Alice melangkahkan kakinya keluar dari ruangan yang adalah ruangan direktur Rumah Sakit Pemerintah yang mana ayah April dirawat disana, Alice memilih untuk melamar kerja di tempat itu, agar bisa lebih intens melihat kondisi dari lelaki yang menjadi orang tua untuk Tn.Gerald dan April. Alice melakukan amanah yang diberikan Gerald padanya dengan baik, setiap seminggu sekali ia akan mengunjungi April di Panti Asuhan kemudian akan mampir ke RS untuk mengunjungi ayah dari Gerald. Terkadang saat merasa khawatir, Alice pun akan kembali menjenguk mereka walaupun belum seminggu dari pertemuan sebelumnya.
Alice memperhatikan ponselnya, lalu tak lama kemudian iapun menghubungi seseorang.
"Hallo bebh..." sapa Alice pada seseorang diujung teleponnya.
📞 "Hallo.."
"Aku langsung ke Bandara ya, urusan aku di Rumah Sakit sudah beres. Aku tadi langsung interview dengan direkturnya, hasilnya seminggu lagi." lanjutnya kemudian.
📞 "Okey baiklah... aku nggak bisa anter ya bebh, aku juga lagi siap-siap soalnya, pesawat aku 2 jam lagi."
"Iya nggak apa-apa bebh... Kamu hati-hati ya!!"
📞 "Siap!! Kamu juga... Salam buat Om, Tante dan Angel ya. Miss you bebh"
"Okey... Miss you too" Kata Alice di akhir teleponnya.
Tak usah ditanyakan siapa yang ada di ujung telepon itu, Viona Rahaya. Sahabat yang selama beberapa tahun ini hidup bersama dengan Alice, bukan hanya sebagai sahabat, tapi bisa juga sebagai orangtua Alice.
Hari ini Alice memutuskan untuk menghabiskan waktu seminggunya untuk berkunjung ke rumah orangtuanya, sebuah kota yang yang harus dia tempuh selama lebih kurang 2 jam perjalanan lewat udara. Kota Valencia, tempat dimana Alice lahir dan dibesarkan, kehidupan kota yang tidak begitu mewah seperti di Grazia mungkin akan membuatnya lebih tenang dan lebih mudah dalam berpikir dan mengambil keputusan. Nama belakang Alice sendiri diambil dari nama kota tersebut Valencia, sedangkan Alice memiliki arti 'Seorang Putri'. Jadi nama Alice Valencia berarti Seorang Putri dari kota Valencia.
Sebelum Alice berangkat, ia mengetik pesan untuk seseorang. Seseorang yang sejak kemarin ia tunggu kabar darinya namun tak kunjung memberikan kabar.
#Aku pamit berangkat ke Valencia ya...# bunyi pesan singkat Alice.
Alice menatap ponselnya berulang kali, ia menunggu balasan dari pesan yang dikirimkannya itu, namun yang dia harapkan tak kunjung jua tiba. Semalam ia juga mengharapkan hal yang sama, namun malah pesan dari sosok lelaki lain yang diterimanya.
Alice menghela napas panjang lalu menonaktifkan ponselnya dan segera bergegas menuju pintu pesawat yang akan ditumpanginya, meski ada sedikit gelisah dihatinya ia tetap berangkat karena ia yakin setelah sampai di Valencia perasaan gundah ini akan tergantikan dengan kebahagiaan sejatinya karena sebentar lagi ia akan menemui separuh hatinya.
...
Lelaki itu menatap pesan yang tertera pada layar ponselnya.
💌 My Doctor
#Aku pamit berangkat ke Valencia ya...#
Ia tak tahu harus membalas apa untuk pesan singkat yang dikirimkan oleh kekasihnya itu, semalaman ia mabuk berat hingga tak menyempatkan diri untuk mengucapakan selamat tidur untuk kekasihnya itu. Bahkan pagi ini pun, ia tak sempat membangunkan kekasihnya itu dan mengucapakan selamat pagi seperti biasanya. Meski sesibuk apapun, lelaki dengan nama Ronaldo Alfarez ini selalu menyempatkan diri untuk menghubungi kekasihnya tersebut selama mereka resmi menjadi sepasang kekasih.
Apalagi semenjak kejadian kemarin siang, Ronald seakan tak mampu untuk sekedar menjelaskan apa yang dipikirkannya selama ini kepada Alice.
"Ronald" sapa suara yang terdengar berat itu
"Siap komandan" jawab Ronald yang dibarengi dengan sikap tubuh siap sambil memberikan hormat pada sosok lelaki yang kini berada di depannya.
"Kita boleh bicara sebentar?" tanya komandannya tersebut.
"Siap pak, kita bicara disini atau di ruangan bapak?"
"Diruangan saya saja." jawab lelaki itu sambil berjalan menuju ruangannya.
Ronald menarik napas dalam, lalu meninggalkan meja kerjanya dan bergegas mengikuti langkah kaki komandannya tersebut.
"Saya mohon maaf atas kejadian kemarin siang." Azka memulai pembicaraannya.
Ronald hanya menatap wajah komandannya tersebut tanpa tahu harus mengatakan apa.
"Saya berbicara saat ini bukan sebagai komandan kamu, saya berbicara sebagai seorang teman. Saya tahu jika saya terlalu mementingkan diri saya sendiri, sampai saya tidak sadar jika ada orang lain yang merasa tidak nyaman dengan sikap saya. Saya mohon kamu dan Alice bisa memaafkan saya. Semalam saya sudah mengirim pesan memohon maaf pada dokter Alice, namun beliau tidak membalas pesan saya" jelas Azka masih dengan nada yang tenang.
