"Kau tinggal dimana Nad?" Tanya Rin yang sedang berjalan menuju keluar gerbang bersama dengan Nadine
"aku sihh... tinggal di apartemen deket jalan Perangunan Rin, apa kau mau mampir ?"
"haaaah???! masih kelas 1 SMA kau sudah tinggal sendiri, memangnya dimana orang tuamu Nad?" Tanya Rin penasaran
"mereka tinggal di Jakarta Rin, bersama dengan kakakku yang juga kuliah disana. Memangnya kau tinggal dimana Rin?" ucap Nadine pada Rin
"kalo tinggal dengan orang tuaku di daerah Buri senor Nad, cukup jauh sih dari sekolah.. ehh tunggu dulu Nad, memangnya kau sudah mengenal jalan di Bekasi Nad?"
"haha tenang aja Rin, dulu aku dan keluargaku pernah tinggal disini saat ayahku masih dinas kerja disini. Jadi gak perlu khawatir Rin" ucap Nadine lembut
"kau pulang jalan kaki Nad?"
"sepertinya iya Rin, lagian deket kok setengah jam sampai.. memangnya kau bawak kendaraan Rin?"
"iyaa enggakk juga sih Nad, tapi aku dijemput oleh supirku nanti.. mau bareng Nad?" tanya Rin menawarkan tumpangan pada Nadine.
"ahh gak perlu Rin, aku lebih suka jalan kaki.. lagipula aku bisa lebih menikmati waktu, dari tiap langkah kakiku ini hahaha"
"kau memang spesial sekali Nad.. andai aku cowok, mungkin sudah kujadikan pacarku kau Nad.. Nadd hahah"
"haha apalah kau ini Rin.. yasudah kita berpisah disini yah, aku duluan yah Rin... sampai nanti" ucap Nadine yang berjalan mundur sambil melambaikan tangannya pada Rin.
Rin tersenyum kagum pada Nadine yang juga membalas lambaian tangan dari Nadine.
Selama perjalanan pulang, Nadine terus bernyanyi mengisi waktu untuk menghibur dirinya, langkah kaki dengan lompatan kecil, penuh keceriaan dari dalam diri Nadine.. dengan cuaca yang sedikit mendung dan angin sepay-sepoy menerbangkan rambut hitam kecoklatan panjangnya di mengambang di udara membuat Nadine semakin menikmati perjalanan pulangnya yang seperti konser berjalan.
Saat Nadine hampir tiba di apartemen, ia melihat ada penjual es jeruk di pinggir jalan yang membuat hasrat Nadine ingin menikmatinya karena lelah yang terus berjalan sambil bernyanyi hingga membuat dahaganya menjadi haus.
"buuukk... aku pesen es jeruknya satu yah.. banyakin batu es nya yah buk" ucap Nadine ramah pada ibu penjual es jeruk
"hmm... hmmm.... hmmm~ heehhh.. seragam yang sama dengan sekolahku ke arah apartemen yang sama tempat Nadine tinggal deh.."
Nadine yang melihat seorang cowok yang sama dengan seragam sekolahnya memasuki apartemen, membuat Nadine penasaran siapa cowok tersebut
"ini nak es jeruknya"
"oh iya bu.. makasih yah bu" ucap Nadine sembali mengeluarkan uang pas dari saku jaket merah jambunya.
"Sruttttttt..." hirup Nadine menyeruput minumnya
"uwahh segernyaaa..."
Nadia yang telah sampai di kamar apartemennya dilantai 9, langsung masuk kedalam dan langsung membentangkan dirinya di kasur melepaskan kelelahannya.
"hmm masak apa yah hari ini enaknya.." Nadine yang bangkit dari kasurnya dan mengecek isi kulkasnya apa yang bisa dimasak..
"ikannn Nila.. cabai merahhh.. cabai rawitt... hmmm tomat.. okehh masak sambel ikan ajalah!!"
"duuddududududddduuu~ hadeehh minyaknya kurang lagi hmm, magernya beli.. coba aja ada warung didalam apartemen, kan jadi gak perlu repot-repot aku keluar apartemen hahaha.. jadi ngayal deh hmmm"
Nadine yang segera mengganti baju sekolahnya dengan baju sehari-hari membuka lemari cokelatnya dengan pelan. Setelah ia menemukan bajunya ia melihat dirinya berkaca di cermin yang ada disebelah lemari.
"hmmm kurasa aku sedikit kurusan" ucap Nadine bergumam pada dirinya
Nadine yang hanya menggunakan celana dalam dan bra berwarna cream saja yang menghiasi tubuhnya, mulai memperhatikan tubuhnya dari kiri dan kanan pada cermin didepannya. Lekukan tubuh Nadine terlihat sangat ideal yang sudah pasti akan menggoda para laki-laki mana saja jika melihatnya hanya dengan bra dan celana dalam yang menempel pada tubuhnya, apalagi kulit putih mulusnya dan wajah yang mungil dengan paras muka yang sangat cantik, membuat dirinya bertanya-tanya pada dirinya sendiri sembari memakai pakaiannya.
