Entah mengapa Derby meminta Revia untuk ditutup matanya selama perjalanan mereka.
Revia mengikuti keinginan sang suami tak ada protes.
"Emangnya kita mau ke mana si?" Tanya Revia terdengar penasaran.
Duduk manis disamping Derby yang tengah mengemudi.
"Kalo bilang bukan kejutan namanya." jawab Derby sok misterius.
Mendengar jawaban Derby, perempuan cantik ini jadi kesal sendiri.
Membetulkan posisi penutup matanya.
"Dilarang ngitip ya." pria itu langsung mengecek apakah penutup mata Revia terpasang dengan benar menggunakan sebelah tangannya, Dan hasilnya Aman.
"Tenang aja, Gue nggak bakal curang." balas Revia cepat.
Derby tertawa...
Pria itu mempercepat laju mobil..
"Btw, Elo mau jenis kelamin apa buat anak pertama kita?Vi."
"Apa aja yang penting sehat,normal dan lucu."
Derby menggelengkan kepala, tertawa mendengar kata terakhir sang istri.
"Semua bayi mana ada yang lucu kalo mereka udah balita atau batita baru kelihatan lucu dan ngemesin."
Ucapan Derby berhasil membuat Revia malu, perempuan itu mencubit perut Derby.
Pria itu kambali tertawa.
"Ya, maksud gue juga gitu, elo aja yang salah paham." tidak mau malu Revia menciptakan alibi membela diri.
"Iyain aja deh, Biar lo nggak BT. ntar kalo Bt yang ada gue disuruh tidur diluar." sekali lagi Derby menggoda Revia.
Revia tersenyum...
"Tuh baru suami bijak."
Akhirnya mobil Derby berhenti...
Pria itu mematikan mesin mobil, melepaskan sabuk pengaman sang istri lalu miliknya.
Keluar mobil, menutun Revia berjalan.
"Elo jalan lurus terus, ok. " perintah Derby melepaskan pegangannya.
"Elo ninggali gue?" Suara Revia terdengar kesal.
"Gue mau ambil Hp dalam mobil, pokoknya lo nggak usah takut. Tetap jalan lurus ya."
Dan belum sempat Revia mengatakan sesuatu, Derby sudah pergi.
Revia mengumpat.
"Tega banget si jadi suami, suruh istrinya yang hamil jalan sendiri sambil ditutup mata gini" protes Revia, mulai mengikuti perintah Derby.
Derby yang sebenarnya masih ada di depan perempuan cantik itu dalam jarak sekitar tiga meter, terus memantau dan menemani istrinya tersebut.
Menyingkir batu-batu besar penghalang jalan Revia sehingga tak tersandung.
Revia tak bisa lagi berjalan karena ada penghalang di depannya, seperti pintu.
Tak lama kemudian Derby datang.
"Yuk ikut gue." ajak Derby ,mengandeng tangan Revia.
Pria itu meminta Revia berdiri..
Perlahan membuka penutup mata, Dan...
Ternyata sudah ada mertuanya, adik iparnya, Oby dan Lala.
Melepaskan terompet berisi pita-pita warna-warni.
Revia terkejut saat ini mendapatkan dirinya berada dalam sebuah rumah bergaya klasik modern amerika, meski tak mewah tapi cukup luas dan bagus.
Jendela-jendela berukuran besar, terpenting sudah tersedia dengan perabotan.
"Ini rumah kita, Mulai sekarang kita bakal tinggal disini." Derby tersenyum, memeluk Revia.
Mecium kening istrinya.
"Rumahnya bagus dan nyaman." Revia mengatakan hal pendapatnya yang secara jujur.
"Pas balik dari Bali, Menantu mama makin seger aja berarti bulan madunya sukses nih." Ucap Mella, memeluk menantunya ini.
Rezha yang tengah mengendong Chamel, merangkul pundak Revia.
"Kamu tahu nggak,Vi?Tadinya papa-mama maunya kalian tinggal bareng kita tapi suami kamu menolak dengan alasan belum berasa nikah kalo masih tinggal sama orangtu, Bilang aja mau BEBAS." ledek Rezha telak sambil menatap Derby yang berdiri disamping Revia.
Pria yang tengah dibicarakan itu masih bersikap santai dan cuek.
Oby dan Lala ikut nimbrung.
"Sekedar info nih, Gue sama pacar gue nyari rumah sesuai keinginan Derby sulit. Mana kami cuma kasih waktu seminggu, Tapi untung dapet harganya juga oke." Kata Oby berapi-api sambil merangkul pinggang Lala.