"Saya maklumi pak" hanya itu yang keluar dari mulut Ronald.
"Hanya itu?" tanya Azka kemudian "Kamu tidak marah pada saya?" masih dengan membelalakkan matanya, tidak percaya dengan pernyataan Ronald.
"Iya, kali ini saya maklumi pak. Tapi lain kali, saya akan berjuang dan lebih tegas dengan apa yang saya miliki!" jawab Ronal dengan sebuah kepastian.
"Baguslah kalau begitu. Saya senang melihat kepercayaan dirimu sudah kembali" Kata Azka kemudian sambil menepuk bahu Ronald. "Tapi ingat jika kamu salah langkah, mungkin saya bisa dengan cepat merebut hati doktermu itu." tambah Azka kemudian sambil memberikan senyum tulusnya.
Ronal pun membalas dengan tersenyum lega.
...
"Kakak Alice" teriak seorang gadis kecil ketika Alice telah sampai di Bandara kota Valencia.
"Angel...." pekik Alice kemudian, lalu ia berusaha menggendong gadis kecil itu. "Kamu sudah besar ya, kita baru nggak ketemu 2 bulan lho sayang...." kata Alice sambil mencubit pipi gadis kecil itu.
"Aku harus banyak makan biar gak sakit-sakitan kata mama" jawab gadis kecil yang usianya sekitar 4tahunan.
"Anak pintar" puji Alice sambil mengecup lembut kening gadis kecil yang masih digendongnya itu.
"Angel masih ingat ciuman sejati kita kayak gimana?" tanya Alice pada adiknya itu.
"Ingat dong" kata gadis kecil itu sambil memperagakan ciuman sejati yang dikatakan Alice tadi.
"Cium pipi kiri, cium pipi kanan, cium kening, cium bibir, dan yang terakhir hidung" kata gadis itu sambil memperagakan apa yang diucapkannya tersebut. Pada akhir gerakan tersebut hidung Alice dan Angel saling bersentuhan dan mereka menggoyangkan kepala masing-masing ke kiri dan ke kanan. Lalu keduanya tertawa bahagia.
Alice kemudian berjalan menghampiri mama dan papanya yang sejak tadi berdiri memperhatikan kedua putrinya tersebut. Ia menurunkan Angel dari gendongannya lalu memeluk mamanya.
"Mama" sapa Alice kemudian sambil mengecup kedua pipi mamanya, lalu ia menuju arah papanya dan menghambur dalam pelukan papanya sambil sedikit terisak "Papa sehat?" tanyanya manja masih sambil memeluk papanya tersebut.
"Iya papa sehat" jawab papanya sambil membelai lembut rambut anak sulungnya itu.
"Maaf, Alice baru sempat datang." kata Alice selanjutnya.
"Asal kamu bahagia, nak" sahut mamanya yang kemudian menghampiri Alice yang masih betah dalam pelukan papanya.
"Ihh.... Udah besar koq masih cengeng" sinis Angel kemudian.
"Uuhh... Cie ada yang cemburu ya?" tanya Alice jahil pada si gadis kecil itu.
Gadis itu lalu memonyongkan bibirnya tanda cemburu. Alice lalu berjongkok di depan gadis itu agar tinggi mereka menjadi sama lalu kemudian ia menjewer telinganya sendiri dan memejamkan matanya sambil berkata "Angel.. Maafkan Kakak Alice, ya..."
Si gadis kecil pun lalu mengecup bibir Alice kemudian berkata "Oke dimaafin, tapi beli Es krim ya".
Alice lalu membuka matanya dan menyetujui permintaan si kecil dengan sebuah anggukan dan senyum yang meyakinkan.
Sepintas gadis kecil itu tampak seperti Alice kecil, memiliki mata bulat yang sama dengan Alice, bulu mata lentik, hidung kecil dan ramping yang berada di tengah wajah itu dan bentuk bibir mungil yang sama persis dengan yang dimiliki Alice. Semua yang berada di wajah itu sama dengan yang dimiliki Alice, hanya saja mereka mempunyai rambut yang berbeda, Alice dengan rambut panjang terurai berwarna kecoklatan, sedangkan gadis kecil itu memiliki rambut yang bergelombang dan berwarna hitam.
"Kakak Alice, aku sangat merindukanmu" kata si kecil sebelum akhirnya ia terlelap dalam pelukan Alice saat mereka berada didalam mobil menuju rumah. Alice pun tak kuasa menahan bendungan air matanya, ia biarkan air itu mengaliri pipinya sembari berkata di dalam hati 'Maafkan aku sayang, aku belum bisa menjadi ibu yang baik untukmu'.
Mama dan papanya yang melihat hal itu dari kaca spion tengah mobil hanya bisa menarik napas dalam dan terhanyut dalam pikiran masing-masing.
Hening....
...
.
.
Catatan penulis:
Selamat malam Sabtu, maaf br bisa up lagi ya.
🙏🙏
Sudah tahu kan berarti pesan di chapter sebelumnya dari siapa?? dan pesan siapa yang ditunggu Alice??
Ada yang baru ya, si Angel kecil??
Siapa dia akan Thor ceritakan di episode selanjutnya...
mohon bersabar ya syg-syg aku, Thor berusaha untuk gak terlalu sibuk, tp tetap aja selalu ada pekerjaan numpuk..
Kali ini Thor Gak mau minta apa-apa, gak butuh apa-apa juga... Hanya memohon tetap bersabar n tetap setia ya..
Thanks you dear...
Semoga sehat n berbahagia selalu
🥰🤗