaan bisa diperoleh dari hal-hal biasa seperti ini, karena bahagia kita sendiri yang menciptakannya.
Alice lega melihat kedekatan Angel dan Ronald, ia tampak bahagia melihat Ronald yang begitu antusias mengikuti setiap keinginan Angel, sedangkan Angel sendiri juga bahagia karena bisa menghabiskan waktu semalaman di tempat bermain yang jarang sekali ia lakukan selama hidupnya.
"Kak Alice dan Kak Ronald, disini aja tinggalnya. Nggak usah pergi lagi. Angel senang banget kalau kalian mau tinggal disini." kata Angel kemudian saat mereka sedang beristirahat karena kelelahan bermain.
"Hhemm... kalau kak Ronald disini, terus yang jadi polisi siapa dong? Kan kak Ronald harus kerja?" tanya Ronald kemudian pada gadis itu.
"Pindah saja kesini, jadi polisi disini. Kak Alice juga jadi dokter disini." jawab gadis itu sambil bergantian menatap mata Alice lalu Ronald dengan wajah penuh harapnya.
"Iya sayang, nanti suatu saat kita pasti akan tinggal bersama" ujar Alice menenangkan.
Setelah lelah bermain, akhirnya mereka singgah disebuah restoran spaghetti. Menu kesukaan Angel dan Alice. Angel menghabiskan seporsi spaghetti nya, karena sangat kekenyangan akhirnya gadis kecil itu menjadi ngantuk. Ronald menggendongnya menuju mobil dan meletakkannya di kursi mobil dengan paha Alice sebagai bantalnya, sedangkan boneka panda yang tadi dibelikan Ronald untuk Angel dipeluk Angel sebagai bantal guling.
"Aku dibelakang ya nemenin Angel" kata Alice kemudian.
"Iya sayang." kata Ronald kemudian sambil mengelus rambut Alice, lalu bergegas menuju kemudi untuk segera pulang.
Waktu menunjukan pukul 8 malam saat mereka sampai dirumah, Angel berada dalam pelukan Ronald.
"Yah... si putri kecil sudah ketiduran ya?" tanya mama Alice ketika melihat Angel yang tertidur pulas dalam gendongan Ronald.
"Iya ma, kayaknya dia kecapekan habis main, terus kekenyangan makan spaghetti." ujar Alice.
Setelah membaringkan Angel di tempat tidur, Alice dan Ronald lalu pamit sebentar untuk keluar.
"Ma, Pa... Alice dan Ronald keluar sebentar ya. Besok Ronald sudah mau balik juga soalnya, jadi Alice mau ajak keliling dulu." pamit Alice pada mama dan papanya.
"Iya sayang. Hati-hati ya, pulangnya jangan sampai larut malam ya!" kata papa Alice sambil membelai rambut anak sulungnya itu.
"Siap bos" kata Alice sambil merangkul leher papanya dan memberikan kecupan pada pipi kanan sang Papa dan mendaratkan kecupan juga pada pipi kiri mamanya.
"Om, Tante.. Kami pamit dulu ya" kata Ronald dengan santun sambil membungkukkan punggungnya tanda hormat pada papa dan mama Alice.
...
Alice memeluk erat tubuh kekasihnya itu, sudah beberapa hari ia tidak berada dibelakang motor untuk memeluk tubuh itu. Sedangkan Ronald, dengan penuh kemesraan menggenggam tangan kiri Alice dengan tangan kirinya dan mengecup lembut jemari tangan kiri Alice.
"Aku rindu" kata Alice.
"Maaf membuatmu menunggu terlalu lama" ujar Ronald.
Mereka memarkirkan motor mereka disebuah tebing tempat biasanya muda-mudi sering berkumpul untuk sekedar bersantai dan melihat keindahan kota Valencia dari atas tebing itu.
Ada beberapa pasangan yang juga sedang asik berkencan di tempat itu, Alice bersandar pada sisi motor itu sedangkan Ronald berada didepannya.
Dengan manja Alice merangkulkan kedua tangannya pada leher Ronald lalu mengecup bibir lelaki itu. Sang lelaki lalu menarik tubuh Alice mendekat kearahnya dengan tangan lelaki itu memegang pinggang Alice yang ramping. Terdengar napas menderu dari masing-masing mereka, Alice menengadahkan wajahnya untuk melihat wajah Ronald, sedangkan Ronald menundukkan wajahnya sedikit agar dapat menatap mata bening Alice. Kini mata mereka saling bertatapan dengan hidung saling bersentuhan.
Ronald akan melumat bibir seksi itu, namun dengan cepat Alice melepaskan pelukan Ronald dan berkata "Ada sesuatu yang harus aku ceritakan, sebelum hubungan kita semakin jauh. Aku rasa kau harus tahu dulu tentang kebenaran ini."
...
.
.
Catatan Penulis:
Happy Sunday... 😇
Akhirnya, satu chapter selesai sudah. Yang kali ini agak panjang ya...
Semoga senang, maaf blm sempat menceritakan siapa Angel pada Chapter ini, tunggu yg selanjutnya ya...
Itu saja, aku bahagia karena para pembacaku mau bersabar.... 🤗🥰