"Thank ya udah bantuin gue dapetin rumah." penuh ketulusan Derby mengatakan hal itu.
Merangkul pundak sahabatnya.
"Iya, Btw makan yuk, laper gue." Ucap Lala, mengelus perutnya.
"Sama, gue juga laper." sambung Revia.
Mella dan Rezha langsung mengajak yang lain ke meja makan.
Tanpa buang waktu menyantap makanan.
Jam menunjukkan pukul 10 malam, semua pamit.
Tinggal Derby dan Revia.
Untung lala dan Revia bekerja sama membersihkan meja dan mencuci piring, gelas bekas mereka.
Dan suasana rumah mereka menjadi tenang.
Derby dan Revia memutuskan duduk di sofa yang terletak dalam kamar mereka, mengobrol hingga ngantuk.
"Gue mau nanya tapi jawab jujur." Revia menyadarkan kepalanya pada dada Derby.
Sambil dipeluk suaminya itu.
Derby tak mau terjebak, dalam perangkap pertanyaan perempuan cantik yang berstatus istrinya juga saingan kerja.
"Ya tergantung nanya apa dulu."
"Kok gitu." Perempuan itu mengerutkan dahi.
"Mau nanya apa?" Bukan menjawab malah pria itu langsung to the points.
"Kenapa lo sama Tamara kayak canggung?Kok gue ngerasa kayaknya kalian pernah ada sesuatu." Nada bicara Revia sengaja dibuat santai karena tidak mau Derby merasa dicurigai atau tak nyaman.
Derby mempererat pelukannya, "Mantan, kita pernah pacaran 4 tahun dan dia selingkuhin gue sama Alan sahabat gue."
"Pantes aja kalian bertiga canggung pas awal-awal kita jalan, Elo masih ada rasa nggak sama Tamara?"
Tak butuh waktu lama Derby langsung menjawab.
"Nggak ada sama sekali, Bahkan sakit hati yang selama ini gue rasakan ikut hilang." jawab jujur pria itu.
Revia senang mendengarnya, "Pasti karena seiringnya berjalan waktu, so lo bisa move on."
Perempuan cantik itu mengambil kesimpulan sendiri, penuh keyakinan.
"Bukan."
Lagi-lagi Derby langsung menjawab..
Revia semakin penasaran.
Dia menoleh pada pria tampan berstatus suaminya tersebut. "Terus kenapa Elo bisa move on?"
"Karena lo, waktu kita ngelakuin ONS dulu, Nggak tahu kenapa pikiran gue ke lo terus. Bahkan bayangan kita ngelakuin itu masih gue inget."
"Kok bisa? Maksud gue kita kan lagi mabuk." Revia bingung, jujur Revia samar-samar mengingat hal tersebut karena saat itu dia memang mabuk berat.
"Ingatlah, gue kan nggak mabuk berat kayak lo. Dan terpenting gue nggak seberingas lo pas kita ML dulu." pria itu mencubit hidung Revia tertawa puas.
Mendengar hal itu Revia malu..
"Gue mabuk, jadi pas kita gituan nggak terlalu ingat beda sama lo yang cuma mabuk dikit." kembali membela diri.
Tak mau ribut Derby tak mau mempermasalahkan hal itu.
"Tapi bersyukur Oby usil, karena itu awal kita menjadi semakin saling kenal dan akhirnya menikah."
Iya, Derby benar..
Dimulai dari saingan sekarang mereka malah menikah, dan akan segera mempunyai anak.
Revia tak pernah membayangkan akan jatuh cinta pada Derby.
Dan perempuan cantik itu yakin Derby merasakan hal yang sama.
"Lo cinta gue nggak?" dengan keberanian yang ada Revia melontarkan pertanyaan itu.
Dia sudah menyiapkan mental untuk jawaban terburuk.
Derby menarik Revia untuk kembali ke pelukannya.
Mengecup bibir perempuan itu, membelai rambut Revia.
"Gue rasa kita berdua saling cinta sekarang, Gue harap pemikiran gue ini nggak salah. Gimana jawab lo?"
Revia mengangukkan kepala, "Iya lo benar, dan gue harap pernikahan kita bakal awet dan harmonis kayak bokap-nyokap lo upss.. Maksud gue kayak papa-mama."
Mereka tersenyum dan kembali berciuman...
Tbc