"sepertinya aku harus menjaga pola makanku deh huufftt... andai saja aku dirumah, sudah pasti pulang seperti ini sudah ada makanan di atas meja makan hmm.. jadi rindu mama"
"gak boleh mengeluhhh... harus semangaatt Nad... Harus semangat Nadinee!" teriak Nadine menyemangati dirinya sendiri
"yoshhh... belii minyak goreng, masak, makan, lalu tidur siang deh hmm.. hmmm~"
Nadine pun keluar dari kamar apartemennya, berjalan keluar menuju lift yang tak terlalu jauh dari kamarnya.
"uwaaahhh lelahnyaaa..." ucap Nadine yang sambil merentangkan tangannya melebar keatas dan kesamping.
"Ting!.. srettt..." suara pintu lift yang terbuka, Nadine yang daritadi menunggu akhirnya bisa masuk kedalam lift juga untuk turun ke lantai dasar. Namun, sesaat Nadine menutup pintu lift dengan tombol yang ada didalamnya .. tiba-tiba pintu lift terbuka kembali. Nadine yang tak memperhatikan siapa yang masuk, hanya menunduk memainkan ponselnya saja.
"kau mau ke lantai berapa??" tanya orang yang baru saja masuk ke dalam lift.
"lantai dasar mas.." ucap Nadine yang masih memainkan ponselnya
"baiklah.." ucap orang itu sambil menekan tombol lift
Nadine yang terus memainkan ponselnya, tercium aroma yang sama saat sepulang sekolah tadi.
"bauuu inii kann ...." gumam Nadine yang mengangkat kepalanya melihat orang yang ada didepannya
Nadine yang tidak kelihatan wajahnya, mulai bergeser ke kanan dengan pelan untuk melihat wajah orang itu, dengan mulut yang bergoyang dan hidung yang hampir menempel hingga menampilkan ekspresi penasaran dari raut
muka Nadine.
"ehhh...?!?!! kau kann cowok yang menolong kelas dari waktu istirahat pas disekolah tadi.."
cowok yang mendengar suara dari Nadine membalikkan wajah dan badannya perlahan menghadap Nadine.
"hemm.. kau kan cewek yang menjawab panjang lebar tapi menjawab salah pas dikelas tadi kan?" ucap Cowok itu mengejek
"dasarr... kejam sekali ucapanmu!"
"habisnya kau bawa-bawa kata yang berlebihan seperti itu"
"kan aku memujimu, kenapa jadi marah sih"
"hah? Siapa yang marah? Aku hanya mengoreksi perkataanmu saja.. baper (bawa perasaan) sekali!!"
"isshhh bikin kesal saja..!! uuhhhh lama sekali sih lift ini sampainya" ucap nadine sambil bergumam kecil
"huffttt... iyasudah aku minta maaf dengan perkataanku jika membuatmu tersinggung"
"kann gitu enak.. aku kan tidak tau namamu tentu saja aku memanggilmu penyelamat kelas, malah bales gitu hmm"
"panggil aku Nathan" ucap cowok itu sambil merogohkan tangannya ke arah Nadine
"ehhhhhhhh.. aku Nadine" ucap Nadine yang langsung menyalimi tangan Nathan.
"sudah tau kan?? jadi jangan panggil aku dengan panggilan konyol itu lagi Nad"
"he he he... siap Nat" ucap Nadine menjadi lembut.
"sepertinya nama kita memiliki pangkal ejaan yang sama didepan yah Nat, memanggilmu sama seperti memanggil diri sendiri jadinya haha" Nadine tertawa
"iya begitulah Nad.. oh iya apa kau tinggal di apartemen ini juga?" tanya Nathan
"juuu... juuuugaaa?? jangan bilang kau tinggal di apartemen ini juga.." ucap Nadine yang terkejut
"haahh?? JUGAAA?? jangan bii..."
"sudah-sudah gak lucu tau, ekspresimu itu gak cocok dengan kesan pertamaku padamu" ucap Nadine memotong bicara Nathan.
"uhhh gak asik sekali" ucap Nathan datar
"perkataanmu barusan mengingatkanku pada temanku Nat"
"benarkah? Emangnya siapa temanmu itu?"
"iya Nathannn... dia itu cewek teman sebangkuku yang pas pagi tadi mengajakmu berkenalan sebelum pelajaran pertama dimulai, tapi kau malah mengabaikan dia.. kejam sekali"
"ohhh cewek itu.. aku bukannya gak mau meresponnya, hanya saja aku sedang melukis pas dia mengajakku berkenalan. Aku tentu saja aku gak bisa mengobrol sambil melukis Nad, bukannya aku gak mau.. hanya saja waktunya gak tepat sekali"
"ooohhh seperti itu tohh ahahah, tapi kan senggaknya respon sedikit hmmm... ehh kau bisa melukis yah Nat?" tanya Nadine
"iya seperti itulahh..."
"wahh boleh dong nanti melihat hasil lukisanmu hihihi"
"iya kapan-kapan aja yah Nad, , aku sedang buru-buru mau pergi Nad"
Tak lama pintu lift pun terbuka di lantai dasar apartemen, Nathan yang langsung pergi meninggalkan Nadine dengan langkah yang cepat, hanya melambaikan tangannya saja pada Nadine sebagai ucapan pamitnya.